Total Tayangan Halaman

Translate

Sabtu, 16 Juli 2011

GP Jerman, Mercedes, dan Michael Schumacher

Michael bersama Ralf, adiknya dan Norbert Haug, vice president Mercedes sport

Setelah tampil mengesankan di Montreal, Kanada, ternyata dua balapan berikutnya tak terlalu menggembirakan untuk Michael Schumacher. Di Valencia, juara dunia tujuh kali ini kembali harus bertabrakan dengan Vitaly Petrov dan di Silverstone, Inggris, pekan lalu, Michael Schumacher yang tampil meyakinkan saat start dengan merebut P10 dari posisi start-nya di P13, lagi-lagi Michael harus mengalami nasib naas. Kali ini ia bersinggungan dengan Kamui Kobayashi. Akibatnya, Michael terkena penalty 10 detik. Penalti yang dinilai Michael terlalu berat karena dengan pelanggaran ringan yang dilakukannya, Michael mengaku remnya tak bekerja dengan baik sehingga ia tak bisa menghindari mobil Kobayashi hingga mengakibatkan keduanya bertabrakan dan membuat Michael terpaksa masuk pit untuk mengganti front nose mobilnya yang rusak, menurut Michael setidaknya drive through penalty sudah cukup baginya dan tak perlu ia sampai dikenai penalti 10 detik sehingga membuat posisinya melorot jauh, padahal Michael menilai setidaknya ia bisa merebut finish di urutan keempat atau kelima. Terlebih setelah pit pertamanya usai insiden tabrakannya dengan Kobayashi sekaligus ia memakai kesempatan itu untuk mengganti ban, sekeluarnya dari pit, Michael beberapa kali berhasil mencatat fastest lap, hasil ini memicu para pebalap lainnya untuk segera masuk pit juga mengganti ban intermediate mereka.

Michael akhirnya harus puas finish ke-9 dan meraih dua poin. Namun rupanya diffuser baru Mercedes yang mulai dipasang tim ini di GP Inggris, pekan silam memberikan harapan baru bagi kubu Mercedes dalam menghadapi balapan selanjutnya yang akan berlangsung di negeri mereka, Jerman, pekan yang akan datang. 

Dalam sejarah GP Jerman, Mercedes pernah tampil merajai sirkuit Nurburgring di masa sebelum perang dunia kedua, masa sebelum F1 yang baru dimulai pada tahun 1950. Pada balapan pra perang dunia kedua, Rudolf Caracciola, yang adalah juga pebalap Jerman merupakan pebalap yang paling banyak menangguk kesuksesan di GP Jerman. Pebalap Jerman yang di masa sebelum perang dunia kedua, sempat membalap dengan bendera bergambar swastika, lambang Nazi, pimpinan Hitler ini meraih enam kemenangan di GP Jerman dan enam di antaranya direbutnya bersama tim Mercedes-Benz. 

Sementara Mercedes-Benz sendiri sebelum perang dunia kedua merupakan kontruktor unggulan yang merajai GP Jerman dan berhasil merebut tujuh kemenangan. Namun tim konstruktor yang paling banyak meraup kemenangan di GP Jerman adalah Ferrari yang tercatat berhasil menorehkan dua puluh kali kemenangan. Sedangkan Mercedes hanya meraup delapan kali kemenangan. Tujuh kemenangan sebelum masa perang dunia kedua sementara satu kali lagi kemenangan atas nama Mercedes diraih pada tahun 1954 bersama Juan Manuel Fangio, sementara saat bertandem dengan McLaren, Mercedes sempat meraih dua kali kemenangan. Pada tahun 1998 bersama Mika Hakkinen, sedangkan yang kemenangan di GP Jerman terakhir diraih Mercedes bersama McLaren lewat Lewis Hamilton pada tahun 2008 silam.

Setelah perang dunia kedua, baik pebalap maupun pabrikan Jerman dilarang terlibat dalam balapan. Sirkuit Nurburgring yang biasa menggelar balapan pun tak lagi digunakan. GP Jerman kembali digelar pada thaun 1950 yang dimenangkan oleh Alberto Ascari bersama Ferrari. Ascari menjuarai GP Jerman tiga kali berturut-turut sejak tahun 1950 hingga 1952. 

Mercedes baru kembali meraih kemenangan di kandang mereka pada tahun 1954 lewat Juan Manuel Fangio sementara fastest lap dicatat oleh Karl Kling yang juga merupakan pebalap Mercedes. Setelah tahun 1954, Mercedes tak pernah lagi meraih kemenangan di negerinya sendiri. Sementara Fangio masih dua kali lagi meraih kemenangan di Jerman. Pada tahun 1956 Fangio meraih kemenangan bersama Ferrari, sementara pada tahun 1957 pebalap Argentina ini mencatat kemenangan untuk Maserati.

Bertahun-tahun lamanya, akhirnya Jerman kembali bisa menyaksikan pebalap mereka meraih kemenangan di negeri mereka sendiri. Dan ia adalah Michael Schumacher yang berhasil mengembalikan kejayaan pebalap Jerman di negerinya sendiri. Schumacher meraih kemenangan pertamanya di GP Jerman, yang kali ini digelar di Hockenheim, pada tahun 1995 lewat Benetton-Renault. Meski Michael Schumacher belum bisa menyamai 6 kali rekor kemenangan di GP Jerman seperti yang ditorehkan oleh Rudolf Caracciola, namun Michael Schumacher merupakan pebalap F1 yang paling banyak meraih kemenangan di GP Jerman, setelah masa perang dunia kedua. Ia menorehkan empat kali kemenangan dan semuanya ditorehkannya di sirkuit Hockenheim. Sementara kebanyakan pebalap lainnya, seperti Ascari, Fangio, Stewart, Piquet, dan Senna hanya mampu menorehkan tiga kali kemenangan saja. 

Kemenangan kedua Michael Schumacher di negerinya diraihnya pada tahun 2002 bersama Ferrari. Kiprah Michael Schumacher di negerinya sendiri memang terbilang cukup unik. Meski ia merupakan pebalap yang memiliki paket paling lengkap, tapi ia belum pernah berhasil mencatat hattrick di negerinya sendiri seperti yang pernah dilakukan oleh Ascari. 

Saat ia telah bergabung dengan Ferrari pada tahun 1996, Michael belum jua meraih kemenangan di tanah airnya. Malahan, rekan setimnya, Irvine dan Barrichello yang lebih dulu meraih kemenangan yakni pada tahun 1999 dan 2000. Pada tahun 2001 Ralf Schumacher, adik kandung Michael Schumacher berhasil meraih kemenangan pertamanya di tanah airnya. Setahun kemudian, barulah Michael Schumacher yang berhasil kembali menaikkan bendera Jerman di negeri mereka sendiri. Pada tahun 2004, Michael mengalami kesulitan dan hanya mampu meraih finish ke-7 sementara yang meraih kemenangan adalah Juan Pablo Montoya yang membalap untuk tim Williams-BMW, pabrikan saingan Mercedes.

Pada tahun 2004 dengan paket Ferrari-nya yang sempurna, Michael Schumacher kembali berhasil meraih kemenangan di depan publiknya sendiri. Setahun berikutnya, Michael dan Ferrari kepayahan akibat perang ban yang dimenangkan oleh tim-tim lawannya pengguna Michellin. Kemenangan terakhir Michael Schumacher di GP Jerman, diraihnya pada tahun 2006. 

Kini bersama Mercedes, Michael Schumacher masih belum juga tampil cemerlang kecuali di GP Kanada, yang merupakan penampilan terbaiknya sejak kembali ke arena F1, namun hingga kini Michael dan Mercedes belum pernah lagi meraih kemenangan. Tentunya hal ini merupakan motivasi paling kuat bagi mereka untuk tampil mengesankan di GP Jerman yang akan berlangsung pekan depan terlebih tim Mercedes makin optimis dengan diffuser baru mereka yang memperlihatkan hasil yang mengesankan di Silverstone, Inggris, pekan lalu. Optimisme ini diungkapkan oleh bos tim, Ross Brawn yang menilai positif perkembangan paket baru mobil mereka dengan sistem exhaust baru yang dipasang mereka di Silverstone dan berharap bisa memberikan kesempatan bagi kedua pebalap mereka tampil gemilang di hadapan publik mereka sendiri di Jerman nanti

"Our car showed positive signs of improvement with the new upgrade package and exhaust system in Silverstone, and we have been working hard since then to further enhance our understanding of its performance capabilities," ujar Brawn dalam preview tim.

"We are hopeful of continuing this progression and putting on a good performance next weekend, giving our drivers the opportunity to show what they can do in front of their own supporters."

Hal positif senada juga diungkapkan oleh Michael Schumacher yang berharap beberapa pengembangan yang telah dilakukan di Silverstone dengan sistem exhaust baru bisa bersinergi dengan ban sehingga bisa memenuhi harapan para pendukungnya.

"We saw some improvements over the Silverstone weekend with our new exhaust system, along with improvements to how we work with the tyres, so we go to the next race weekend with a good feeling added to our fighting spirit," ujar Schumacher.

"We definitely want to show our home crowds our best level of performance possible," imbuh juara dunia tujuh kali ini. 

Michael amat berharap perkembangan teknis terbaru yang dilakukan timnya bisa membuatnya tampil lebih baik, terlebih lagi tahun ini adalah kali pertama Michael akan melintasi tikungan yang dinamai dengan namanya sendiri yaitu tikungan 8 dan 9, jadi tentunya ia ingin sekali tampil kencang yang tentunya akan merupakan kebanggaan tersendiri bagi pebalap yang telah mengoleksi 91 kemenangan ini.

"It will be the first time that I race through the corner which is named after me (Turns 8 and 9), and obviously I would like to believe that this is not only making me proud, but also even faster."

Sumber gambar : worldcarfans

Jenson Button, Up And Down In F1

Karir Jenson Button di Formula One bisa dibilang cukup unik. Sebelum memulai karir di F1, ia sempat mencicipi mobil McLaren-Mercedes namun pebalap Inggris ini malah masuk F1 lewat tim Williams pada tahun 2000. Kemunculan perdananya cukup mengesankan hingga ia dijuluki Wonder Boy. Tapi setelah setahun bersama Williams, ia terpaksa pergi meninggalkan Williams, meskipun sebenarnya tim Frank Williams itu masih suka dengan Button namun karena mereka memiliki kontrak dengan Juan Pablo Montoya maka terpaksalah Jenson Button dipijamkan ke tim Benetton. 

Bersama Benetton, Jenson mengalami masa sulit. Namun meski penampilannya payah, ia tetap dipertahankan dan hasilnya ia tampil jauh lebih baik di tahun keduanya bersama Benetton yang kini berganti nama menjadi Renault. Tapi lagi-lagi Jenson harus didepak karena Renault yang saat itu dipimpin oleh Flavio Briatore yang juga merupakan manager Fernando Alonso menganggap sudah waktunya bagi anak asuhnya tampil setelah di tahun sebelumnya menjadi test driver Renault usai menjalani masa orientasi pengenalan F1 lewat tim gurem, Minardi. Untungnya saat itu Jenson mendapat perhatian dari David Richards yang menggantikan Craig Pollock memimpin tim BAR-Honda. 

Ternyata pengamatan DR, panggilan khas untuk David Richards, terhadap Jenson Button tak keliru. Di tahun 2004 Jenson bersama BAR-Honda tampil gemilang dan merupakan satu-satunya pebalap yang mampu mengimbangi dominasi Michael Schumacher-Ferrari, tentu di samping rekan setimnya, Rubens Barrichello. 

Penampilan cemerlang Button ini tentu saja membuatnya kembali naik ke bursa pebalap top hingga tim lamanya, Williams pun mulai meliriknya kembali. Tapi ternyata kesuksesan Jenson ini juga berimbas secara negatif. Ia bahkan harus terlibat masalah kekacauan kontrak antara Williams dan BAR-Honda. 

Tahun berikutnya, BAR-Honda tak segemilang musim 2004. Namun meski Jenson memiliki opsi untuk kembali ke Williams, tapi ia memutuskan bertahan di BAR. Makin tahun, ternyata penampilan BAR-Honda yang kemudian berganti nama hanya Honda saja makin melempem. Nama Jenson Button pun kembali terbenam. Hingga akhirnya Honda memutuskan hengkang dari Formula One di akhir tahun 2008. 

Tapi ternyata di balik segala macam kesulitan ini, karir Jenson rupanya perlahan mulai kembali naik ke atas. Di tahun 2009 tim Honda yang telah berganti nama menjadi Brawn GP tampil mendominasi paruh pertama musim balap tahun itu. Bahkan walau performa Jenson dan Brawn GP mulai menurun berkat pengembangan dari tim-tim lawan, namun Jenson Button dan Brawn GP berhasil merebut gelar dunia pertama mereka di akhir musim 2009 itu. 

Setahun berikutnya, Jenson pindah ke McLaren-Mercedes, salah satu tim favoritnya saat ia masih kecil. Ia bahkan menyebut bergabungnya ia dengan tim asal Woking, Inggris itu bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. 

Kini Jenson sudah memasuki tahun keduanya bersama McLaren-Mercedes. Ia juga sudah memberikan tiga kemenangan untuk McLaren-Mercedes. Tahun lalu ia meraih dua kemenangan di Australia dan China.  Sementara di tahun ini Jenson akhirnya berhasil kembali meraih podium tertinggi di Montreal, Kanada. Namun di GP Inggris, kemarin, di hadapan publik senegaranya Jenson yang dalam sejarah karir F1-nya selalu tampil buruk di Inggris, kembali harus mengalami nasib naas. Ban depannya terlepas akibat kecerobohan kru pit McLaren, akibatnya juara dunia 2009 ini gagal melanjutkan lomba dan tak mendapatkan tambahan poin.

Menjelang masa akhir kontraknya bersama McLaren yang akan berakhir tahun depan, nama Jenson Button kini bahkan kabarnya menjadi incaran tim-tim papan atas macam Ferrari dan Red Bull. Namun berita paling akhir, Red Bull menegaskan akan tetap diperkuat Sebastian Vettel dan Mark Webber di musim depan. Namun berita tentang Ferrari yang kabarnya ingin mengganti Felipe Massa dengan pebalap yang lebih mampu mengimbangi Fernando Alonso masih belum ada kejelasannya, dan Button menjadi salah satu pebalap yang diincar tim scuderia itu. 

Jenson sendiri menanggapi positif mengenai dirinya yang menjadi incaran tim-tim papan atas dan menganggapnya sebagai berkah atas dirinya yang telah mengalami tahun-tahun sulit selama karir balapnya di F1. Dan bila kini ia termasuk salah satu pebalap top F1, maka semua itu dinilainya merupakan buah dari hasil kerja kerasnya selama ini. 

"Yeah, I've worked hard to get where I am and for what I've achieved, and I feel there is a lot more I can achieve in Formula One. That's probably one of the reasons why I'm being linked with other people, so it's nice to have positive comments written about you, and they're all exciting prospects. You could say I do feel in a privileged position. It's nice to be in that position."

Mengenai kabar dirinya yang menjadi salah satu pebalap yang diincar Ferrari, Jenson mengungkapkan bahwa di masa ia masih kecil, ada tiga tim yang merajai F1 yaitu Williams, McLaren, dan Ferrari. Dan Jenson sudah membalap untuk dua tim besar yang menjadi idamannya saat kecil, yaitu Williams dan McLaren jadi tinggal satu tim besar lagi yang belum pernah dibelanya, yaitu Ferrari. Namun Jenson juga menambahkan bahwa ia menyadari tak semua impian bisa diraihnya. 

"As a kid growing up there were three teams that really excited me, and they were the three fighting for the world title in Williams, McLaren, and Ferrari. I've driven for Williams and McLaren, one of the start of my career and one now, but your dreams as a kid don't always come true."

Masa depan Jenson di F1 saat ini bisa dibilang cukup cerah. Ia telah meraih gelar dunia dan kini tengah membalap untuk salah satu tim besar yang merupakan salah satu tim impiannya saat kecil dan ia juga tengah diminati tim besar lainnya, tapi Jenson tetap menganggap bahwa masa depan tetap merupakan misteri. Ia tak tahu pasti masa depannya, tapi yang jelas saat ini ia hanya ingin terus menggali potensinya dan terus berusaha meraih kemenangan. Meski begitu ia tetap berharap ada pilihan baginya di masa depan tapi ia juga menegaskan bahwa yang penting adalah apa yang terjadi di saat ini. Menjalani hidup dan menikmati apa yang dilakukannya di saat ini meski ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

"I don't know where my future is, other than in a car that is definitely fighting for victories, which is exactly what I want at this moment in time after what I've achieved. So, it's a case of never say never. You've got to keep your option open, never burn any bridges. But I don't think you want to look too far in the future either. You have to live the moment and enjoy what you're doing, and I don't know what's going to happen in the future at the moment."

Mengenai kemungkinan bila ia bergabung dengan Ferrari, artinya ia harus membalap berdampingan dengan Fernando Alonso yang pernah membuatnya terdepak dari Renault. Alonso yang pernah membalap untuk McLaren dan mengalami masa yang buruk saat bertandem dengan Lewis Hamilton namun Button yang hingga kini masih bermitra dengan Hamilton di McLaren dan keduanya tak mengalami pertikaian tajam seperti yang terjadi ketika Hamilton berpasangan dengan Alonso di tim Woking itu. 

Meski hubungan Jenson dan Hamilton di McLaren terkesan adem ayem, namun Jenson pun pernah memiliki pertikiaian dengan rekan setim saat ia bergabung dengan BAR mendampingi Jacques Villeneuve. Mengenai hubungannya dengan JV yang sempat menjadi sorotan media, Jenson menyatakan bahwa awalnya memang hubungannya dengan JV tak terlalu baik. JV bahkan kerap membicarakan dirinya di depan media dan bukannya menghadapinya secara langsung, tapi belakangan, Jenson mengaku hubungannya dengan JV membaik, bahkan katanya belakangan mereka berteman baik. 

Bila Button akan bergabung dengan Ferrari yang artinya menjadi rekan setim Alonso, maka Button telah menjadi rekan setim tiga juara dunia. Di BAR, Jenson berpasangan dengan JV yang merupakan juara dunia 1997 sementara di McLaren, Jenson menjadi rekan setim Lewis Hamilton yang adalah juara dunia 2008. Mengenai masalah rekan setim, Jenson menyatakan bahwa ia tak terlalu mengkhawatirkan siapa yang akan menjadi rekan setimnya. Ia hanya ingin membalap untuk tim yang memiliki pebalap yang kompetitif karena ia amat menikmati pertarungan itu. "But I've no worries being anyone's team-mate. I relish racing for a team that has a competitive driver. I enjoy the fight."

Mengenai nasib apesnya di GP Inggris, pekan lalu, Jenson menyatakan bahwa yang paling penting baginya saat ini adalah ia ingin meraih kemenangan. Menikmati setiap balapan dan terus berusaha menanti peluang baik datang dan tidak memikirkan mengenai gelar dunia. Akibat hasil balap di GP Inggris minggu lalu, di mana ia gagal finish dan terpaksa tidak mendapat tambahan poin, padahal usai kemenangannya di Kanada, poin Jenson dengan pemimpin klasemen, Sebastian Vettel hanya terpaut 75 poin dan membawa Jenson mengisi urutan kedua di klasemen, tapi akibat kecerobohan kru pit McLaren di Silverstone, Inggris, maka kini poin Jenson dengan Vettel terpaut 95 poin dan posisinya di klasemen pun melorot ke urutan ke-5 di belakang rekan setimnya, Lewis Hamilton.

Sumber gambar : planetf1

Rabu, 15 Juni 2011

Haug Memuji Penampilan Schumi di Kanada



Michael Schumacher is back?! Melihat aksi spektakuler Michael Schumacher di Kanada kemarin mungkin bisa dijadikan awal dari kembalinya Michael yang berhasil memperlihatkan kembali bakat istimewanya. Di atas trek basah sirkuuit Gilles Villeneuve, Michael Schumacher yang berada di P12 saat restart usai balapan sempat dihentikan hampir dua jam lamanya, seperti terbang hingga berhasil merambat ke P2. Bahkan aksinya saat menyalip Massa dan Kobayashi (yang selama ini dianggap seperti mimpi buruk-nya Schumi karena juara dunia tujuh kali ini kerap mengalami kesulitan saat menyalip pebalap Jepang ini) sekaligus di lap 51 untuk merebut P2 yang sayangnya gagal dipertahankannya hingga akhir race karena Mercedes W02-nya tak mampu mengimbangi kekuatan peranti DRS milik Button dan Webber.

Nama Michael Schumacher pun kembali muncul ke permukaan setelah sebelumnya juara dunia tujuh kali ini selalu dihujani kritik dan cemooh dari berbagai pihak karena penampilannya yang tak mengesankan sejak kembali ke ajang olahraga ini tahun lalu.

Menjadi Michael Schumacher memang tak mudah. Saat ia tampil luar biasa seperti kemarin, segala puja puji akan segera dilambungkan padanya tapi begitu penampilannya buruk, maka kritikan super pedas (lebih pedas dari cabe rawit paling seribu kilo) akan segera menghujamnya. Bahkan tak jarang mantan pebalap yang numpang tampil untuk mengkritiknya dan menyuruhnya untuk segera mundur. Tapi untungnya, Michael Schumacher yang sudah cukup kenyang dengan segala macam situasi seperti ini, bisa mengatasinya dengan tetap berkepala dingin dan tetap fokus pada apa yang ingin dicapainya.

Semua hujan kritik yang menderanya sejak tahun lalu akhirnya berhasil dibungkam Schumi di Kanada hari Minggu kemarin. Bahkan David Coulthard, mantan rekan setim Michael yang kini menjadi komentator tv, usai GP Turki sempat mengkritik Schumi dan menyuruhnya untuk segera pensiun, balik memberikan ucapan yang menyejukkan bagi Schumi saat mengomentari aksi sang juara dunia tujuh kali ini di Kanada.

Penampilan spektakuler Schumi di Kanada kemarin itu tentu saja mendapat respon positif dari vice president Mercedes, Norbert Haug. "This is what happens in sport - you can turns thing around quickly," ujar Haugh kepada Autosport mengomentari penampilan gemilang Schumacher di Montreal, Kanada yang beberapa minggu sebelumnya mendapat hujan kritik atas penampilannya di Turki.

Dalam kesempatan itu Haug juga mengemukakan bahwa di DTM, Ralf Schumacher yang merupakan adik kandung Michael, yang juga membalap untuk Mercedes sebelumnya mendapat kritikan tapi kini telah memetik hasil yang lebih baik.

Haug juga menegaskan bahwa timnya tengah melakukan pengembangan dan itu membutuhkan kerja sama semua pihak di dalam tim. Dan Michael akhirnya bisa memberikan penampilan terbaiknya dan jika saja tim bisa memberikan mobil yang tepat maka Michael pastinya akan mampu tampil cemerlang seperti yang diperlihatkannya di Kanada hari Minggu kemarin.

"Our team is composed, it stays together and everyone is helping each other. This was Michael at his best. It shows that he can do it, and that if we give him the right car he will deliver."

Peningkatan performa Michael dibanding tahun lalu belum lama ini menimbulkan spekulasi bahwa juara dunia tujuh kali ini akan memperpanjang kontraknya bersama Mercedes sehubungan dengan komentarnya mengenai pentingnya kontinuitas dalam meraih kesuksesan. Saat itu Michael mengungkapkan bahwa setidaknya dibutuhkan waktu tiga tahun untuk membuat sebuah tim menjadi sukses. Michael menyebutkan bahwa ia membutuhkan waktu 5 tahun bersama Ferrari sebelum akhirnya berhasil meraih gelar dunia pertamanya bersama tim Italia itu yang juga merupakan gelar dunia ketiganya karena sebelumnya, Michael telah meraih dua gelar dunia bersama Benetton sebelum bergabung di Ferrari pada tahun 1996.

Kontrak Michael sendiri dengan Mercedes hanya tiga tahun dan akan berakhir pada tahun 2013 yang akan datang.

Di Kanada kemarin dalam rangkaian GP Kanada yang baru saja usai itu, Schumi memberikan penjelasan atas interpretasi yang muncul berdasarkan komentarnya. Ia menyatakan bahwa komentarnya itu tak memiliki maksud tersembunyi mengenai kemungkinan akan memperpanjang kontraknya dengan Mercedes dan menegaskan bahwa saat ini ia memiliki kontrak tiga tahun dengan Mercedes namun pembicaraan mengenai perpanjangan kontraknya dengan Mercedes belum tertutup dan akan dibicarakan di saat yang tepat.

"I have heard the speculation-and how it was interpreted into my comments. But that wasn't the meaning of my comment-let me put it that way. We have said that I have a three-year deal and at the right moment in time we will talk about what will happen in the future," terang Michael Schumacher.

Bila melihat penampilan gemilang Schumi di Kanada kemarin, rasanya terlalu mubazir bagi tim Mercedes bila sampai menyia-nyiakan bakat luar biasa dan pengalaman Schumi yang segudang ini. Schumi merupakan aset berharga bagi tim manapun. Apapun yang akan terjadi di masa mendatang. Apakah kontrak Schumi akan diperpanjang ataupun tidak, bagiku pribadi, aku hanya berharap bisa melihat Michael kembali meraih kemenangan sebelum ia kembali harus pensiun dari F1 entah karena faktor usia ataupun karena sebab lainnya.

Sumber gambar dari situs ini. 

GP Kanada 2011 Mengharu Biru Schumacher

 Meski mobilnya kalah kencang, tapi Schumi sempat membuat Webber keteteran

Michael Schumacher dan sirkuit Gilles Villeneuve sepertinya memang memiliki hubungan yang amat istimewa. Schumi merupakan pebalap tersukses di sirkuit ini dengan tujuh kali kemenangan dan pada balapan GP Kanada hari Minggu kemarin, kenangan manis Schumacher di sirkuit bernama ayah dari mantan rival beratnya saat perebutan gelar dunia 1997 ini makin bertambah. 

Menjelang GP Kanada, Schumi telah banyak menerima kritikan atas performanya yang dinilai belum juga terlihat istimewa dan kerap kalah dari rekan setimnya yang jauh lebih muda. Mulai dari Alain Prost, juara dunia F1 empat kali yang menyatakan bahwa usia Schumi sudah terlalu tua dan tak mungkin lagi bisa mencapai peak perform-nya seperti di masa lalu hingga komentar mantan dua rekan setimnya, Coulthard dan Herbert yang dengan arogannya mengusulkan Schumacher untuk segera pensiun ... lagi. 

Tapi bukan Michael Schumacher namanya kalau ia langsung menyerah begitu saja hanya karena berbagai komentar kejam yang ditujukan padanya itu. Di balapan pada GP Kanada hari Minggu kemarin akhirnya Michael Schumacher kembali mempertontonkan aksi briliannya yang telah membuatku dan mungkin jutaan penggemar Michael Schumacher jatuh hati pada pebalap Jerman peraih tujuh gelar dunia ini. 

Kecepatan Mercedes W02 memang sudah tampak sejak sesi latihan bebas pertama di hari Jum' at di mana saat itu Rosberg, rekan setim Schumi berhasil menjadi pebalap tercepat pertama sementara Michael berada di urutan ketiga di belakang Fernando Alonso. 

Namun pada sesi latihan bebas kedua, duo Mercedes berada jauh di belakang. Rosberg berada di urutan 19 disusul Schumi di urutan ke-20. Namun hasil ini bukan menandakan performa Mercedes W02 mulai merosot. Hasil ini dikarenakan kedua pebalap Mercedes ini membawa bahan bakar penuh sehingga waktu yang ditorehkan mereka tak terlalu mengesankan. Tapi semua ini merupakan strategi Mercedes untuk mendapatkan data yang cukup yang bisa dianalisa dalam menghadapi lomba di hari Minggu.

"We covered quite a lot of work today, obviously we didn't do any times on lower fuel and just concentrated on high fuel due to the red flags shortening our programme this afternoon," ujar Michael Schumacher usai sesi latihan bebas kedua pada hari Jum'at menjelang race di GP Kanada.

"That's why we are at the opposite end of the timesheets to this morning, when it looked encouraging for a weekend that we did not enter with the highest expectations. We will now sit and analyse our performance and hope for another encouraging day tomorrow," juara dunia tujuh kali ini menjelaskan sebab musabab dari hasil yang dicapai tim Mercedes dari sesi latihan bebas hari Jum'at.

Hari Sabtu. Saat sesi latihan bebas terakhir, Rosberg, rekan setim Michael kembali mencatat waktu tercepat ketiga di belakang Vettel dan Alonso sementara Michael hanya mencatat waktu tercepat ketujuh di belakang duo McLaren, Button dan Hamillton.

Saat sesi kualifikasi, seperti biasa kedua pebalap Mercedes hanya melakukan one run saja untuk menghemat ban. Hasilnya kedua pebalap Mercedes dan McLaren saling bersilangan. Rosberg merebut P6 tepat di belakang Hamilton sementara Schumacher berada di urutan ke-8 di belakang Button.

"We can be quite happy with today's qualifying. I had lost drive momentarily after turn 4 during my last lap but otherwise I had a clean lap. We will have to analyse why that happened, but all went pretty well other than that. We have developed our set-up-in the right direction over the weekend, and the long runs looked quite good this morning, so we should be ok in the race," ujar Michael usai sesi kualifikasi mengemukakan bahwa ia sempat kehilangan momentum di turn 4 saat sesi kualifikasi hampir berakhir, meski ia mengaku cukup puas dengan pengembangan sepanjang minggu yang dilakukan timnya dan berharap bisa meraih hasil yang cukup memuaskan di balapan. 

Hari Minggu sebelum lomba dimulai hujan sudah mulai turun membasahi sirkuit Gilles Villeneuve. Menjelang start hujan tak jua berhenti hingga akhirnya balapan dipandu oleh Safety Car. Balapan di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin mungkin merupakan salah satu balapan F1 yang paling menarik. Penuh drama dan menegangkan hingga akhir lomba. Safety Car berkali-kali bolak balik ke trek. Balapan sempat ditunda hingga hampir dua jam lamanya tapi toh tak mengendurkan syaraf mataku untuk tetap menatap layar kaca menanti apa yang akan terjadi selanjutnya, meski itu artinya aku harus begadang sepanjang malam, dan hanya sempat tidur dua jam setengah saja, akibatnya hari Senin-nya aku memilih bolos kerja.

Di awal lomba Michael Schumacher sudah memperlihatkan suguhan yang menarik kala ia tak gentar menghadapi tekanan dari Lewis Hamilton. Sebelumnya, pada balapan di Monaco, Schumi dan Hamilton pun sempat terlibat insiden yang turut mempengaruhi kinerja W02 Schumi di Monte Carlo hingga akhirnya juara dunia tujuh kali itu terpaksa retired. Meski begitu, Schumi termasuk salah satu orang yang tak ikut menghujat Hamilton atas berbagai insiden yang dilakukannya di Monaco. Sebaliknya Schumi malah membela Hamilton dan menyatakan bahwa trek di Monaco memang sempit, sehubungan dengan insiden yang menimpa Hamilton dengan Massa di mana saat itu Hamilton dinilai sengaja menempatkan mobilnya hingga separuh trek dan membuat Massa berada di posisi yang sulit. Tapi Schumi sebagai pebalap yang sudah amat berpengalaman ini mengemukakan pandangannya dan menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Hamilton itu bukanlah suatu kesalahan karena keadaan trek di Monaco yang sempit amat menyulitkan pebalap manapun termasuk Hamilton.

Di Kanada, pada lap-lap awal Lewis telah lebih dulu menghadapi insiden dengan Webber hingga membuat posisinya melorot dan saat ia mencoba menyalip Michael, juara dunia 2008 ini malah mendapat pelajaran berharga dari seniornya ini. Lewis sempat melintir saat mencoba menyalip Michael.

Selanjutnya terjadi insiden antara Hamilton dengan rekan setimnya sendiri, Button yang membuat SC kembali ke trek. Cuaca ternyata makin tak bersahabat sehingga beberapa pebalap termasuk Michael yang sebelumnya telah masuk pit terpaksa masuk pit kembali untuk mengganti ban intermediate mereka dengan ban basah. SC lagi-lagi harus masuk trek untuk memandu balapan karena hujan ternyata makin deras.

Di lap 25 akhirnya balapan dihentikan karena hujan yang turun makin deras dan di beberapa areal sirkuit terdapat genangan air. Kesempatan ini digunakan para pebalap untuk kembali ke pit mereka masing-masing dan membahas ulang strategi balap mereka termasuk Schumi.

Setelah hampir dua jam akhirnya balapan kembali digelar dengan dipandu Safety Car. Schumi yang sebelum red flag berada di P12 tepat di belakang rekan setimnya, mulai tampil mengesankan. Setelah SC kembali ke pit, Schumi berhasil menyalip rekan setimnya dan pebalap-pebalap di depannya dan terus mencatat waktu tercepat. 

Penampilan Michael makin luar biasa setelah ia keluar dari pit untuk mengganti ban full wet-nya. Ia terus mencatat waktu tercepat hingga ia berada di P4 tepat di belakang Kobayashi dan Massa yang tengah bertarung merebut P2 di belakang Vettel. Dengan seluruh bakat balap Schumi yang sudah teruji, Michael berhasil mengambil kesempatan di tengah pertarungan antara Massa dan Kobayashi dan langsung menyalip kedua pebalap itu untuk merebut P2 di lap 51. Hebatnya lagi, semua aksi overtaking yang dilakukan Michael itu tanpa menggunakan peranti DRS karena saat itu FIA masih melarang penggunaan DRS sehubungan dengan kondisi trek di sirkuit yang dinilai masih basah dan licin. Tapi Michael, The Rain Man sejati ini mampu membawa Mercedes W02-nya yang sebenarnya tak terlalu tangguh tapi bisa terlihat luar biasa.

Michael nyaris meraih podium kedua di belakang Vettel, tapi kondisi di trek mulai mengering. DRS pun mulai diperbolehkan. Sementara itu Webber dan Button mulai memperkecil jarak dan menekan juara dunia tujuh kali ini yang mulai terlihat kesulitan mengatasi kekuatan DRS milik Webber dan Button. Meski begitu, Michael tetap memperlihatkan semangat juangnya. Ia sempat membuat Webber kewalahan menghadapi pebalap Jerman berusia 42 tahun ini hingga pebalap Red Bull itu melakukan kesalahan dan melebar memotong chicane, akibatnya ia harus melambatkan mobilnya dan memberikan tempatnya kembali kepada Michael. Di lap berikutnya, Webber kembali melakukan kesalahan di chicane yang sama hingga membuat Button berhasil menyalipnya.

Schumi berusaha mempertahankan posisinya di tempat kedua demi merebut podium pertamanya sejak kembali ke ajang F1 pada tahun 2010 lalu. Tapi akhirnya Schumi terpaksa menyadari Mercedes W02-nya bukanlah lawan yang sepadan dengan MP4-26 milik Button hingga akhirnya pebalap McLaren-Mercedes itu berhasil menyalipnya. Tak lama kemudian, lima lap menjelang akhir race, Schumi tak lagi mampu menahan gempuran RB7 milik Webber yang memiliki sistem DRS lebih mumpuni dibanding yang ada dalam Mercedes W02-nya Schumi. Akhirnya Schumi pun terpaksa harus puas finish di P4.

Meski gagal meraih podium, tapi aksi Michael Schumacher di Kanada kemarin membuktikan bahwa usianya yang tak muda lagi itu ternyata bukanlah sebab musabab dari penampilan buruknya selama ini. Aksinya di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin itu menunjukkan bahwa Michael Schumacher masih memiliki kemampuan untuk tampil cemerlang seperti di masa keemasannya dulu kalau saja ia mendapatkan mobil yang sepadan yang bisa mengakomodir bakat balapnya itu. Penampilan spektakuler Schumi kemarin itu juga menunjukkan bahwa analisa Mr. Alain Prost yang menyatakan bahwa Schumi yang sudah tak muda lagi ini takkan lagi bisa mencapai puncak performanya seperti di masa lalu.

Berkat aksi briliannya di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin itu, nama Michael Schumacher pun kembali menjulang. Bahkan situs planetf1.com menganugrahi aksi Schumi itu sebagai overtaking move of the race sehubungan dengan aksinya saat menyalip Massa dan Kobayashi sekaligus untuk merebut P2.

Michael sendiri seusai race di Kanada mengaku perasaannya campur aduk dan tak tahu apakah ia harus gembira atau menangis.

"I am leaving this race with one eye laughing and one eye crying, as I am not sure if I should be excited or sad about it," ujar Schumi kepada pers usai race di Kanada hari Minggu lalu. Ia sudah tampil amat luar biasa dan nyaris meraih podium tapi sayangnya mobilnya tak mampu mengimbangi bakat cemerlangnya itu.

"Having been in 2nd place towards the end, I would obviously have loved to finish there and be on the podium again. But even if it did not work out in the very end, we can be happy about the result and the big fight we put in," imbuh Michael meski gagal meraih podium tapi merasa cukup puas dengan hasil balapan.

Pebalap yang telah mengoleksi 91 kemenangan ini pun menyatakan rasa puasnya pada kerja keras tim-nya dan strategi mereka. Dan berbanding terbalik dengan opini publik yang selama ini menggambarkan Michael Schumacher sebagai sosok yang arogan, tapi nyatanya juara dunia tujuh kali ini dalam kesempatan itu justru dengan rendah hati-nya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pendukungnya yang tetap memberikan support dalam masa-masa sulitnya dan lewat aksi briliannya di Kanada kemarin itu,  untuk itu aksi Michael di Kanada itu seperti pelipur lara bagi para fans-nya yang pastinya sudah amat menanti juara dunia tujuh kali ini kembali memperlihatkan performa terbaiknya seperti di era keemasannya.

"A good strategy after the red flag it possible, and I am very happy for our team. I would also like to send a big compliment out to the spectators who stayed with us in those difficult circumstances for so long and even cheered us up. That was impressive, and I am glad that I could play my part in entertaining them," kata juara dunia tujuh kali ini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada tim dan para penggemarnya.

Ross Brawn, bos tim Mercedes yang juga merupakan orang di balik kesuksesan Michael Schumacher sejak di Benetton dan Ferrari juga amat gembira dengan aksi brilian Schumi di Kanada kemarin itu.

"It was a thrilling race and Michael drove beautifully in the second part, he did a strong job on the intermediates and the option tyres, but was unable to hold off Jenson and Mark's faster cars, particularly when the had the use of DRS," ujar Brawn memuji penampilan luar biasa Schumi yang sayangnya harus menyerah pada Jenson dan Mark yang memiliki mobil lebih cepat darinya terutama saat mereka menggunakan DRS.

"Even so, it was a fantastic drive to climb eight places and finish fourth. Overall, it was an exciting and extremely challenging but ultimately positive race for our team," tegas Brawn yang tetap memuji Schumi yang meski gagal meraih podium tapi Schumi telah tampil luar biasa hingga meraih finish di urutan keempat. Bagaimanapun hasil yang dicapai Michael ini memberikan nilai positif bagi tim mereka terlebih rekan setim Michael mengalami balapan yang sulit dan gagal meraih poin setelah hanya mampu finish di urutan ke-11 di belakang pebalap Toro Rosso, Sebastian Buemi.

Sumber gambar dari situs ini.