Bagi kebanyakan orang angka tujuh mungkin bukanlah suatu hal yg istimewa. Tujuh hanyalah sebuah bilangan dari deretan angka. Tapi bagi seorang Michael Schumacher, tujuh bagaikan sebuah takdir. Sebentuk bilangan yang menjadi rentetan angka menakjubkan dalam catatan statistik karir balapnya.
Berikut adalah beberapa hal seputar angka tujuh dalam rangkaian prestasinya di ajang balap Formula One yang kini menjadi sebuah legenda.
- 7 gelar dunia Formula One. Di luar semua kontroversi, pro-kontra, bagaimanapun 7 gelar dunia pebalap merupakan catatan rekor spektakuler yang pastinya membutuhkan kerja keras, disiplin, kemampuan/skill individu, determinasi, dan semangat pantang menyerah khas seorang juara sejati.
- 77 fastest lap. Sebagai pebalap tersukses F1, sulit rasanya menisbikan bakat istimewa seorang Michael Schumacher. Sejarahlah yang telah membuktikan bahwa Michael Schumacher memang merupakan pebalap yang sangat kencang.
- 7UP, Jordan 191, Ford V8, Spa Francorchamps, Belgia 1991, race start: 7th
Rangkaian angka tujuh pertama dari sebuah legenda.
Seperti yang sudah menjadi rahasia umum, Michael Schumacher memulai debut F1-nya bersama tim Jordan di GP Belgia 1991.
Mengendarai Jordan 191 yang didukung mesin Ford V8, Michael berhasil memukau publik di sesi kualifikasi dengan meraih posisi start di p7. Sayangnya di balapan, Michael harus retire di lap pertama karena masalah dengan mobilnya.
Meski begitu Jordan 191 yang didominasi warna hijau dengan logo besar 7UP, sponsor utama Jordan bersama Fuji Film ini tetap memiliki tempat istimewa dalam hatinya.
"You never forget your first taste of F1," ujarnya mengenang mobil F1 pertamanya ini.
- Mild Seven, Benetton, Ford, Renault RS7, 1994 dan 1995.
Gelar dunia pertama dan keduanya (dari total 7 gelarnya) direbut bersama Benetton.
Tahun 1994 Benetton didukung mesin Ford Zetec V8, Michael sukses merebut gelar dunia pertamanya yang berhasil dipertahakannya di tahun 1995 masih bersama Benetton yang kali ini mempercayakan mesin Renault RS7 V10 sebagai dapur pacunya. Meski didukung dua pabrikan berbeda tapi baik B194 maupun B195 sama-sama didominasi warna biru dengan logo Mild Seven sebagai sponsor Benetton kala itu.
- 7 gelar dunia, 72 kemenangan bersama kuda jingkrak, Ferrari, 2000-2004
Masa keemasan Michael Schumacher dan Ferrari.
Setelah berkali-kali nyaris meraih gelar dunia ketiga (yang paling menyesakkan adalah pertarungan di musim 1997), dengan beragam momen-momen pahit juga manis, akhirnya Michael Schumacher mampu meraih lima gelar dunia beruntun sejak 2000-2004 bersama Ferrari yang menggenapkan total perolehan gelar dunianya menjadi 7 kali.
Selama sembilan tahun kebersamaan mereka, Michael Schumacher sukses melompat sebanyak tujuh puluh dua kali di atas podium utama bersama tim kuda jingkrak ini.
- Last Race: GP Brazil 2012, Interlagos, Sao Paolo, Mercedes, car no. 7.
Akhirnya setelah melalui 307 balapan sepanjang 21 tahun karirnya di F1, Michael tiba juga di titik perhentiannya di dunia olahraga yang dicintainya ini. Sirkuit Interlagos, Brazil menjadi sirkuit terakhir yang menyaksikan kepergian sang petarung tangguh ini menggenapkan jumlah startnya menjadi 308 balapan.
Masa tiga tahun comeback-nya ke F1 bersama Mercedes memang jauh dari harapan. Ia hanya mampu naik podium satu kali di Valencia usai finish ke-3 dan sempat meraih pole di Monaco 2012, sayangnya akibat insiden tabrakannya dengan Senna di Spanyol, maka Michael terkena penalti turun lima grid dari posisi pole saat start yang sekaligus juga mengandaskan harapannya meraih kemenangan bersama .Mercedes.
Walau Michael lebih banyak didera masalah dengan mobilnya, tapi aksi terakhirnya di Interlagos, Brazil hari Minggu kemarin memperlihatkan bahwa Michael Schumacher memang merupakan seorang petarung terbaik, jika bukan pebalap terbaik, seperti ucapan para pengkritiknya.
Start dari grid 13, selepas start Michael sempat melesat ke p11 tapi kemudian masuk pit mengganti ban yang membuat posisinya melorot ke urutan paling buncit. Belum lama berselang, Michael harus masuk pit lagi karena terkena puncture (hal yang persis sama terjadi di GP Brazil 2006 yang kala itu merupakan GP terakhirnya sebelum akhirnya ia memutuskan kembali ke F1 bersama Mercedes pada tahun 2010) dan membuatnya tetap berada di p20.
Tapi ia memperlihatkan semangat tempur khas seorang Michael Schumacher yang tak kenal menyerah. Perlahan tapi pasti posisinya terus merangsek naik. Sirkuit Interlagos yang terus menerus diguyur hujan merupakan, setting panggung terbaik bagi seorang bintang besar macam Michael Schumacher, Sang Rain Master, hingga akhirnya ia berhasil membawa mobil Mercedesnya dengan no. urut 7 ini menuju garis finish di urutan ke-7.
Entah apakah semua rentetan angka tujuh itu merupakan takdir atau tidak. Satu hal yang tak bisa dipungkiri, betapa ajaibnya semua rangkaian angka tujuh ini berperan dalam karir balap f1 seorang Michael Schumacher.
Berawal dari start ke-7 di atas mobil hijau dengan tulisan 7UP dan berakhir dengan finish di urutan ke-7 di atas mobil silver metalik dengan no. mobil 7.
Berikut adalah beberapa hal seputar angka tujuh dalam rangkaian prestasinya di ajang balap Formula One yang kini menjadi sebuah legenda.
- 7 gelar dunia Formula One. Di luar semua kontroversi, pro-kontra, bagaimanapun 7 gelar dunia pebalap merupakan catatan rekor spektakuler yang pastinya membutuhkan kerja keras, disiplin, kemampuan/skill individu, determinasi, dan semangat pantang menyerah khas seorang juara sejati.
- 77 fastest lap. Sebagai pebalap tersukses F1, sulit rasanya menisbikan bakat istimewa seorang Michael Schumacher. Sejarahlah yang telah membuktikan bahwa Michael Schumacher memang merupakan pebalap yang sangat kencang.
- 7UP, Jordan 191, Ford V8, Spa Francorchamps, Belgia 1991, race start: 7th
Rangkaian angka tujuh pertama dari sebuah legenda.
Seperti yang sudah menjadi rahasia umum, Michael Schumacher memulai debut F1-nya bersama tim Jordan di GP Belgia 1991.
Mengendarai Jordan 191 yang didukung mesin Ford V8, Michael berhasil memukau publik di sesi kualifikasi dengan meraih posisi start di p7. Sayangnya di balapan, Michael harus retire di lap pertama karena masalah dengan mobilnya.
Meski begitu Jordan 191 yang didominasi warna hijau dengan logo besar 7UP, sponsor utama Jordan bersama Fuji Film ini tetap memiliki tempat istimewa dalam hatinya.
"You never forget your first taste of F1," ujarnya mengenang mobil F1 pertamanya ini.
- Mild Seven, Benetton, Ford, Renault RS7, 1994 dan 1995.
Gelar dunia pertama dan keduanya (dari total 7 gelarnya) direbut bersama Benetton.
Tahun 1994 Benetton didukung mesin Ford Zetec V8, Michael sukses merebut gelar dunia pertamanya yang berhasil dipertahakannya di tahun 1995 masih bersama Benetton yang kali ini mempercayakan mesin Renault RS7 V10 sebagai dapur pacunya. Meski didukung dua pabrikan berbeda tapi baik B194 maupun B195 sama-sama didominasi warna biru dengan logo Mild Seven sebagai sponsor Benetton kala itu.
- 7 gelar dunia, 72 kemenangan bersama kuda jingkrak, Ferrari, 2000-2004
Masa keemasan Michael Schumacher dan Ferrari.
Setelah berkali-kali nyaris meraih gelar dunia ketiga (yang paling menyesakkan adalah pertarungan di musim 1997), dengan beragam momen-momen pahit juga manis, akhirnya Michael Schumacher mampu meraih lima gelar dunia beruntun sejak 2000-2004 bersama Ferrari yang menggenapkan total perolehan gelar dunianya menjadi 7 kali.
Selama sembilan tahun kebersamaan mereka, Michael Schumacher sukses melompat sebanyak tujuh puluh dua kali di atas podium utama bersama tim kuda jingkrak ini.
- Last Race: GP Brazil 2012, Interlagos, Sao Paolo, Mercedes, car no. 7.
Akhirnya setelah melalui 307 balapan sepanjang 21 tahun karirnya di F1, Michael tiba juga di titik perhentiannya di dunia olahraga yang dicintainya ini. Sirkuit Interlagos, Brazil menjadi sirkuit terakhir yang menyaksikan kepergian sang petarung tangguh ini menggenapkan jumlah startnya menjadi 308 balapan.
Masa tiga tahun comeback-nya ke F1 bersama Mercedes memang jauh dari harapan. Ia hanya mampu naik podium satu kali di Valencia usai finish ke-3 dan sempat meraih pole di Monaco 2012, sayangnya akibat insiden tabrakannya dengan Senna di Spanyol, maka Michael terkena penalti turun lima grid dari posisi pole saat start yang sekaligus juga mengandaskan harapannya meraih kemenangan bersama .Mercedes.
Walau Michael lebih banyak didera masalah dengan mobilnya, tapi aksi terakhirnya di Interlagos, Brazil hari Minggu kemarin memperlihatkan bahwa Michael Schumacher memang merupakan seorang petarung terbaik, jika bukan pebalap terbaik, seperti ucapan para pengkritiknya.
Start dari grid 13, selepas start Michael sempat melesat ke p11 tapi kemudian masuk pit mengganti ban yang membuat posisinya melorot ke urutan paling buncit. Belum lama berselang, Michael harus masuk pit lagi karena terkena puncture (hal yang persis sama terjadi di GP Brazil 2006 yang kala itu merupakan GP terakhirnya sebelum akhirnya ia memutuskan kembali ke F1 bersama Mercedes pada tahun 2010) dan membuatnya tetap berada di p20.
Tapi ia memperlihatkan semangat tempur khas seorang Michael Schumacher yang tak kenal menyerah. Perlahan tapi pasti posisinya terus merangsek naik. Sirkuit Interlagos yang terus menerus diguyur hujan merupakan, setting panggung terbaik bagi seorang bintang besar macam Michael Schumacher, Sang Rain Master, hingga akhirnya ia berhasil membawa mobil Mercedesnya dengan no. urut 7 ini menuju garis finish di urutan ke-7.
Entah apakah semua rentetan angka tujuh itu merupakan takdir atau tidak. Satu hal yang tak bisa dipungkiri, betapa ajaibnya semua rangkaian angka tujuh ini berperan dalam karir balap f1 seorang Michael Schumacher.
Berawal dari start ke-7 di atas mobil hijau dengan tulisan 7UP dan berakhir dengan finish di urutan ke-7 di atas mobil silver metalik dengan no. mobil 7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar