Gambar dipinjam dari situs ini
Di tahun 2003 Michael berhasil lolos dari lubang jarum dan sukses meraih satu poin untuk mengantarnya menjadi juara dunia mengalahkan Kimi Raikkonen tapi tiga tahun kemudian, ketika Michael kembali harus berjibaku memperebutkan gelar dunia yang kali ini bersaing ketat dengan Alonso, Suzuka, sirkuit yang sebenarnya merupakan salah satu trek favorit Michael justru menghempaskan mimpinya untuk menggenapkan gelar kedelapannya sebelum ia pensiun di akhir musim 2006.
Tahun ini Michael kembali ke ajang Formula One. Memang musim ini ia bukanlah salah satu kandidat peraih gelar dunia, tapi GP Jepang tetap terasa istimewa dan sepertinya merupakan salah satu tontonan wajib yang menarik untuk para penggemar F1 terlebih tahun ini, kondisi sirkuit Suzuka yang basah diguyur hujan hingga akhirnya tak bisa menggelar sesi kualifikasi pada hari Sabtu sebagaimana di GP lainnya hingga akhirnya sesi kualifikasi digeser ke hari Minggu beberapa saat sebelum balapan digelar. Keadaan yang sebenarnya hampir mirip saat GP Jepang pada tahun 2004.
Waktu itu karena adanya badai, sesi kualifikasi pun akhirnya digeser ke hari Minggu dan kali ini pun sirkuit Suzuka mengalami kendala cuaca seperti pada enam tahun yang lalu. Kali ini akibat cuaca buruk bahkan saat sesi latihan bebas hari sabtu hanya dua pebalap saja yang sempat mencatatkan waktu yaitu Jaime Alguersuari dari Toro Rosso dan Timo Glock yang membela tim Virgin-Cosworth. (berita selengkapnya di sini). Akhirnya setelah dua jam setengah ditunda, FIA pun memutuskan untuk menggelar sesi kualifikasi pada hari Minggu, beberapa saat sebelum balapan. (beritanya di sini).
Saat GP Jepang 2004 itu Michael berhasil meraih pole dan sukses mempertahankan posisinya hingga akhir race. Tahun ini tentu saja berbeda bagi Michael meskipun secercah harapan tetap muncul mengingat Michael merupakan salah satu legenda The Rain Master tapi bila besok hujan yang tak terlalu membahayakan tetap mengguyur sirkuit Suzuka. Bila cuaca besok cerah, mungkin Suzuka takkan terlalu ramah bagi Michael seperti pada GP lainnya tapi mengingat musim balap tahun ini akan segera berakhir, rasanya memang lebih baik menunggu kiprah Michael tahun depan dimana tim Mercedes pastinya telah merampungkan tunggangan yang jauh lebih layak bagi sang juara dunia tujuh kali ini.
Sekadar mengenang sejarah, aku ingin mengulas saat GP Jepang memberikan dua kenangan yang tak terlupakan. Yang pertama adalah saat GP Jepang 2003. Saat itu Michael merupakan salah satu kandidat terkuat dalam meraih gelar dunia. Waktu itu ia tengah bersaing ketat dengan Kimi Raikkonen yang saat itu masih membalap untuk McLaren-Mercedes setelah Juan Pablo Montoya dari Williams yang tadinya juga merupakan kandidat kuat peraih gelar dunia didiskualifikasi di GP Kanada (kalau tak salah).
Michael kala itu hanya memerlukan nilai satu poin saja untuk memuluskan langkahnya merebut gelar dunia keenam-nya tapi langkahnya itu tidak semulus seperti yang diharapkan. Di sesi kualifikasi Michael hanya berhasil mencatatkan waktu tercepat ke-14 sementara Kimi berada di grid ke-2 di belakang rekan setim Michael kala itu, Rubens Barrichello.
Meski saat itu Michael sudah berada di atas angin dengan bantuan Rubens yang berhasil menahan laju Kimi tapi Michael tetap berusaha meraih satu poin yang diperlukannya. Dan berkat tekad baja serta usaha pantang menyerah Michael, akhirnya dari grid ke-14 ia sukses finish kedelapan dan satu poin yang dibutuhkannya pun berhasil diraihnya, gelar dunia pun layak disandangnya. Perjuangan luar biasa dari seorang Michael Schumacher yang tak kenal menyerah dan tak pernah menggantungkan nasibnya pada orang lain. Michael tahu jelas bahwa berkat bantuan Rubens, ia bisa tenang melenggang meski tanpa meraih poin karena Rubens telah sukses menahan Kimi tapi Michael lebih suka meraih keberhasilan dengan tangannya sendiri sehingga meski terlihat mustahil ia tetap berjuang meraih satu poin yang dibutuhkannya sehingga ia tetap bisa berbangga hati karena gelar dunia keenamnya berhasil direbut atas perjuangannya sendiri.
Berbeda dengan tahun 2003, pada musim 2006, musim paling mengharu biru bagi penggemar Michael karena bukan saja musim ini merupakan musim terakhir setelah sang juara dunia tujuh kali itu mengumumkan pensiunnya di Monza, Italia tapi juga GP Jepang 2006 merupakan kenangan buruk yang sulit dilupakan bagi Michael dan para penggemarnya (rasanya). Setelah akhirnya Michael berhasil meraih puncak klasemen (untuk pertama kalinya di musim itu) dari tangan Alonso usai keberhasilannya menjuarai GP China dan hanya tersisa dua GP terakhir, Jepang dan Brazil. Michael saat itu benar-benar berada di atas angin. Suzuka seperti yang telah diketahui umum merupakan salah satu sirkuit favorit sekaligus sirkuit keberuntungan Michael dan Brazil pun bukanlah sirkuit yang menyulitkan untuk Michael (kecuali ketika ia terpaksa tersungkur pada GP Brazil 2003 akibat aqua planning).
Peluang Michael untuk meraih gelar kedelapannya makin pasti setelah ia sukses meraih pole di Suzuka dan ia tetap terlihat perkasa di urutan pertama hingga bencana itu datang saat ia masuk pit. Semuanya semula terlihat baik-baik saja, tapi setelah ia selesai pit tiba-tiba mobil Michael meleduk, ia pun terpaksa retire, Alonso pun bersorak. Menjengkelkan memang, tapi semua itu kini sudah menjadi sejarah. Michael gagal meraih gelar kedelapannya di Suzuka, sirkuit yang sebenarnya merupakan salah satu sirkuit keberuntungannya.
Selain di GP Jepang 2003, Michael juga berhasil meraih gelar dunia ketiganya di sirkuit kebanggaan publik rakyat negeri Sakura ini pada tahun 2000. Saat itu ia berhasil memenangi duel dengan Mika Hakkinen dan kemenangan itupun berhasil mengantarnya meraih gelar dunia pertamanya bersama Ferrari. Tapi GP Jepang 2006 telah mengubah semua kisah manis Michael bersama Suzuka. Tahun ini Michael memang tak bisa berharap terlalu banyak. Ia hanya perlu menikmati empat balapan (termasuk balapan di GP Jepang ini) yang tersisa pada musim ini untuk kembali menggebrak dengan tunggangannya yang baru bersama Mercedes musim depan. Bagi penggemar Michael, sepertinya mimpi buruk sudah hampir berakhir, saatnya untuk kembali merangkai mimpi indah dan harapan untuk kembali menyaksikan superioritas Michael Schumacher tahun depan. Semoga saja gelar dunia kedelapan bukanlah sekadar mimpi bagi Michael.
gbr dipinjam dari f1chronicles
Tidak ada komentar:
Posting Komentar