Total Tayangan Halaman

Translate

Selasa, 22 Oktober 2013

Review Novel: Fourth Protocol - Frederick Forsyth

Novel ini berkisah tentang intrik dalam dunia spionase- spesialisasi Frederick Forsyth- yang berlatar belakang tahun 1980-an, era perang dingin yang ditandai dengan perseteruan dua kekuatan negara besar saat itu, Amerika yang merupakan pemimpin kelompok Barat dengan Inggris sebagai sekutunya dan Soviet yang adalah kekuatan dari blok Komunis. Mengambil momen pemilihan umum di Inggris yang dimajukan lebih awal dari jadwal , Soviet berusaha menjatuhkan blok barat dengan menyusup ke Inggris untuk melucuti kekuatan seteru utamanya, Amerika Serikat.

Sebuah rencana gila dan mematikan disusun pihak Soviet. Rencana ini tentu saja mengandung resiko luar biasa dan akan berdampak negatif bagi Soviet bila sampai gagal, namun bila berhasil, maka bukan saja Soviet akan menghancurkan Amerika Serikat, seteru utamanya itu, lebih dari itu Soviet dan komunisme pun akan menjadi penguasa tunggal dunia. Namun, bila menjalankan rencana ini maka berarti Soviet akan melanggar Protokol Keempat (Fourth Protocol) yang ditandatangani oleh tiga negara yaitu, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat, di mana dalam kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa ketiga negara tersebut tidak akan mengalihkan teknologi atau bahan-bahan yang memungkinkan pengembangan senjata nuklir kepada negara mana pun yang pada saat itu belum memiliki teknologi seperti itu atau bahan-bahan untuk itu; karenanya bila sampai rencana ini terungkap maka akibatnya akan sangat fatal bagi Soviet, tapi dalam rencana tersebut Soviet berusaha meminimalisir perannya dan mengatur sedemikian rupa bahwa yang melakukan pelanggaran itu adalah Amerika Serikat dan bukannya Uni Soviet. Rencana itu dinamai Operasi Aurora.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, pemimpin Uni Soviet, sang Sekretaris Jenderal membutuhkan masukan langsung dari orang yang paling mengerti seluk beluk pemilu Inggris dan segala macam problematik dalam partai-partai utama peserta pemilu Inggris. Dan tak ada orang yang tepat yang paling memahaminya selain daripada orang Inggris itu sendiri, dan orang pertama yang memunculkan ide yang mendasari rencana Aurora itu. Orang itu adalah Kim Philby, pengkhianat Inggris yang membelot ke Moskow, Soviet.


Kim Philby adalah salah satu dari Five Cambridge, lima agen top Inggris yang bertahun-tahun lamanya ternyata menjadi agen rahasia Soviet. Kelimanya merupakan alumni Cambridge dan direkrut Soviet saat tengah menuntut ilmu di universitas terkenal tersebut, karena itulah mereka disebut Five Cambridge. Yang paling pertama terbongkar kedoknya adalah Guy Burgess dan Donald Maclean yang dengan bantuan rekan mereka, Anthony Blunt, melarikan diri ke Moskow. Anthony Blunt sendiri juga termasuk dalam salah satu kelompok pengkhianat Five Cambridge ini. Sebenarnya Blunt masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ratu Elizabeth II, setelah pengkhianatannya terungkap maka gelar kehormatan Blunt pun dilucuti. Meski begitu ia tetap memilih tinggal di Inggris dan tak melarikan diri ke Moskow seperti yang dilakukan rekan-rekannya.

Di antara Five Cambridge, Kim Philby yang paling banyak mendatangkan keuntungan bagi Soviet, mengingat Philby sempat menjadi petinggi di Kedutaan Besar Inggris di Amerika Serikat. Philby pula yang membocorkan pada Burgess dan Maclean bahwa kedok mereka sudah terbongkar sehingga mereka sempat melarikan diri ke Moskow. Saat kedok Philby terbongkar, mengikuti jejak-jejak rekannya, ia juga melarikan diri ke Moskow bahkan menikah dengan wanita Soviet.

Segala persiapan dilakukan untuk mewujudkan Operasi Aurora. Tapi aksi ini berlangsung sangat rahasia, mengingat dampak yang akan diderita Soviet akan sangat besar bila ketahuan, sang Sekretaris Jenderal, pemimpin tertinggi Uni Soviet, bahkan tak melibatkan sama sekali badan-badan intelijennya sendiri, KGB, mengingat di dalam tubuh agen rahasia itu pastinya telah pula disusupi pihak lawan. Kecurigaan yang sangat beralasan.

Agen terbaik dari badan utama intelijen Soviet direkrut dan mendapat pengarahan langsung dari Kim Philby yang menjadi legenda dan pahlawan bagi tunas-tunas muda agen intelijen Soviet.

Namun aksi rahasia Sekretaris Jenderal yang serba rahasia dan merebut semua agen terbaik, dokumen-dokumen terbaik untuk penyusupan yang serba rahasia ini menimbulkan kemarahan Kepala Direktorat Ilegal, Mayjen Pavel Petrovitch Borisov yang awalnya mengira, rekannya sekaligus sahabatnya, Letnan Jenderal Yevgeni Sergeivitch Karpov, pucuk pimpinan Direktorat Utama Satu yang melakukan operasi rahasia tanpa setahunya. Tapi ternyata Karpov pun tak tahu apa-apa. Tapi dalam hatinya ia tahu siapa yang melakukannya. Sang Sekretaris Jenderal, dan instingnya mengatakan apa yang dilakukan Sekretaris Jenderal pastinya merupakan operasi yang luar biasa mengerikan dan kemungkinan besar akan membahayakan stabilitas Soviet bila sampai bocor sehingga departemennya tidak dilibatkan sama sekali. Meski begitu, sebagai pemimpin departemen yang paling berpengaruh dalam pemerintahan Uni Soviet, ia merasa tak seharusnya sang Sekretaris Jenderal menyembunyikan hal ini darinya. Ia pun bertekad mencari tahu operasi rahasia apa yang tengah dilakukan pemimpin tertinggi negaranya tersebut.

Sementara Soviet tengah mematangkan rencana Operasi Aurora, di badan intelijen Inggris tengah terjadi kekisruhan saat diketahui terjadi kebocoran di salah satu departemen penting dalam pemerintahan Inggris. Kebocoran ini berhasil diketahui berkat aksi sebuah pencurian berlian di suatu apartemen saat malam pergantian tahun. Awalnya si pencuri hanya berniat mencuri perhiasan berlian klasik milik sang nyonya rumah di apartemen Fontenoy House, Untuk membawa berlian-berlian curiannya, si pencuri yang bernama Jim Rawlings memasukkannya ke dalam tas kerja suami si nyonya rumah yang rupanya merupakan petinggi dalam Kementerian Pertahanan Inggris. Rupanya pula dalam tas tersebut terdapat dokumen rahasia dari kementerian tempat si tuan rumah bekerja. Ternyata si tuan rumah tersebut diam-diam menjadi agen mata-mata negara asing yang kerap membawa keluar dokumen rahasia dari kementeriannya untuk diberikan pada agen penghubungnya. Saat mengetahui hal ini, si pencuri mengirimkan dokumen tersebut ke departemen yang berada di bawah otoritas MI5. Dinas intelijen Inggris dibagi menjadi dua, MI5 yang menangani stabilitas dalam negeri sementara MI6 bertanggung jawab akan kegiatan intelijen Inggris di luar negeri.. Kepala departemen yang menerima kiriman dokumen dari Jim Rawlings, si pencuri, memberikannya pada John Preston, agen lapangan MI5 yang ulet dan gigih saat menangani kasus, tapi memiliki masalah dengan Brian Harcourt-Smith, wakil pimpinan dinas rahasia tempatnya bekerja. Harcourt-Smith yang bukan merupakan orang lapangan kerap tak memahami insting dalam mengendus suatu kasus tak seperti atasannya, Sir Bernard Hemmings, karenanya ia kerap tak menghiraukan laporan yang dibuat Preston yang didasarkan pada insting dan asumsinya sebagai orang lapangan. Laporan Preston selalu dilemparkan oleh Harcourt-Smith ke ruang arsip dengan label NFA-No Further Action- atau tak ada tindakan lebih lanjut alias dipeties-kan. Bukan itu saja. Harcort-Smith bahkan beberapa kali memutasi Preston.

Namun dalam aksinya, Preston kerap mendapat banyak bantuan dari Sir Nigel Irvine, pimpinan MI5, yang seperti Preston dan Sir Bernard Hemmings juga merupakan orang lapangan. Ia sangat percaya akan intuisi Preston dan menyukai cara kerja Preston yang gigih dan ulet hingga akhirnya bisa menemukan si pengkhianat, pemilik tas kerja berisi dokumen rahasia tersebut.

Atas keberhasilan Preston ini, bukannya mendapat penghargaan, sebaliknya, Harcourt-Smith yang melihat Preston bisa mengancam posisinya, kembali memutasi Preston ke bagian lain yang mengawasi segala arus keluar masuk dari dan ke Inggris. Jadi pekerjaan barunya ini membawahi bandara, stasiun, pelabuhan, dan sebagainya, kegiatan yang dianggap Preston membosankan dan tak ada ubahnya seperti polisi lalu lintas.

Tapi ternyata, di departemen inilah Preston menjadi titik sentral yang akan menyelamatkan Inggris dan dunia barat dari rencana gila Sekretaris Jenderal Soviet.

Sementara itu agen paling top telah dipilih untuk disusupkan ke Inggris. Agen ini yang akan menerima berbagai macam kiriman dari berbagai kurir, dan memberikan laporan ke Moskow saat semua barang yang harus dikirimkan sudah tiba semua, sehingga operasi bisa segera dijalankan.

Satu persatu kurir Soviet yang diatur sedemikian rupa berdatangan ke Inggris untuk memberikan alat-alat yang nantinya akan dirakit setelah seluruh kiriman tersebut telah tiba semua. Meski begitu para kurir tersebut tak ada yang tahu barang apa yang sebenarnya mereka bawa. Hanya si perakit yang nantinya akan datang ke Inggris saat semua barang sudah lengkap, yang tahu bahwa barang-barang tersebut akan menjadi bom nuklir yang rencananya akan diledakkan di dekat pangkalan militer Amerika, menjelang pemilu Inggris, untuk menciptakan kekacauan, dan saat ledakan nuklir itu terjadi, semuanya akan mengarah ke Amerika, seolah pelakunya adalah Amerika Serikat sehingga akan ada gelombang anti Amerika besar-besaran, dan inti dari semuanya, kemenangan Partai Buruh di Inggris, yang juga akan diatur sedemikian rupa sehingga saat partai oposisi ini meraih kemenangan dalam pemilu, ketua Partai Buruh yang masih memimpin akan disingkirkan dan kemudian menggantikannya dengan seorang Marxis-Leninisme fanatik yang pro Soviet.

Namun salah satu kurir yang didatangkan secara ilegal mengalami masalah sehingga tak berhasil menyampaikan barang bawaannya ke agen ilegal yang telah berada di Inggris. Si kurir ini membawa sebuah kotak tembakau dalam tas kanvas yang sebenarnya takkan mendatangkan kecurigaan siapapun, walaupun bila ada yang memeriksa kotak tembakau tersebut hanya didapati lempengan logam yang tidak akan dipahami oleh siapapun yang mungkin akan memeriksa kotak tembakau tersebut. Namun saat si kurir yang sedianya tengah dalam perjalanan ke tempat pertemuan yang dijanjikan dihadang sekelompok preman. Ia pun secara refleks melindungi tas kanvas yang dipeluknya erat-erat di perutnya, dan aksinya itulah yang menimbulkan kecurigaan polisi yang melihat aksi pengeroyokan tersebut.

Berita pengeroyokan ini lalu disampaikan ke Preston yang juga menerima laporan -tidak secara tertulis- dari si polisi yang merasa janggal dengan sikap si kurir yang lalu memilih bunuh diri karena berpikir aksinya sudah ketahuan. Secara diam-diam Preston mengambil lempengan logam dalam kotak tembakau tersebut dan mengirimkannya pada ahli fisika untuk diteliti. Dan ternyata lempengan logam itu merupakan salah satu bahan dasar untuk membuat bom atom. Dari sini Preston mulai curiga ada sebuah aksi rahasia dari pihak asing yang akan mengancam keamanan Inggris. Namun masalahnya, Preston tak memiliki petunjuk lainnya selain lempengan logam tersebut.

Sebagai seorang agen MI5 sudah merupakan kewajibannya untuk membuat laporan mengenai hal ini, tapi berhubung Preston tak memiliki bukti lain yang lebih kuat selain perkiraan dan asumsi yang berdasar pada instingnya sebagai orang lapangan, maka lagi-lagi laporan Preston ini tak ditanggapi serius oleh Brian Harcourt-Smith.

Tapi untungnya ada Sir Nigel Irvine, bos MI6 yang sudah kadung menyukai cara kerja Preston ini sehingga diam-diam ia memperhatikan kegiatannya. Karena itu pula, lewat salah satu mata-matanya di MI5, ia tahu Preston tengah mendapat kasus besar yang sayangnya tak mendapat tanggapan dari atasannya.

Sir Nigel Irvine pun membantu Preston untuk mengungkap lebih jauh dari sekadar lempengan logam yang dilindungi setengah mati oleh si kurir malang itu. Tapi segala upaya mereka menemui jalan buntu. Mereka tak pernah bisa menemukan kurir-kurir lain yang disusupkan Soviet ke Inggris hingga akhirnya seluruh bahan yang harus dikirimkan sudah terkirim semua termasuk lempeng logam yang gagal dikirim itu pun sudah dikirim gantinya, sehingga semuanya tinggal dirakit dan operasi Aurora pun siap dijalankan.

Dalam keputusasaan yang semua penyelidikannya menemui jalan buntu ini, sementara musuh utamanya adalah waktu, Sir Nigel Irvine dengan koneksi yang dimilikinya pun turut berusaha mencari titik terang dari misteri ini. Bahkan Sir Nigel Irvine yang diam-diam memiliki mata-mata dalam tubuh dinas intelijen Soviet, KGB, mencoba mencari tahu dari agen gandanya itu. Tapi semuanya nyaris mustahil hingga suatu malam titik terang yang dinanti itu muncul secara tiba-tiba yang kemudian membawanya pada agen ilegal, penyusup yang akan melaksanakan Operasi Aurora.

Catatan: Novel Fourth Protocol ini bisa dibilang merupakan salah satu novel terbaik Frederick Forsyth. Kisah-kisah spionase yang dikemas secara menarik dengan jalinan plot yang seru dan menegangkan membuat pembacanya terus berpikir bersama sang tokoh utama, John Preston yang gigih dan ulet dengan ending yang tak terduga khas Frederick Forsyth. Poin tambahan novel ini meramu secara menarik tokoh-tokoh fiktif yang dipadukan dengan tokoh-tokoh real atau nyata. Seperti Kim Philby, yang perannya dalam Protokol Keempat ini sangat besar, namun sebenarnya sejak membelot ke Soviet, ia tak pernah mendapatkan peran besar seperti itu, sebaliknya ia hidup dalam pengawasan ketat Moskow. Dan meski dalam kehidupan nyata Philby benar menikah dengan wanita Soviet, tapi wanita Soviet yang menjadi istri Philby dalam novel ini adalah tokoh fiktif. Yang juga menarik adalah bagaimana Forsyth mengisahkan sedikit tentang dua pembelot lainnya, Burgess dan MacLean. Dikisahkan MacLean akhirnya mati dalam kekecewaannya sementara pembelot kelima dari Five Cambridge, yang sebenarnya saat itu masih belum diketahui, jadi Forsyth menciptakan tokoh fiktif dari pembelot kelima itu sebagai yang paling berhasil di antara kelima pemebelot Five Cambridge. Digambarkan si pembelot kelima ini bisa menerima keadaan dibanding rekan-rekan lainnya, ia bahkan bisa berbaur dan meleburkan diri secara total ke dalam masyarakat Soviet. Padahal yang sebenarnya, pembelot kelima dari Five Cambridge, seperti Blunt, memilih tetap tinggal di Inggris dan yang berhasil meleburkan diri secara total ke dalam kehidupan masyarakat Soviet adalah Donald MacLean yang akhirnya meninggal di Moskow akibat sakit kanker. Secara keseluruhan, untuk penggemar kisah-kisah spionase, Fourth Protokol adalah salah satu bacaan wajib.