Berbeda dengan antusiasme ketika mendengar Michael Schumacher akan kembali ke kokpit F1 bersama Ferrari yang telah memberikannya tahun-tahun keemasannya, menggantikan Felipe Massa, ex rekan setimnya di tahun 2006, kekecewaan meliputi seluruh fansnya dan mungkin dunia ketika mendengar berita bahwa Schumi batal turun membela F1 di GP yang akan datang (entah untuk GP-GP berikutnya) yang jelas berita ini tentunya menyedihkan seluruh pendukung setia Schumi yang telah menanti-nantikan comeback-nya Schumi ke Formula one, meski menurut Schumi kehadirannya kembali ke F1 hanya untuk menggantikan Massa yang mengalami cedera pada sesi kualifikasi di GP Hungaria musim ini dan walau Schumi mengatakan bahwa history-nya di F1 sudah berakhir yang berarti kehadirannya kali ini bukanlah untuk memperebutkan gelar dunia kecuali untuk membantu posisi Ferrari di klasemen konstruktor namun tak sedikit orang yang beranggapan bahwa kehadiran kembali Schumi bukan hanya sekadar untuk mendongkrak performa tim kuda jingkrak ini yang memble sepanjang musim ini. Bagi sebagian besar penggemar Schumi tentunya berharap kehadiran juara dunia tujuh kali ini bukan hanya sekadar pembalap pelapis untuk mengamankan bahkan menaikkan posisi Ferrari di klasemen konstruktor tapi tentunya para penggemar Schumi berharap sang maestro ini akan menorehkan catatan-catatan rekor baru dan siapa tahu tambahan satu lagi gelar dunia berhasil disabetnya (mungkin di tahun depan).
Seorang Michael Schumacher sepertinya memang terlahir untuk menjadi seorang pembalap. Mungkin membalap bukan hanya sekadar profesi atau hobi baginya. Race is my blood, begitu mungkin motto pembalap yang telah memberikan nuansa baru bagi F1 modern dan membawa F1 ke tingkat yang berbeda dengan pembalap-pembalap F1 sebelumnya.
Usai memutuskan pensiun dari F1, ternyata Schumi yang memang pekerja keras ini tak betah menganggur di rumah. Darahnya kembali bergejolak membayangkan aspal sirkuit berpadu dengan ban, riuhnya pendukung dan adrenalinya yang berpacu seirama dengan putaran mesin tunggangannya. Schumi pun mulai memikirkan untuk turun balapan kembali dan ia yang memang sudah menyukai motor sejak lama berniat menjajal skill membalapnya di ajang balap roda dua ini. Meski ia belum berhasil menorehkan rekor-rekor spektakuler seperti yang dibuatnya di dunia balap roda empat (Formula one), namun kehadirannya toh telah memberikan nuansa baru bagi ajang balap superbike tersebut dan bagi dirinya sendiri tentunya.
Balapan motor tentunya berbeda dengan F1. Tak lama memang Schumi menekuni hobi barunya ini tapi ternyata cedera yang dialaminya di superbike itu telah memberikan dampak yang cukup serius baginya. Cedera leher yang dideritanya dari ajang balap roda dua ini pula yang rupanya telah memupus harapannya dan harapan seluruh dunia untuk menyaksikan kembalinya the master yang satu ini ke habitatnya (Formula one, maksudnya).
Ketika Sabina Kehm, jubirnya mengumumkan mengenai cedera leher yang dialami jagoanku ini, aku sudah mengira bahwa harapanku untuk melihat kembali pesona Schumi -yang telah menyihirku dan seluruh dunia pastinya- kembali menjadi impian manis bagiku dan segenap penggemar Schumi. Meski begitu aku tetap berharap dan berdoa semoga hasil test kesehatan yang dilakukan Schumi akan mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan bisa kembali balapan tapi ternyata hasilnya cedera Schumi yang justru didapatnya dari balapan motor dan bukannya F1 yang telah digelutinya selama lima belas tahun itu telah memupuskan harapan seluruh penggemarnya. Menarik sebenarnya menunggu kejutan-kejutan baru dari Michael yang kini harus membalap tanpa didukung pendekar-pendekarnya seperti Ross Brawn, Rory Byrne, dan Jean Todt yang selama ini senantiasa mendampinginya dalam merebut tujuh gelar dunianya. Tapi apa mau dikata, cedera leher Schumi memupuskan semua bayangan tersebut.
Ketika kuungkapkan kekecewaanku itu pada kawanku,
Selvia, ia dengan arifnya berkata bahwa bukankah kesehatannya jauh lebih baik daripada melihatnya membalap tapi pada akhirnya malah berdampak buruk baginya seperti, amit-amit, kecelakaan lalu tewas seperti Senna? Aku pun menyadari bahwa betapa sebagai seorang fans aku tak memikirkan yang terbaik bagi idolaku itu dan hanya tenggelam dalam euforia masa lalu, membayangkan dapat melihat lagi aksi brilian Schumi melibas setiap trek, melihat bagaimana ia membawa mobilnya menari di atas lintasan basah dan yang paling utama melihatnya kembali tersenyum lebar di atas podium dan mungkin pada akhirnya ia berhasil menambah lagi satu atau dua gelar pada deretan gelar dunia yang telah direbutnya sebelumnya.
Ternyata bukan hanya para penggemar Schumi yang kecewa dengan batalnya Legend of German yang satu ini kembali ajang jet darat, sang bos Ferrari, Luca di Montezemolo pun tak urung merasakan kekecewaan itu. Bahkan sang bos menjanjikan bahwa ia akan menempatkan Schumi di deretan list pembalap Ferrari musim depan sebagai pembalap ketiga tim merah dari Maranello itu bila usulan menurunkan tiga pembalap dalam satu tim musim depan disetujui.
Sejujurnya aku tak menyukai Montezemolo karena bukankah sang bos ini pulalah yang telah “menekan” Schumi dengan memutuskan mengontrak Kimi Raikkonen sebagai pembalap Ferrari untuk musim 2007 sehingga juara dunia tujuh kali itu memutuskan pensiun di akhir musim? Tapi rupanya sang bos itu ternyata mulai merindukan sentuhan ajaib pembalapnya yang luar biasa itu terutama kala tim besarnya belakangan ini dirundung petaka. Meski Ferrari bersama Kimi berhasil meraih gelar dunia pada tahun 2007 selepas Schumi beserta seluruh pemain kuncinya mundur namun itu karena saingan berat mereka, McLaren didiskualifikasi akibat tindakan tim Woking itu dalam kasus spionase F1 tingkat tinggi yang pada waktu itu sangat menghebohkan dunia.
Terlebih dengan penampilan Ferrari musim ini yang menyedihkan tentunya membuat sang bos besar berharap tim sebesar Ferrari tak menjadi bulan-bulanan para lawannya terlebih mantan race director-nya (yang juga menjadi three musketeer-nya Schumi dalam merebut tujuh gelar dunianya), Ross Brawn bersama timnya sendiri yang bertajuk seperti namanya sendiri itu membuat gebrakan di awal musim ini dan berhasil bertengger di posisi puncak klasemen konstruktor dan pembalap lewat Jenson Button berkat penampilan gemilang Jenson yang berhasil menyabet podium utama di enam balapan musim ini.
Memang manusia berencana namun Tuhan pula pada akhirnya yang menentukan. Walau Schumi akhirnya batal membalap namun antusiasme yang diperlihatkan Schumi ketika keputusannya untuk memperkuat kembali tim lamanya itu menunjukkan kualitasnya sebagai seorang juara dunia sejati. Schumi kembali memperlihatkan dalam meraih sesuatu tak dapat setengah-setengah. Ia langsung melakukan serangkaian latihan dan test yang telah membuat berat badannya turun empat kilo. Walau pada akhirnya ia batal turun membalap tapi pastinya ia takkan menyesal dengan seluruh latihan yang dilakukannya itu untuk menunjang penampilannya kembali ke dunia balap yang dicintainya ini.
Totalitas Michael pun diperlihatkan ketika ia mencoba bidang baru. Meski ia mendapat kenang-kenangan berupa cedera leher dari ajang superbike yang hanya digelutinya sebentar saja itu namun Schumi menunjukkan kualitasnya sebagai seorang juara yang selalu total memberikan segenap kemampuannya dan mengerahkan seluruh bakat istimewanya yang dianugrahkan oleh Sang Maha Kuasa yang pastinya tak menyesal telah memberi sebuah talenta luar biasa itu pada seorang yang istimewa seperti Michael Schumacher.
Sebagai seorang penggemar sejati Schumi, aku cukup bahagia dengan antusiasme yang diperlihatkan Schumi itu yang menunjukkan bahwa kecintaannya pada balapan tak pernah luntur. Walau batal melihat comeback-nya Schumi tapi aku merasa tak salah dengan perasaanku ketika melihat Schumi pertama kali (yang waktu itu berita F1 hanya kulihat lewat Kompas karena saat itu belum ada satupun stasiun televisi menayangkan ajang balapan paling spektakuler sedunia ini) pada Schumi bahwa pembalap yang satu ini memang istimewa. Seperti matahari yang pastinya akan kembali bersinar ketika awan mendung beranjak, kuyakin harapanku untuk melihat kembali aksi sang juara dunia, idolaku ini bukanlah sebuah mimpi. Kuyakin dengan darah balap Schumi yang senantiasa menggelegak dalam nadinya, ia pasti juga rindu merasakan kembali euforia itu. Bagiku Schumi tetaplah bintang yang senantiasa bersinar meski jaman akan berlalu, namun ia akan tetap menjadi polaris bagi para pembalap muda. Meminjam sebuah slogan minuman aku ingin mengatakan, Schumi memang layak jadi bintang.