Total Tayangan Halaman

Translate

Sabtu, 07 November 2015

Review Novel : All The Flowers In Shanghai

Penulis : Duncan Jepson
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Tebal : 476 halaman
ISBN : 978-979-024-388-0

Xiao Feng atau Feng-Feng merupakan putri kedua dari sebuah keluarga kelas menengah yang tak pernah diperhatikan keberadaannya. Ibunya sangat berambisi menjadi bagian dari kalangan kelas atas. Demi mencapai ambisinya ini, ibunya telah mempersiapkan kakak Xiao Feng agar dapat menikah dengan pemuda kaya. Sementara Xiao Feng yang tak diharapkan menikah karena harus mengurus kedua orangtuanya saat mereka tua nanti, seperti bayangan di balik kemilau kakaknya.
 
Meski tak diperhatikan namun Xiao Feng justru menikmati kehidupannya. Berbeda dengan kakaknya yang selalu disibukkan dengan acara pesta dansa untuk menarik perhatian pemuda kaya, Xiao Feng justru lebih suka mengunjungi taman-taman di sekitar rumahnya bersama kakeknya. Dari kakeknya ini, Xiao Feng mengetahui berbagai nama latin bunga-bungaan yang mereka temui. Bahasa yang sukar dimengerti tapi berbekas dalam benak Xiao Feng.
 
Kehidupan penuh kebebasan ini tiba-tiba berubah tatkala kakaknya yang sudah dipersiapkan untuk menikah dengan seorang pemuda dari keluarga Sang yang kaya raya mendadak jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Pihak keluarga Sang yang sudah menyebarkan undangan tak mau kehilangan muka danbersikukuh pesta pernikahan harus tetap diselenggarakan. Maka Xiao Feng harus menggantikan kakaknya menikahi Sang Xiong Fa, putra pertama, ahli waris keluarga Sang itu. Namun hati Xiao Feng ternyata sudah tertambat pada Bi, seorang pemuda miskin, anak penjahit baju pengantin kakaknya yang belakangan menjadi baju pengantinnya.

Hidup sebagai menantu keluarga Sang tak memberi kebahagiaan bagi Xiao Feng. Dalam tekanan untuk melahirkan seorang putra pewaris keluarga Sang, jiwa Xiao Feng memberontak. Di dalam hatinya munculkebencian dan keinginan untuk membalas dendam pada ibu dan almarhum kakaknya yang telah membuatnya terjebak dalam pernikahan yang tak diingininya ini. Pada mertuanya yang telah menekannya untuk melahirkan pewaris. Pada suaminya yang telah menciptakan teror terhadapnya setiap malam demi mendapatkan seorang putra sebagai penerus garis keturunan keluarga Sang. Ia memutuskan bila anak yang dikandungnya laki-laki, maka ia akan merawatnya tapi bila anak yang dikandungnya seorang perempuan, maka ia akan memberikan anaknya itu pada keluarga miskin.

Saat tiba waktunya melahirkan, ia tak mengijinkan siapapun mendampinginya kecuali Yan, pelayan pribadinya. Ternyata anaknya perempuan, tanpa melihat apalagi memeluknya, ia meminta pelayannya memberikan anak yang baru dilahirkannya itu kepada keluarga miskin. Kepada suami dan mertuanya, ia mengatakan ia keguguran.

Sejak hari itu Xiao Feng memutuskan untuk berubah. Ia tak mau lagi tunduk pada siapapun. Bahkan dengan cerdiknya, ia menyalahkan ibu mertuanya yang telah membuatnya keguguran sehingga ibu mertuanya yang sejak awal selalu mempersulitnya tak bisa lagi berkutik. Ia juga tak mau lagi tunduk dan membiarkan suaminya menerornya setiap malam hanya demi mendapatkan seorang putra.

Xiao Feng yang semula pemalu memutuskan keluar dari kepompongnya. Ia ingin menjalani hidup seperti kakaknya dulu. Ia belajar bersolek, belanja sepatu dan baju-baju bagus dan rajin mengikuti pesta-pesta dansa. Ia juga mulai mendapat respek dari ayah mertuanya karena berhasil membuat Xiong Fa, yang rendah diri menjadi sosok berbeda dengan kepribadian kuat seperti dambaan ayahnya. 

Ayah mertua Xiao Feng makin menyayanginya saat mengetahui Xiao Feng hamil lagi. Kali ini anak yang dilahirkan Xiao Feng adalah laki-laki. Ia benar-benar puas karena telah berhasil menuntaskan tugasnya memberikan keluarga Sang seorang pewaris. Tapi masalahnya bayi yang dilahirkannya cacat. Ayah dan ibu mertuanya menganggap bayinya tak layak menjadi pewaris keluarga Sang dan mendesak Xiong Fa membuang putranya dan menikah lagi dengan wanita lain yang bisa melahirkan seorang putra. Tapi ternyata Xiong Fa tak mau menuruti keinginan orang tuanya. Ia memutuskan untuk tetap merawat putranya yang diberi nama Sang Lu Meng.

Suatu hari Xiong Fa menumpahkan perasaannya pada Xiao Feng bahwa sekalipun anak yang dilahirkan Xiao Feng adalah perempuan, ia akan tetap bahagia. Malah ia lebih suka memiliki anak perempuan. Mendengar ini Xiao Feng ingin menjerit dan menceritakan pada Xiong Fa bahwa anak pertama mereka adalah perempuan. Diliputi perasaan menyesal Xiao Feng meminta Yan, pelayan pribadinya untuk mencari anak perempuannya tapi tentu saja hal itu mustahil. 

Seiring waktu Lu Meng mulai besar. Ia tumbuh menjadi anak yang tangguh meski cacat. Sementara perang mulai berkecamuk. Jepang datang menguasai Shanghai. Suatu hari datanglah seorang gadis pelayan bernama Yu. Ia ditugaskan mengurus Lu Meng. Keduanya sangat akrab. Xiao Feng tak suka melihat keakraban anaknya dengan seorang gadis pelayan. Ia makin membenci Yu saat suatu hari melihat Yu tengah bersama suaminya. Dalam keadaan kalap ia memukuli Yu dengan ikat pinggangnya. Ia makin murka saat Lu Meng, putra kesayangannya malah melindungi gadis pelayan itu. 

Kemarahan dan kebencian yang terpendam di dalam hatinya terhadap Yu, si gadis pelayan serta rasa sakit hati atas pengkhianatan suami dan putra semata wayangnya yang malah lebih membela seorang pelayan membuat Xiao Feng menarik diri dan hidup terasing. Hingga suatu hari ia menemukan sebuah kenyataan yang jauh lebih menyakitkan. Kemarahan dan kebenciannya pada Yu malah berbalik menjadi kacau balau saat rahasia kelamnya tersingkap. Rasa marah dan bencinya kini berbalik menjadi rasa malu, sedih, menyesal, dan berbagai rasa yang membuatnya melarikan diri dari rumahnya. Meninggalkan suami dan anaknya.

Keluar dari rumah keluarga Sang, hidup Xiao Feng tidaklah mudah. Ia harus bekerja keras dan di bawah rezim partai komunis yang berkuasa atas China usai perang melawan Jepang makin membuat hidup Xiao Feng bertambah sulit. Suatu hari, di musim dingin yang berat, ia menerima sepucuk surat yang membuatnya sadar bahwa ia harus menghadapi masa lalunya. Dalam keadaan sekarat karena musim dingin yang berat, Xiao Feng mulai menulis surat mengisahkan kisah hidupnya untuk putri yang telah dicampakkannya.

Catatanku: Sejujurnya aku sedikit kecewa dengan cerita dalam novel ini yang tak sesuai dengan bayanganku yang terpesona saat membaca sinopsisnya saat browsing di internet. Meski begitu, untuk mengisi waktu luang, novel ini lumayan bisa membunuh waktu. Tak terlalu membosankan meski tak bisa dibilang istimewa.