Red Bull Renault : 153.5 poin
pic taken from :www.gtmodels.co.uk
Pengembangan Ferrari dan McLaren yang agak lambat tahun ini mungkin berpengaruh besar bagi Brawn dan Red Bull. Seperti Brawn GP yang tampil mengesankan, tim minuman berenergi ini pun sangat spektakuler. Tim ini pula lah yang mampu menghadang dominasi Brawn GP dan Jenson Button di race-race awal musim ini.
Berbeda dengan Brawn GP yang di pertengahan hingga akhir musim agak melemah, si banteng merah ini malah semakin perkasa. Sayangnya, perolehan poin Brawn sudah tak dapat lagi terkejar. Hanya membutuhkan lima poin di GP Brazil bagi Brawn GP untuk memastikan gelar juara dunia konstruktor jatuh ke tangan mereka dan setelah pembalap andalan Brawn GP pun berhasil mengunci gelar juara dunianya maka yang tersisa hanya tempat kedua konstruktor dan pembalap.
Demi menghindari kesuksesan besar bagi Brawn GP, mereka berhasil mengantar pembalap muda mereka, Sebastian Vettel merebut juara dua dari tangan pembalap Brawn, Rubens Barrichello.
Jika di awal musim Brawn GP tampil mendominasi dengan mencatat kemenangan beruntun maka Red Bull menutup akhir musim dengan mencetak hattrick di tiga GP penutup. Brawn GP boleh berpesta untuk gelar ganda mereka dan Red Bull pun pantas bersuka untuk keberhasilan mereka merebut gelar ganda di tempat kedua. Ya, setidaknya masih ada hari esok dan dengan perkembangan mereka di akhir musim, boleh jadi musim depan bisa menjadi milik mereka.
3. Sebastian Vettel : 84 poin
Fastest lap : GP Inggris, Belgia, & Abu Dhabi
Pole : 4 (GP China, Turki, Inggris, & Jepang)
pic taken from :www.topnews.in
Sejak kemenangan Sebastian Vettel bersama Torro Rosso tahun lalu di Italia, publik sudah mentahbiskannya pembalap Jerman ini sebagai the next Schumi terlebih kepiawaiannya di atas trek basah Monza persis seperti sang juara dunia tujuh kali itu yang terkenal dengan sebutan the rain master. Tahun ini, membela "kakak" Torro Rosso, Red Bull, Vettel kembali membuktikan kepiawaiannya kembali di atas trek basah Shanghai, di mana ia berhasil memecah dominasi Jenson Button dengan meraih pole sekaligus menjuarai GP China dan semakin mentahbiskannya sebagai the next Schumi.
Seperti Schumi yang senantiasa haus akan kemenangan begitu pun dengan Vettel yang merupakan rekan setim Schumi di ajang Race of Champions (ROC) dan seperti Schumi, Vettel pun tak kenal menyerah. Sebelum GP Brazil, orang-orang masih menganggap Rubens sebagai pesaing berat Jenson dalam merebut gelar dunia. Tapi Vettel yang tak kenal menyerah berhasil menjuarai GP Jepang dan membuka peluangnya dalam perebutan gelar meski tipis. Di sesi kualifikasi, sementara rekan setimnya merebut P2, ia malah gagal menembus Q2 dan harus memulai start di P 16, di belakang Liuzzi. Sementara Rubens Barrichello yang merupakan pesaing terdekat Jenson meraih pole. Namun seperti yang sudah semua ketahui, kehadiran safety car yang membuat strategi pit Rubens gagal sehingga pembalap Brazil itu hanya mampu finish di tempat kedelapan dengan tambahan satu poin membuka peluang bagi Vettel -yang finish di tempat keempat di depan Jenson Button, sang juara dunia baru- dalam perebutan tempat kedua di klasemen konstruktor.
Di GP Abu Dhabi, nasib apes malah berbalik menimpa Rubens Barrichello. Di start, pembalap kedua Brawn GP itu bersinggungan dengan rekan setim Vettel sementara Vettel sendiri melenggang mulus membuntuti pole sitter, Lewis Hamilton. Dewi Fortuna kemudian mulai berpihak pada pembalap muda Jerman ini. Lewis harus mengakhiri balapannya karena masalah rem sehingga memuluskan langkah Vettel menutup musim ini dengan kemenangan keempatnya tahun ini.
Tahun ini memang Vettel masih belum berhasil meraih gelar dunia tapi semua orang tahu hanya masalah waktu bagi pembalap Jerman ini untuk meraih mahkota kebanggaan para pembalap itu.
4. Mark Webber : 69.5 poin
Fastest lap : GP Hungaria, Jepang, & Brazil
Pole : GP Jerman
pic taken from : www.guardian.co.uk
Sejak debutnya pada tahun 2002 bersama tim Minardi yang dibeli Paul Stodart dari Giancarlo Minardi yang terpaksa menjual tim ini karena kanker, keberhasilan Webber finish di tempat ke lima di balapan perdananya di GP Australia, sudah membuat publik terkesan pada pembalap jangkung ini terlebih etos kerja pembalap Australia ini disebut-sebut setinggi Michael Schumacher.
Namun sayangnya, Webber selalu saja terdampar di tim yang tengah berkutat meraih eksistensi diri sehingga tak berhasil memperlihatkan potensi Webber.
Dan mungkin tahun ini merupakan awal dari pembuktian seorang Mark Webber. Meski ia hanya mampu meraih posisi ke empat di klasemen tapi Mark Webber tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan dukungan sumber daya yang dimiliki Red Bull, bukanlah hal yang konyol, bila Webber memimpikan gelar dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar