pic taken from here
Entah kebetulan ataukah takdir, Jenson Button akhirnya berhasil meraih gelar juara dunianya bersama Mercedes. Padahal selama ini ia telah melalang buana di jagat F1 bahkan sempat menjadi kandidat juara dunia bersama Honda. Tapi akhirnya Mercedes yang menjadi pemasok mesin Brawn GP, tempatnya bernaung musim lalu yang akhirnya mengantarnya meraih gelar impian itu. Sebenarnya pula sebelum Jenson memulai debut F1 nya bersama Williams, mobil F1 pertama yang pernah dijajal Jenson adalah McLaren-Mercedes. Kesempatan itu diperoleh Jenson setelah ia tampil gemilang di Formula Ford 1998 sehingga membawanya masuk ke dalam Autosport Young Driver of The Year Award yang hadiahnya adalah menjajal mobil F1 McLaren-Mercedes. Tahun ini Button akhirnya menjadi pebalap McLaren-Mercedes mendampingi Lewis Hamilton yang telah menjalani tiga musim bersama McLaren-Mercedes dan berhasil meraih gelar juara dunianya, di musim keduanya di F1 dan McLaren-Mercedes. Hamilton yang merupakan anak emas Ron Dennis, ex bos McLaren yang telah memimpin tim Silver Arrows ini sejak awal tahun 1980-an telah tampil mengesankan sejak debutnya di F1 dan sempat membuat juara dunia dua kali yang menjadi team mate-nya saat itu frustasi. Akankah Button yang tahun ini mendampingi Hamilton juga dibuat frustasi seperti Alonso? Entahlah, yang jelas, kedua pembalap ini merupakan kebanggaan Inggris dan bersama tim yang bermarkas di Inggris, mereka pastinya akan memberikan seluruh totalitas mereka untuk meraih gelar dunia kedua mereka.
9. Lewis Hamilton
pic taken from here
Keberadaan pembalap yang lahir dengan nama lengkap Lewis Carl Davidson Hamilton ini bisa dibilang fenomenal. Ia hampir saja meraih gelar dunia pada debutnya dan membuat juara dunia dua kali merasa frustasi dengan keberadaannya. Ia akhirnya berhasil meraih gelar juara dunianya di tahun keduanya di F1 lewat drama menegangkan di GP Brazil 2008. Tahun ketiganya di F1 tak secemerlang dua tahun sebelumnya tapi itu lebih disebabkan karena lambatnya pengembangan yang dilakukan tim pada balapan-balapan di awal musim. Tahun ini ia memiliki team mate baru dan bersiap untuk memulai pertarungan merebut kembali gelarnya yang melayang di musim lalu yang direbut oleh pebalap yang kini menjadi team mate barunya itu.
Lewis Carl Davidson Hamilton lahir pada 7 Januari 1985 di Stevenage, Hertfordshire, Inggris. Orang tuanya telah bercerai sejak ia masih balita. Ia dan adiknya, Nicolas kemudian dirawat dan dibesarkan oleh ayahnya, Anthony Hamilton yang selalu hadir di setiap balapannya dan menjadi sumber motivasinya dalam meraih hasil maksimal dan saat ia mengalami kesulitan, sang ayah mampu memberinya penghiburan dan memberinya kekuatan untuk bangkit kembali. Meski ayahnya sebenarnya sangat takut dengan profesi yang dipilih putra sulungnya ini tapi akhirnya sang ayah merestui pilihan karir sang anak. Itulah sebabnya Lewis kemudian memilih cat warna kuning terang di helmnya agar sang ayah dapat segera mengenali dan memantaunya di antara puluhan helm lain yang melaju kencang di sirkuit.
Sejak awal, semua pihak yang terkait dengan F1 tahu bahwa Lewis merupakan aset berharga yang telah dibina Ron Dennis dan McLaren sejak Lewis masih merupakan bocah berumur 13 tahun. Sebelum memilih pembalap Polandia, Robert Kubica untuk mengisi kursi balap di BMW-Sauber, Mario Theissen bos tim yang bermarkas di Hinwill, Swiss itu sempat meminta ijin Ron untuk mengontrak Lewis sebagai pembalapnya tapi Ron menolaknya. Lewis memang merupakan telur emas Ron Dennis dan tentu saja Ron lebih suka telur emas ini menetas di tim yang dipimpinnya.
Meski bakat balap Lewis sudah santer terdengar di seantero paddock F1, tapi kehadirannya di tim yang bermarkas di Woking itu pada 2007 sempat menimbulkan keraguan mengingat Lewis harus memulai debutnya bersama seorang pembalap berbakat asal Spanyol yang tengah berada di puncak rasa percaya dirinya setelah sukses meraih gelar dunia keduanya. Tapi setelah musim berjalan, justru Lewis, sang debutan yang justru membuat sang juara dunia dua kali itu merasa frustasi. Sementara Lewis tampil konsisten yang membawanya menjadi pemimpin klasemen dan hampir membuat catatan sejarah baru, meraih gelar juara dunia di debut F1 nya, tapi sayangnya Lewis mengalami kendala di lap awal GP terakhir musim itu sehingga ia gagal meraih gelar dunia.
Berbeda dengan rookie pada umumnya, Lewis terlihat sangat tenang dan penuh percaya diri. Sekalipun ia bersanding dengar juara dunia dua kali, ternyata hal itu sama sekali tak membuatnya gentar. Bahkan ia berhasil meraih empat kemenangan, jumlah yang sama yang diraih oleh Fernando Alonso, sang juara dunia dua kali yang menjadi team mate-nya itu. Penampilan Lewis yang istimewa ini membuat semua pihak akhirnya mengakui bahwa Ron memang tak salah menginvestasikan semua dukungan baik finansial maupun moral kepada anak sulung Anthony Hamilton ini.
Memang tak salah bila Alonso merasa tim bersikap tak adil terhadap dirinya mengingat jalinan istimewa antara Ron dan Hamilton yang sudah seperti ayah dan anak itu. Tak heran pula bila kemudian Alonso dihingapi paranoia berlebihan dan di dalam otaknya telah ter-mind set bahwa karena Lewis merupakan anak emas Ron maka apapun yang terjadi, ia takkan bisa meraih posisi yang seimbang dengan Lewis.
Padahal kalau saja Alonso lebih tenang menghadapi masalah mengenai hubungan istimewa antara Ron dan Lewis ini, hari-harinya bersama McLaren Mercedes pastinya takkan segetir yang dialaminya terlebih ia merupakan juara dunia dua kali sehingga memiliki nilai lebih tapi bukan berarti ia bisa menggertak Ron yang telah sangat berpengalaman dalam membawa McLaren ke tingkat seperti sekarang ini, dengan menggunakan predikat juara dunia dua kalinya itu. Toh McLaren juga cukup mengapresiasi keinginan pembalap pujaan rakyat Spanyol ini saat ia mengeluhkan masalah mengenai rem nya dan menuruti kehendaknya dengan memberikan rem yang diinginkannya yang katanya mirip dengan rem di timnya sebelumnya yang telah mengantarkannya meraih dua gelar juara dunia. Tapi sayangnya Alonso tak bisa memaksimalkan semuanya itu dan ia masih tetap tak bisa membendung Lewis.
Kecemerlangan Lewis memang pantas dicemburui Alonso yang merasa seharusnya tim lebih memberi dukungan penuh padanya dan bukan pada si debutan meski ia merupakan anak emas bos tim, terlebih pengembangan mobil McLaren hingga tampil spektakuler merupakan hasil dari sumbangsihnya karenanya sudah sepantasnya ia mendapat dukungan penuh dari tim apalagi ia merupakan juara dunia dua kali. Kecemburuan Alonso ini kemudian malah membawa The Spaniard makin terpuruk dalam jurang keputusasaan di tengah hingar bingar kebahagiaan tim melihat anak emas mereka. Dalam kecemburuannya yang buta itu, Alonso malah membuat keberadaannya di tim makin terasing setelah akibat ancaman yang dilancarkannya pada sang bos membuat timnya mendapat hukuman berat. Seluruh poin yang didapat tim pada musim itu dicoret plus denda 100 juta dolar Amerika karena berkat email Alonso dengan Pedro De la Rossa, test driver McLaren yang kebetulan senegara dengan Alonso, terkuaklah kebenaran bahwa McLaren terbukti terlibat dalam masalah spionase antara tim Silver Arrows dengan tim kuda jingkrak asal Maranello yang menghebohkan F1 di awal musim 2007.
Ironisnya, pertikaian antara Alonso dengan Ron Dennis dan McLaren justru membuat keberadaan Lewis justru makin mantap di dalam tim tersebut. Sementara akibat ulah Alonso di Hungaria yang berujung pada hukuman berat yang diterima tim justru membuat sang juara dunia makin tak mendapat tempat di dalam tim sedangkan Lewis malah makin dicintai oleh timnya yang kemudian membuatnya makin melaju menuju perebutan gelar dunia.
Meski Lewis sempat dipersulit rekan setimnya di sesi kualifikasi GP Hungaria tapi tak membuat laju pembalap yang pernah satu tim dengan Ashley Young di tim sepak bola sekolah ini terhenti. Ia bahkan sukses meraih kemenangan di sirkuit Hungaroring itu sementara rekan setimnya yang mendapatkan penalti turun 5 posisi saat start akibat aksi ngambeknya di pit saat kualifikasi itu hanya mampu finish di urutan keempat. Tapi sayangnya akibat insiden ngambeknya Alonso yang ngendon di pit selama lebih kurang 10 detik yang akhirnya membuat Lewis tak bisa membuat catatan waktu yang maksimal, membuat tim yang kena getahnya. Sepuluh poin yang didapat Lewis setelah berhasil meraih kemenangan dan lima poin yang didapat Alonso dihapuskan. Tim pun gagal meraup lima belas poin yang diperoleh dua pembalapnya tersebut.
Akibat perseteruan rekan setimnya dengan bos timnya itu bahkan juga dirasakan oleh ayah Lewis yang dicuekin oleh Jese Luis Alonso, ayah dari Fernando Alonso. Kabarnya Senor Jose Alonso sampai tiga kali mengacuhkan uluran tangan Mr. Anthony Hamilton pun ketika Alonso Jr. memenangkan grand prix, Alonso senior tak mengindahkan ucapan selamat Hamilton senior hingga membuat ayah Lewis terpaksa memasukkan kembali tangannya yang terulur itu ke dalam saku pantalon hitamnya.
Meski genderang perang yang ditabuh rekan setimnya itu mulai merembet ke ayahnya tapi Lewis tetap tenang dan fokus. Hasilnya, di GP China Lewis bahkan jauh lebih kencang 0.3 detik dari rekan setimnya yang berbahan bakar lebih ringan darinya. Sayangnya, Lewis harus retired di lap 30dan gagal menyelesaikan lomba setelah ban belakangnya meletus sementara rekan setimnya yang akhirnya meraih finish kedua di belakang Kimi Raikkonen yang makin mendekati perolehan poin Lewis dan Alonso di klasemen pembalap.
Di GP Brazil sebagai race penutup musim, Lewis hanya perlu finish di tempat kelima untuk merebut gelar dunia pertamanya dan mencatat sebuah sejarah baru tapi sayangnya saat start, girboks Lewis macet sehingga startnya tak berjalan mulus sementara Kimi Raikkonen, kompetitor terberatnya dalam meraih gelar dunia musim itu melesat mulus. Gelar dunia Lewis di tahun pertamanya pun terpaksa terbang ke tangan pembalap Finlandia itu setelah Lewis hanya berhasil finish keenam. Meski timnya berusaha mengajukan gugatan terhadap mobil Williams dan BMW-Sauber yang dianggap menyalahi regulasi tak berbuahkan hasil. Padahal kalau saja tuntutan tim McLaren ini dikabulkan, maka urutan finish Lewis pun bisa naik ke tempat keempat dan hasil ini lebih dari cukup untuk membuatnya meraih gelar dunia. Walaupun gagal meraih gelar dunia di tahun pertamanya, namun hasil yang diraih Lewis di musim perdananya di F1 tersebut layak mendapatkan apresiasi. Tak heran bila kemudian Lewis dipilih oleh sebagian besar pembaca F1 Racing dalam berbagai kategori penghargaan yang di antaranya adalah penghargaan sebagai Rookie of The Year dan Man of The Year mengalahkan Alonso dan Raikkonen.
Penampilan luar biasa Lewis di tahun pertamanya sebagai pembalap F1 itu dengan serta merta membawa Lewis menjadi selebriti baru. Tak heran bila kemudian berbagai gosip mengenai dirinya mulai merebak seperti hubungannya dengan beberapa wanita cantik seperti Dio, penyanyi wanita yang bersuara khas. Bahkan Lewis sempat pula dikabarkan menjalin hubungan dengan salah satu pemegang saham terbesar di McLaren sebelum akhirnya Lewis menjalin hubungan dengan Nicole Scherzinger, salah satu personil Pussycat Dolls, namun hubungan mereka pun akhirnya berakhir beberapa bulan yang lalu.
Dengan kesuksesan Lewis, otomatis pundi-pundi uangnya pun ikut meningkat, sehingga Lewis yang yang sebelum terjun di balapan F1 pernah bekerja di sebuah kafe di Tewin Wood, Hertfordshire ini menjadi target petugas pajak hingga akhirnya Lewis memilih kabur dan menetap di Swiss untuk menghindari para petugas pajak di negaranya.
Gagal meraih gelar di musim pertamanya tak mengendurkan semangat Lewis pada musim berikutnya. Malah ia makin bersemangat untuk meraih gelar juara dunia. Pada 2008 Lewis kembali bersaing ketat dengan pembalap Ferrari yang kali ini adalah Felipe Massa. Meski tampil luar biasa sejak awal musim tapi tak membuat Lewis bisa meraih gelar dunianya dengan mudah. Bahkan seperti pada musim sebelumnya, kali ini pun Lewis harus bertarung dengan Massa hingga di GP terakhir yang lagi-lagi diselenggarakan di Brazil. Dan seperti tahun sebelumnya, kali ini pun Lewis kembali hanya perlu finish kelima untuk memastikannya meraih gelar juara dunia.
Dengan dibayang-bayangi mimpi buruknya di musim lalu, Lewis memulai startnya yang kali ini berjalan mulus. Tapi Felipe Massa yang mendapat dukungan penuh dari sebagian besar penonton yang memadati sirkuit Interlagos itu pun tampil luar biasa dengan mendominasi sepanjang balapan. Mendekati akhir race, mendung tebal mulai menggayuti langit Sao Paolo, Massa di tengah tempik sorak para pendukungnya akhirnya sukses finish pertama sementara Lewis masih berada di P6 di belakang Toyota-nya Timo Glock. Kemenangan Massa membuat kubunya bersorak, mengira gelar dunia berhasil diraih pemuda Brazil ini tapi hanya beberapa detik menjelang garis finish, mobil Glock bermasalah hingga akhirnya Lewis sukses mengambil tempat pembalap Toyota itu dan mengantarnya meraih finish kelima, posisi yang dibutuhkannya untuk meraih gelar dunia. Sukaria yang sebelumnya menghinggapi kubu Massa berubah menjadi duka sementara seisi pit McLaren ganti bersorak melihat jagoannya sukses merebut gelar dunia pertamanya di musim keduanya di F1.
Lewis bisa dibilang merupakan kartu as Ron Dennis yang akhirnya menyelamatkan wajahnya dari semua kasus memalukan sehubungan dengan kasus spionase yang dilakukan timnya terhadap Ferrari pada 2007. Kredibilitas bos tim McLaren yang pandai mengolah kata itu makin memburuk setelah timnya terbukti bersalah dan dianggap berbohong setelah email antara dua pembalap Spanyolnya diperiksa FIA. Berkat kesuksesan Lewis meraih gelar dunia telah membuat Ron akhirnya bisa pensiun dengan senyum lebar. Kasus memalukan yang menimpa timnya pada musim sebelumnya berhasil ditutupi oleh euforia keberhasilan 'anak asuhnya' merebut gelar dunia. Gelar yang telah sembilan tahun dinanti timnya setelah terakhir kali mereka sukses meraih gelar dunia lewat Mika Hakkinen pada 1999.
Tahun lalu penampilan Lewis tak segemilan dua tahun sebelumnya tapi itu diakibatkan pengembangan mobil yang dilakukan oleh timnya agak terlambat karena mereka seperti pesaingnya di Maranello memilih untuk berkonsentrasi pada perebutan gelar tahun 2008. Lewis pun harus pasrah ketika gelarnya akhirnya harus lepas dari tangannya dan direbut oleh rekan senegaranya, Jenson Button yang tampil gemilang dengan mendominasi paruh pertama musim 2009 lalu.
Lewis sempat kembali dihadapi insiden sehubungan dengan finishnya pada balapan pembuka musim lalu di Albert Park, Melbourne yang berujung dengan pemecatan salah satu petinggi McLaren yang telah 'memaksa' Lewis untuk membohongi stewart untuk mengamankan podiumnya yang berhasil diraihnya setelah Trulli yang seharusnya meraih podium ketiga itu terkena penalti sehingga Lewis yang finish keempat naik menggantikan Trulli tapi setelah pemeriksaan di akhir lomba, hasil yang diraih Lewis di GP Australia pun dihapuskan.
Walau secara keseluruhan musim 2009 lalu tak menggembirakan Lewis namun ia berhasil mencuri dua kemenangan di GP Hungaria dan Singapore.
Tahun ini, kedua juara dunia baru asal Inggris ini akhirnya harus saling bersaing sebagai rekan setim setelah Button resmi bergabung dengan tim Silver Arrows membuat musim ini pasti akan makin seru terlebih Mercedes yang telah lama menjadi dapur pacu McLaren ternyata juga akan memasok mesin untuk Brawn GP yang telah dibelinya dan kini berganti nama menjadi Mercedes GP. Dan di tim tersebut telah diperkuat dua orang pembalap yang juga tak bisa dipandang sebelah mata. Michael Schumacher yang telah memperlihatkan kemampuannya dengan meraih tujuh gelar dunia berpasangan dengan Nico Rosberg, putra juara dunia asal Finlandia, Keke Rosberg merupakan pembalap yang juga dianggap sangat berbakat. Kedua pembalap Jerman yang dipercaya menjadi ujung tombak Mercedes GP melawan dua pembalap Inggris yang tengah berada di performa terbaik mereka dan memilih semangat tinggi untuk merebut gelar dunia keduanya. Dan keempat pembalap hebat ini didukung oleh pemasok mesin handal, Mercedes. Selain harus melawan para pesaing mereka di tim-tim lain, tentunya keempat pembalap Mercedes ini juga akan saling membuktikan diri sebagai pembalap yang paling bisa mengoptimalkan mesin Mercedes mereka. Lantas siapakah yang akan menjadi pembalap Mercedes yang paling unggul? Kita tunggu saja. Toh, musim balap F1 akan dimulai beberapa minggu lagi.
Debut : Australia 2007
Start : 52
Juara Dunia : 2008 (bersama McLaren-Mercedes)
Poin : 256
Menang : 11
Pole : 17
Fastest Lap : 3
(Data sampai GP Abu Dhabi 2009)
10. Jenson Button
pic taken from here
Berbeda dengan juara-juara dunia lainnya, perjalanan karir pembalap yang bernama lengakap Jenson Lyons Button di F1 ini bisa dibilang super kompleks. Seperti nilai tukar mata uang yang bergerak fluktuatif, karir F1 Jenson pun bergerak turun naik. Di satu musim ia bisa sangat cemerlang tapi di musim berikutnya ia tampil sangat buruk sehingga membuatnya menjadi juara dunia yang tidak terlalu diperhitungkan tahun ini. Dengan kembalinya Michael Schumacher bersama tim besutan sahabatnya, Ross Brawn yang telah membantu Schumi meraih tujuh gelar dunianya dan juga membuat Jenson meraih gelar dunianya tahun lalu, persaingan di F1 makin ramai dengan empat juara dunia saling bertarung bersama pembalap-pembalap muda berbakat lainnya yang juga sangat bernafsu untuk merebut gelar dunia dari tangan Jenson.
Seperti kebanyakan pembalap single seater lainnya, karir balap Jenson pun berawal dari karting yang ditekuninya saat ia masih berumur 8 tahun. Bakat balap Jenson langsung terlihat setelah ia menjadi pembalap terbaik British Cadet Kart Championship pada tahun 1991. Enam tahun kemudian pembalap yang lahir pada 19 Januari 1980 ini menjadi pembalap termuda yang memenangi European Super A Championship.
Selepas dari karting, Jenson pun naik kelas ke British Formula Ford Championship pada 1998. Bakat balap Jenson di ajang ini mulai terlihat saat ia berhasil meraih peringkat ke-3 klasemen berkat dua kemenangan yang diraihnya. Kesuksesannya ini membuat Jenson masuk dalam Autosport Young Driver of The Year Award dan ia pun mendapatkan hadiah menjajal mobil F1 McLaren-Mercedes di Silverstone yang kala itu dalam keadaan becek. Jenson hanya menjalani 12 dari 20 lap yang seharusnya dijalinya karena ban basahnya mulai terasa panas sehingga tak bisa membuat mobilnya lebih cepat. Tentu saja Jenson membuat melongo orang-orang McLaren saat ia keluar dari mobil dan mengatakan percuma saja menyelesaikan seluruh 20 lap itu. Apa yang dikemukakan Jenson memang tepat. Untuk apa menjalani lebih banyak lap jika hasilnya tak bisa maksimal?
Tapi bakat Jenson sempat membuat Alain Prost kemudian mengontaknya dan memintanya melakukan test bersama tim juara dunia F1 empat kali itu. Hasil test Jenson sangat mengesankan. Ia jauh lebih kencang dari pembalap kawakan asal Perancis, Jean Alesi yang membalap untuk Prost. Meski hasil test Jenson mengesankan tapi tak serta merta Prost menyodorkan kursi balap F1 untuk Jenson. Bahkan Jenson mengatakan bahwa Prost tak pernah mengatakan untuk apa test yang dilakukan terhadapnya itu.
Pada awal tahun 2000 akhirnya Frank Williams yang mengontak Jenson dan memintanya untuk melakukan test bersama Williams. Awalnya Jenson ditest untuk menjadi test driver tim yang bermarkas di Groove itu. Tapi ternyata Jenson jauh lebih kencang dari Bruno Junqueira, tester Williams yang lebih berpengalaman darinya. Frank pun terkesan sehingga langsung memberikan kursi pebalap reguler untuk Jenson mendampingi Ralf Schumacher. Ketika Ralf diberitahu oleh Frank bahwa Jenson lah yang telah dipilih mendampinginya untuk musim balap 2000, Ralf tersenyum dan mengatakan bahwa ia telah menduganya saat melihat betapa kencangnya putra John Button itu saat melakukan test.
Pada debutnya bersama Williams, pembalap yang hobi bersepeda ini tampil cemerlang dan tak ada yang meragukan bakat pemuda dari Frome, Somerset, Inggris ini. Meski belum berhasil meraih kemenangan ataupun podium di debutnya ini, Jenson berhasil menempati peringkat ke-8 klasemen pembalap. Sayangnya meski Jenson tampil luar biasa dan memiliki prospek yang cerah, namun berhubung Sir Frank, bosnya telah memiliki kontrak dengan pembalap lain maka Jenson pun terpaksa dibuang ke Renault yang kala itu masih bernama Benetton-Renault.
Di tahun pertamanya bersama Renault, penampilan Button yang cemerlang di tahun sebelumnya seperti tak berbekas. Ia habis dilumat rekan setimnya yang lebih berpengalaman. Tapi berkat usaha dan kerja keras Button yang tak pernah ragu untuk belajar bahkan tak malu untuk belajar dari kehebatan rekan setimnya dalam menyeting mobil, akhirnya Button mulai terlihat lebih baik dan sempat mengalahkan Giancarlo Fisichella, rekan setimnya itu sehingga ia dipertahankan satu musim berikutnya di tim Perancis tersebut.
Setelah menjalani satu musim yang sangat buruk, Jenson kembali memperlihatkan bakat yang telah mempesona Frank dan publik F1 di awal milenium ini dan tampil perkasa mengalahkan Jarno Trulli, team mate barunya yang menggantikan Giancarlo Fisichella yang hijrah ke Jordan.
Di musim keduanya bersama Renault ini tepatnya di GP Malaysia 2002 Jenson hampir saja meraih podium pertamanya. Ia tampil luar biasa bahkan Michael Schumacher saja tak bisa merebut tempat ketiga dari tangan Button. Sayangnya masalah suspensi di lap terakhir membuat Jenson keteteran sehingga Schumi akhirnya berhasil menyalipnya dan Jenson pun harus puas finish di tempat keempat di belakang jagoan Ferrari itu. Namun keberhasilan Jenson meraih tempat keempat itu pun sebenarnya sangat berarti bagi tim karena ternyata hasil lima poin yang didapat Jenson merupakan poin konstruktor Renault yang pertama sejak tim Perancis itu terakhir kali meraih poin konstruktor lewat Derek Warwick yang finish keenam di Spa 1995.
Namun, lagi-lagi penampilan gemilang yang diperlihatkan Jenson tak membuatnya dipertahankan dalam tim. Di akhir musim 2002, Flavio Briatore, bosnya di Renault telah menetapkan untuk mendepak Jenson demi memberi tempat bagi anak asuhnya, Fernando Alonso yang pernah dititipkan Flavio di Prost dan pada musim 2002 menjadi test driver Renault. Banyak yang menyayangkan keputusan Flavio tersebut. Kebanyakan beranggapan seharusnya Flavio mendepak Trulli yang tampil buruk dibanding Jenson dan membiarkan Jenson bersanding dengan Alonso. Tapi berhubung Trulli juga merupakan salah satu pembalap yang dimanajeri oleh Flavio maka otomatis Flavio lebih suka memberi tempat untuk pembalap asuhannya sendiri daripada untuk pembalap lain.
Untungnya berkat penampilan luar biasa Jenson sepanjang musim 2002, walaupun ia didepak Renault, banyak tim yang tertarik dan menawarkan kursi balap untuknya di antaranya Jaguar, Toyota, dan BAR yang baru saja berganti kepemimpinan dari Craig Pollock yang tak mampu memberikan hasil optimal bagi tim koalisi pabrik tembakau Inggris-Amerika ini ke tangan David Richards yang sukses dengan tim Prodrive-nya di rally. Kesungguhan Richards dan komitmen Honda sebagai pemasok mesin di tim BAR yang akhirnya membuat Button tertarik dan memutuskan melabuhkan hatinya pada tim yang dibangung di penghujung abad 21 ini. Saat itu BAR merupakan tim yang kacau balau dan banyak yang menyayangkan keputusan Button tapi kemudian Button memperlihatkan pada publik bahwa pilihannya itu tak salah.
Di awal penampilan Button dengan BAR, ia telah mengalami kekacauan di pit saat GP Australia 2003 yang kemudian memicu perseteruan antara dirinya dengan Jacques Villeneuve, rekan setimnya yang telah ada di BAR sejak tim itu didirikan. Perang mulut antara JB dan JV kerap terjadi sehingga menjadi bahan berita yang menarik bagi para kuli tinta. JV yang berlidah tajam bahkan meledek Button tak lebih dari sekadar anggota boy band, julukan yang dilekatkan JV pada JB yang mungkin didasari oleh wajah tampan Button. Tapi justru karir si anggota 'boy band' ini justru jauh lebih cemerlang dari juara dunia 1997 itu. Perolehan poin JB jauh lebih banyak daripada JV. Jenson meraih17 poin sementara JV yang lebih banyak menarik wartawan karena ocehannya itu hanya mampu meraup 6 poin saja. Tak ayal pada akhir musim JV pun terdepak dari tim terlebih hubungannya pun tak harmonis dengan David Richards, bos tim BAR-Honda yang menggantikan Craig Pollock yang juga merupakan sahabat sekaligus manajer JV.
Di tahun 2004, tahun keduanya bersama BAR, Button tampil luar biasa dan berhasil meraih juara ketiga di konstruktor pembalap di belakang Michael Schumacher dan Rubens Barrichello. Di tahun inilah Jenson akhirnya berhasil meraih podium sekaligus pole pertamanya.
Saat GP San Marino di Imola, JB sukses tampil tercepat di sesi kualifikasi yang kemudian mengantarnya meraih pole pertamanya tapi sayangnya di race JB harus mengakui kehandalan Michael Schumacher dan ia pun harus puas dengan finish di tempat kedua.
Secara keseluruhan, penampilan Jenson di musim itu sangat luar biasa meski ia masih belum berhasil meraih satu pun kemenangan. Salah satu aksi luar biasa Button di tahun 2004 itu adalah saat ia menyalip Alonso di Hockenheim. Kala itu, Jenson harus start dari P13 akibat penalti turun 10 grid yang didapatnya karena mengganti mesin Honda RA 004E V10-nya yang rusak saat latihan bebas. Namun di race, Jenson tampil luar biasa hingga menjelang lap-lap terakhir Jenson menghadapi kendala dengan tali helmnya yang longgar sehingga saat ia tengah melaju kencang, tali helmnya membuat lehernya tercekik. Praktis, Jenson pun harus membalap dengan satu tangan karena tangannya yang lain harus memegangi tali helmnya. Tapi meski harus menyetir dengan satu tangan, Jenson berhasil menyalip Alonso di lap 51. Aksi luar biasanya itu pun menjadi aksi manuver overtaking terbaik musim itu.
Berkat penampilan cemerlangnya di musim 2004 itu, Jenson pun kembali menjadi hot properti yang diincar banyak tim-tim papan atas. Bahkan Ron Dennis pun sempat mendekati John Byfield dari Essentially Sport yang merupakan manajer Button. Tapi Jenson memilih tim yang telah memberinya pintu masuk ke F1 dan akibat tindakan main matanya dengan Williams itu, perseteruan mengenai masalah kontrak antara BAR dan Williams pun mengemuka yang membuat nama Jenson pun tercemar.
Sayang memang, keberhasilan Button di tahun 2004 itu harus ternoda oleh masalah kontrak antara dirinya dengan BAR dan Williams. Jenson pun menjadi bulan-bulanan media dan banyak menderima cercaan terlebih pada tahun berikutnya ketika ia sudah bisa dipastikan bergabung dengan Williams ia malah memilih untuk tinggal bersama BAR-Honda. Plin-plan? Mungkin. Tapi sepertinya Jenson hanya ingin memastikan bahwa tim yang dipilihnya ini memang memiliki kualitas yang mampu mengantarkannya menjadi juara dunia.
Setelah musim yang luar biasa pada 2004, penampilan BAR-Honda dan Jenson pada tahun 2005 sedikit menurun. Fernando Alonso bersama Renault-nya tampil lebih cemerlang dan menenggelamkan Jenson kembali. Namun di Imola, Jenson berhasil meraih podium ke-3 tapi sayangnya usahanya harus terbuang sia-sia. Button dan rekan setimnya, Takuma Sato yang sukses finish kelima didiskulaifikasi dan dilarang ikut di dua balapan berikutnya karena tangki bahan bakar di mobil mereka dianggap ilegal dan menyalahi regulasi.
Pada musim 2006 di tengah hiruk pikuk perebutan gelar dunia antara Michael Schuamcher dan Fernando Alonso, Button sempat mencuri perhatian saat ia akhirnya berhasil menjuarai Grand Prix pertamanya di Hungaria. Saat itu Jenson tak terlalu berharap banyak terlebih ia harus memulai startnya di P14. Jenson yang bersikap nothing to lose tetap membalap dengan tenang dan halus seperti biasanya hingga akhirnya ia mulai melihat kesempatan meraih kemenangan pertamanya saat Alonso mengalami masalah setelah keluar dari pit lalu Michael Schumacher pun mengalami kendala dengan F2006-nya. Jenson tetap berusaha tenang dan tidak membuat kesalahan hingga akhirnya ia berhasil menjadi yang pertama melintasi garis finish di bawah kibaran chequerred flag. Jenson dan seluruh kru BAR Honda pun gegap gempita menyambut kemenangan pertama Jenson yang juga merupakan kemenangan tim.
Namun pada 2007 kehadiran Lewis Hamilton yang fenomenal ditambah buruknya performa mobilnya kembali menenggelamkan Button yang semula merupakan pujaan publik Inggris dan diharapkan menjadi suksesor peraih gelar dunia dari Inggris yang berakhir sejak Damon Hill meraih gelar juara dunianya bersama Williams-Renault pada 1996. Kehadiran Hamilton dan Button bagaikan dua sisi mata uang yang bertolak belakang. Lewis tampil cemerlang dan bahkan sukses meraih gelar dunianya pada 2008 sementara Button harus berkutat dengan tunggangannya yang sangat payah tapi Button tak lagi memiliki banyak pilihan sehingga ia sempat putus asa. Kehadiran Ross Brawn, ex technical director Ferrari ke Honda sempat membuat Button dan seluruh kru di Honda kembali memiliki secercah harapan. Tapi Brawn telah memutuskan bahwa tim akan berkonsentrasi dengan tunggangan mereka untuk musim berikutnya yaitu 2009 sehingga Button tak bisa berharap banyak dengan tunggangannya di tahun 2008 itu, tahun di mana rekan senegaranya meraih gelar dunia.
Balapan terbaik Jenson di musim 2008 itu mungkin hanyalah di GP Spanyol di mana ia berhasil finish keenam setelah mengawali balapan dari grid ke-13. Di GP Singapore pun Jenson berhasil meraih hasil yang lebih baik dengan finish di P9 mengingat mobilnya yang selalu didera masalah reabilitas sehingga lebih sering mengalami gagal finish.
Krisis ekonomi global hampir saja meluluhlantakkan semua impian dan harapan Button ketika Honda akhirnya harus menyerah dengan kesulitan finansial yang harus ditanggung untuk mendanai tim F1 mereka sehingga mereka memilih untuk mundur dari F1 hanya beberapa bulan menjelang musim 2009 dimulai. Tentu saja hal ini membuat Jenson dan seluruh kru yang terlibat di tim Honda sangat kecewa karena itu berarti usaha mereka yang telah merelakan satu musim demi membangun mobil yang lebih kompetitif untuk musim 2009 menjadi sia-sia karena mereka kemungkinan tak bisa turun di musim 2009 itu.
Keputusan Honda itu pun pastinya membuat Jenson Button sangat kecewa karena ia harus kehilangan kesempatannya untuk meraih gelar dunia. Ia mungkin terpaksa harus pensiun dari F1 karena tak ada tim yang berminat padanya setelah dua kasus Buttongate yang dibuatnya. Dan yang paling menyakitkan ia telah merelakan satu musim berlalu dengan memacu mobil yang sangat payah dengan harapan bisa tampil lebih baik di musim berikutnya tapi keputusan mundurnya Honda dari F1 itu membuat Jenson kemungkinan harus pergi dari F1 tanpa pernah bisa membuktikan bahwa ia benar-benar layak menjadi juara dunia.
Jenson kala itu mungkin seperti tengah melangkah di lorong gelap tak berujung. Tapi untungnya di ujung lorong itu kemudian ia melihat secercah sinar tipis yang kembali memberikan harapan di dalam hatinya. Ross Brawn yang telah bergabung bersama Honda selama setahun dan telah ikut serta dalam pengembangan mobil mereka untuk 2009 tentu saja tak rela bila semua hasil jerih payah mereka harus berakhir tanpa sempat tampil di panggung spektakuler Formula One. Brawn akhirnya menjadi penyelamat tim dengan membeli tim pabrikan Jepang ini dan melabeli tim barunya ini dengan namanya. Brawn GP. Nama baru yang bukan hanya memberikan harapan akan sebuah perubahan.
Ketika Brawn GP memulai debutnya pada 2009 tak ada satupun yang menyangka kalau tim bekas Honda ini mampu tampil luar biasa. Publik dan seisi paddock F1 baru terperangah ketika Jenson Button dan Brawn GP tampil mendominasi di tujuh balapan awal musim 2009 itu. Setelah meraih dua kemenangan di GP Australia dan Malaysia, langkah Jenson untuk merebut tujuh kemenangan beruntun di awal musim terpotong di GP China yang berhasil dimenangkan oleh Sebastian Vettel yang tampil cantik di atas sirkuit Shanghai yang licin akibat hujan itu sehingga Button harus mengakui kehandalan jagoan baru Red Bull itu. Dominasi Jenson kembali berlanjut di Bahrain hingga Turki.
Namun setelah tampil gemilang di paruh pertama musim 2009, Button agak mengendur di pertengahan musim. Tapi berkurangnya performa Button saat itu bukan karena Jenson telah kehilangan kekuatan ajaibnya yang menghipnotis publik pecinta F1 di balapan-balapan awal. Menurunya performa Jenson saat itu juga disebabkan membaiknya penampilan tim-tim lawan yang telah berhasil melakukan pengembangan hingga bisa membendung dominasi Super Jenson.
Meski Jenson gagal meraih kemenangan di pertengahan hingga akhir musim, tapi penampilan Jenson bisa dibilang sangat konsisten. Hanya satu kali ia gagal finish yaitu di GP Belgia karena mengalami kecelakaan di lap pertama. Tapi di luar GP Belgia, Jenson selalu tampil konsisten dan menjaga agar peluangnya untuk meraih gelar dunia tak hilang. Walau rekan setimnya, Rubens Barrichello sempat mencuri dua kemenangan di Valencia dan Monza sehingga membuatnya menjadi kandidat terkuat Jenson dalam meraih gelar dunia sementara Jenson hanya mampu meraih podium kedua di belakang rekan setimnya di di GP Italia, tapi akhirnya Jenson berhasil meraih gelar dunianya di hadapan publik senegara rekan setimnya.
Di GP Brazil, dengan makin tingginya ketegangan dan beban berat yang harus ditanggung Jenson akhirnya Jenson layaknya seorang juara dunia sejati berhasil keluar dari tekanan yang ditujukan padanya itu. Selama balapan di sirkuit Interlagos itu, Jenson tampil tenang dan berusaha untuk tak membuat kesalahan sekecil apapun yang bisa membuyarkan mimpinya. Meski finish di tempat kelima, tapi Jenson berhasil menggondol gelar juara dunia yang merupakan mimpi semua pembalap di dunia. Usaha dan kerja keras Jenson akhirnya terbayarkan. Tapi Jenson tak mengendurkan semangatnya saat tampil di GP terakhir di Abu Dhabi meski ia telah berhasil meraih gelar. Ia tetap memperlihatkan performa terbaiknya sehingga meski ia tak berhasil memenangi balapan namun ia sukses meraih podium ketiga di belakang Vettel dan Webber. Kalau saja lap di Abu Dhabi itu ditambah sedikit lagi, bukan tak mungkin Jenson akan berhasil merebut tempat Webber.
Keberhasilan Button dalam meraih gelar dunia memang luar biasa. Meski jalan yang harus ditempuhnya sangat sulit dan berliku tapi akhirnya ia berhasil mencapai mimpinya itu. Tak heran bila kemudian usahanya itu mendapat apresiasi dari negaranya yang kemudian menganugerahinya gelar kebangsawanan pada awal tahun ini berkat kontribusinya di dunia motorsport yang telah mengharumkan negaranya pula. Sebuah jalan bernama Jenson Avenue di tempat kelahirannya, di Frome memakai nama Jenson sebagai bentuk apresiasi warga kota tersebut terhadap pembalap muda ini. Nama Jenson juga diabadikan untuk sebauh jembatan yang menghubungi sungai Frome, jembatan tersebut bernama The Jenson Button Bridge.
Musim ini, Button bergabung bersama McLaren mendampingi rekan senegaranya, Lewis Hamilton sehingga menciptakan tim yang benar-benar Inggris. Tentu saja dengan semakin ketatnya persaingan di musim balap 2010 ini ditambah selain harus mengalahkan lawan-lawannya di tim lain, terlebih Jenson harus mengalahkan rekan setimnya, Lewis Hamilton. Tapi Jenson telah banyak mengalami masa-masa yang sukar dan suram tapi ia selalu berhasil bangkit dari musim yang buruk. Jadi walaupun peluang Jenson dalam mempertahankan gelar dunianya musim ini dipandang sebelah mata tapi Jenson yang selalu bisa tampil memukau di saat yang tak pernah bisa diduga oleh siapapun ini pastinya akan kembali menunjukkan bahwa ia layak menjadi juara dunia terlebih tim yang didukungnya tahun ini bukanlah tim kacangan yang tak tahu bagaimana cara meraih kemenangan. Siapa tahu pula, tahun ini, Jenson yang seperti Graham Hill belum pernah menjuarai GP di negerinya sendiri ini akhirnya berhasil meraih kemenangan di hadapan publiknya mengingat sirkuit Silverstone yang menjadi tuan rumah perhelatan GP Inggris (jika tahun ini masih menggunakan sirkuit ini) bukanlah sirkuit yang asing bagi Jenson karena rumahnya terletak tak jauh dari sirkuit yang merupakan bekas landasan kapal terbang pada masa perang dunia kedua ini.
Kemampuan Jenson dalam mempertahankan gelarnya musim ini memang masih dipertanyakan tapi tahun lalu pun tak ada yang menyangka kalau Jenson mampu tampil mendominasi di awal musim dan sukses meraih gelar juara dunia pertamanya jadi siapa tahu tahun ini pun Jenson akan mampu membalikkan semua pandangan miring terhadapnya. Dengan kembalinya Michael Schumacher ke F1 tentu saja musim ini pastinya akan tambah menarik sehingga tak sabar rasanya menanti F1 yang akan dimulai dua minggu lagi. Aku pribadi sih berharap Jenson bisa kembali tampil cemerlang dan berhasil membuktikan bahwa ia benar-benar layak menyandang gelar juara dunia yang direbutnya musim lalu. Go Jenson !!!!!!
Debut : Australia 2000
Start : 171
Juara Dunia : 2009 (bersama Brawn-Mercedes)
Poin : 327
Menang : 7
Pole : 7
Fastest Lap : 2
(Data sampai GP Abu Dhabi 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar