pic taken from : www.fansonline.net
Tak terasa, tinggal tiga race tersisa sebelum seorang juara dunia F1 baru ditahbiskan dan kuharap orang tersebut adalah Jenson Button yang hingga kini masih bertengger di puncak klasemen meski penampilannya setelah Turki tak bisa dibilang mengesankan. Pada beberapa race ia terseok-seok di deretan papan tengah sebelum akhirnya ia beruntung berhasil meraup beberapa poin demi menjaga kepemimpinannya di klasemen dan memperlebar jaraknya dari para pesaingnya yang berusaha sekuat tenaga mendorongnya dari tempatnya sebagai pemimpin klasemen.
Namun setelah tak meraih poin di GP Belgia, setelah ia mengalami kecelakaan di lap pertama seusai start, keadaannya mulai membaik di GP Italia, meski ia tak berhasil merebut posisi rekan setimnya, Rubens Barrichello, yang finish pertama di hometown-nya Ferrari ini, tapi finish di tempat kedua juga tak terlalu buruk, tambahan delapan poin untuknya makin memperkuat posisinya di puncak teratas klasemen terlebih saingan terberatnya di Red Bull mengalami nasib naas.
Mendekati akhir musim dengan ketatnya persaingan perebutan gelar dunia, pastinya balapan yang berlangsung pun makin sengit. Hal itu terlihat di GP Singapore hari Minggu kemarin. Meski sebenarnya strategi balapan Jenson dengan membawa bahan bakar lebih banyak, mungkin saja bisa berhasil membawa Jenson ke posisi yang lebih baik dari sekadar finish ke lima di belakang Vettel.
Namun manusia berencana, Tuhan pula yang menentukan, keluarnya safety car membuat para pembalap berbondong-bondong masuk pit. Walau begitu, hasil GP Singapore kemarin bisa dibilang tak terlalu buruk. Setelah Jenson tak berhasil lolos ke Q3 dan harus puas start dari p11, di race Jenson lagi-lagi memperlihatkan kualitasnya sebagai pembalap yang tak bisa dipandang sebelah mata, finish di tempat kelima membuat pundi-pundi poinnya bertambah 4 poin memperlebar jarak satu poin dari saingan terdekatnya, Rubens Barrichello, yang juga merupakan rekan setimnya (yang helmnya seperti jeruk ditempeli stiker bendera Brazil di GP Italia tapi di Singapore kemarin stiker bendera Brazil itu diganti dengan mobil balap lengkap bersama pembalapnya di dalamnya) walaupun Vettel yang berhasil finish tepat di depannya mendapat tambahan satu poin lebih darinya tapi hal itu tak mampu menggoyang posisinya sebagai pemimpin klasemen, namun, Jenson harus jauh lebih berhati-hati mengingat persaingan menjadi semakin ketat di tiga race tersisa.
Minggu ini hanya berjarak seminggu dari GP Singapore, Sirkuit Suzuka yang kembali digunakan setelah tahun lalu GP Jepang digelar di Fuji, sudah bersiap-siap menyambut kejutan-kejutan baru dari Formula One. Dan semoga saja di GP Jepang ini Jenson berhasil mengunci gelar dunia pertamanya ini. Dan harapanku ini bukan tanpa sebab.
GP Jepang merupakan salah satu sirkuit yang unik dengan bentuk layout seperti angka delapan dan Schumi merupakan pembalap yang paling banyak menang di GP ini meski gelar kedelapannya pun lepas justru di sirkuit kesayangannya ini.
Tapi alasanku ingin melihat Jenson mengunci gelarnya di GP ini mungkin terdengar sedikit konyol.
Pertama Suzuka merupakan sirkuit yang unik, seperti yang telah kukemukakan tadi. Kedua, semua orang tahu bahwa kekasih Jenson yang sekarang, Jessica Michibata (entah tulisannya benar atau tidak, kalau salah ya dimaklumi aja ye, aku kan fansnya Jenson bukannya fans pacarnya, he...he...) memiliki darah Jepang dan setelah Nakajima yang merupakan lokal hero Jepang (yang mungkin sulit mengulang kesuksesan Sato yang pernah meraih podium ketiga di depan publiknya sendiri ini) bisa dibilang Jenson lah pembalap di grid yang memiliki ikatan tak langsung dengan publik Jepang saat ini, jadi sudah selayaknyalah publik Jepang dan dunia tentunya bergembira bila Somerset boy ini berhasil meraih gelar dunia pertamanya di sini. Di Jepang, di tengah hiruk pikuk semangat banzai penonton Jepang yang selalu merindukan kehadiran lokal hero yang mampu membawa negeri matahari terbit ini berbicara di ajang balap paling beken sedunia ini.
Namun, sekali lagi, mengingat ketatnya persaingan dan hanya tinggal tiga balapan yang tersisa maka setitik pun kesalahan tak seharusnya dilakukan Jenson bila ia sungguh-sungguh ingin merebut gelar. Jadi sebaiknya Jenson benar-benar memfokuskan dirinya pada tiga balapan tersisa dan tak memberi ruang sedikit pun bagi kecerobohan yang mungkin saja dapat mengubur impiannya yang sudah di depan mata itu.
Suzuka ... here we come.... Dan semoga pula Jepang dapat memberikan sebuah hadiah terindah bagi Jenson Button. Semoga bersama terbitnya matahari di Jepang, cahaya Jenson pun kembali bersinar dan kita bisa kembali menyaksikan English man yang satu ini berdiri di podium tertinggi bersama gelar dunia yang sudah sepantasnya menjadi miliknya. Hopefully....
pic taken from : www.dailymail.co.uk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar