pic taken from here
Setelah kematian Indira Gandhi dan kedua putranya , maka perjalanan politik dinasti Gandhi pun dilanjutkan oleh Sonia Gandhi, menantu Indira dan janda Rajiv Gandhi yang tewas dibunuh oleh Thenmuli Rajaratnam yang merupakan salah satu anggota kelompok separatis Tamil dari Srilanka. Saat itu, Thenmuli mengalungi rangkaian bunga ke leher Rajiv tanpa diketahui sebelumnya bahwa ternyata rangkaian bunga yang dikalungkan ke leher sang perdana menteri itu ternyata berisi bom yang kemudian menewaskan Rajiv Gandhi.
Kematian suaminya membuat Sonia yang semula memilih menjadi ibu rumah tangga yang menjaga suami dan keluarganya dari incaran publik akhirnya harus tampil membawa nama Gandhi kembali ke peta percaturan politik India. Namun sayangnya, Sonia memiliki kendala dalam politik India sehubungan dengan asal usulnya yang merupakan orang asing.
Sonia Gandhi lahir di Lusiana, sebuah kota kecil di Italia pada 9 Desember 1946 dengan nama lengkap Edvige Antonia Albina Maino. Ia merupakan anak dari Stefano dan Paola Maino. Ia tumbuh besar di Orbassano, sebuah kota di Italia yang terletak tak jauh dari Turin. Seperti orang Italia pada umumnya yang sangat erat memeluk agama Katolik, Sonia pun dibesarkan dalam lingkungan keluarga Katolik yang sangat kuat. Ayah Sonia yang adalah seorang kontraktor bangunan meninggal pada 1983. Sementara ibu Sonia dan dua adik perempuannya tinggal di dekat Orbassano, Italia.
Sonia bertemu dengan Rajiv Gandhi saat ia melanjutkan sekolahnya di kota Cambridge. Rajiv saat itu juga terdaftar di Universitas Cambridge, namun mereka tak berada di sekolah yang sama. Pertemuan mereka terjadi di sebuah restoran Yunani di kota itu pada 1965. Setelah tiga tahun menjalin hubungan akhirnya keduanya memutuskan menikah. Setelah menikah dengan Rajiv, Sonia yang merupakan wanita Italia ini pun pindah ke India mengikuti suaminya dan tinggal di kediaman Perdana Menteri India yang notabene adalah mertuanya.
Pada 1970, Sonia melahirkan putra pertama mereka yang kemudian diberi nama Rahul Gandhi. Dua tahun kemudian yaitu pada 1972, Sonia melahirkan anak keduanya, Priyanka Gandhi. Saat itu keluarga kecil ini belum berminat terjun ke dunia politik meskipun Rajiv menuruni garis politik kakeknya, Jawaharlal Nehru. Tak seperti adiknya, Sanjay yang meneruskan garis politik keluarga Gandhi, Rajiv malah lebih memilih bekerja sebagai pilot di sebuah maskapai penerbangan sementara Sonia, istrinya, menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga biasa dan mereka sebisa mungkin menghidar dari hingar bingar politik.
Namun setelah kematian adiknya dalam sebuah kecelakaan pesawat, membuat Rajiv harus keluar dari "persembunyian"-nya dan melanjutkan garis politik dinasti Gandhi. Rajiv pun mulai masuk dunia politik pada 1981 dan berhasil meraih kursi perdana menteri pada 1984. Sementara itu Sonia meski dengan keberhasilan suaminya meraih kursi perdana menteri, mulai tampil ke depan publik. Bahkan pada 1984, Sonia secara aktif ikut berkampanye demi mendukung suaminya. Lawannya saat itu pun bukanlah seorang yang bisa dipandang remeh karena ternyata lawannya saat itu adalah Maneka Gandhi, janda Sanjay Gandhi yang tak lain merupakan iparnya sendiri.
Sayangnya karir politik Rajiv ternoda oleh skandal Bofors yang mencuat pada 1980-an. Rajiv dan beberapa petinggi pemerintahan dituduh terlibat dalam skandal korupsi yang dinilai paling buruk dalam sejarah India.
Ottavio Quattrochi yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam skandal ini dikenal memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rajiv dan Sonia. Bahkan kabarnya Ottavio yang merupakan pengusaha Italia ini merupakan teman Sonia Gandhi, istri Rajiv dan ia sering mengunjungi kediaman meski Perdana Menteri Rajiv Gandhi. Hal inilah sepertinya yang membuat keterlibatan Rajiv dalam skandal korupsi ini tak bisa disangkal. Akibat skandal ini, Rajiv pun harus membayar mahal dengan kekalahannya dalam pemilu pada 1989. Tragisnya dua tahun setelah kekalahannya di pemilu, Rajiv harus menemui ajalnya di tangan kelompok pemberontak Tamil pada 21 Mei 1991.
Kematian suaminya, awalnya tak serta merta langsung menyeret Sonia ke dalam dunia politik secara penuh. Namun setelah partai politik yang telah mengantarkan mertua dan suaminya meraih kursi perdana menteri, mengalami kekalahan pada pemilu 1996 dan kondisi salah satu partai politik terbesar di Inida itu di ambang kehancuran, tak urung membuat Sonia akhirnya bersedia melanjutkan karir politik dinasti Gandhi.
Hanya setahun setelah Sonia masuk ke dalam Partai Kongres Nasional India, nama besar Gandhi langsung mengantarkan Sonia menjadi ketua umum partai pada 1998.
Karir politik Sonia pun segera melesat. Berkat kemenangannya pada pemilu 2004, ia hampir saja meraih kursi perdana menteri yang artinya kalau saja Sonia berhasil meraih jabatan tersebut, maka ia akan menjadi Perdana Menteri India pertama yang merupakan keturunan asing dan beragama Katolik Roma. Tapi tentu saja lawan-lawan politiknya tak bisa menerima keadaan ini. Mereka pun menyerangnya dengan mempermasalahkan kewarganegaraannya yang telah lama didengungkan untuk menghambat karir politik Sonia sejak pemilu 1980.
Asal usul Sonia memang kerap menjadi polemik dan perdebatan untuk menjatuhkan karir wanita berdarah Italia ini. Bahkan dalam partainya sendiri, Sonia kerap mendapat tentangan dari rekan-rekannya separtai sehubungan dengan darah Italia-nya itu.
Pada Mei 1999, di awal masa kepemimpinan Sonia di Partai Kongres, ia mendapat pertentangan keras dari tiga tokoh senior partai politik besar tersebut sehubungan dengan asal usulnya yang adalah warga asing meskipun Sonia bukanlah orang berdarah asing pertama yang berhasil meraih kursi kepemimpinan di partai tersebut, karena ternyata Sonia adalah orang keturunan asing kelima yang menjadi pemimpin salah satu partai besar di India itu.
Polemik mengenai asal usulnya ini sempat membuat Sonia berencana untuk mundur dari kedudukannya sebagai ketua umum partai tapi akibatnya sungguh luar biasa. Berbagai dukungan dari simpatisan partai mengalir untuk Sonia sehingga membuat tiga tokoh senior tersebut akhirnya membelot dari Partai Kongres Nasional.
Mengenai kewarganegaraan Italia Sonia, menurut salah satu petinggi senior di Partai Kongres, sebenarnya Sonia telah menyerahkan pasport Italia-nya ke Kedutaan Italia pada 27 April 1983. Dan hukum di Italia sejak 1992 tak mengakui kewarganegaraan ganda sehingga sebenarnya Sonia secara otomatis telah melepaskan kewarganegaraan Italia-nya dan menjadi warga negara India karena Sonia saat telah menyerahkan pasport Italia-nya itu telah melepaskan kewarganegaraan Italia-nya dan tak pernah mengajukan permintaan untuk meraih kewarganegaraan ganda. Jadi secara hukum, sebenarnya Sonia dan anak-anaknya adalah warga negara India.
Ketika Italia pada 1992 membuka kesempatan bagi warga negara Italia yang kehilangan kewarganegaraan mereka sebelum tahun 1992 untuk mendaftarkan kembali kewarganegaraan mereka sebagai warga negara Italia. Pendaftaran ulang tersebut dibuka pemerintah Italia sampai tanggal 31 Desember 1992. Dan tak ada keterangan ataupun bukti yang menunjukkan bahwa Sonia mengajukan kembali permintaan kewarganegaraan Italia-nya sampai batas waktu yang ditentukan sehingga bisa dianggap Sonia sebenarnya telah melepaskan kewarganegaraan Italia-nya.
Namun pada saat pemilu 1983 Sonia masih terdaftar sebagai warga negara Italia sehingga kemunculan namanya dalam daftar pemilu di New Delhi menjadi polemik dalam karir politiknya saat itu. Terlebih hukum India menyatakan bahwa hanya warga negara India saja yang bisa masuk dalam daftar pencalonan pemilu dan India juga dikenal tak mengakui kewarganegaraan ganda.
Tragisnya ketika nama Sonia muncul dalam daftar pemilu 1983, tahun itu Sonia sebenarnya telah mendapatkan kewarganegaraan India-nya tapi sayangnya waktunya tak bertepatan dengan batas waktu pendaftaran untuk pemilu yang berakhir pada Januari 1983 sementara Sonia baru mendapatkan kewarganegaraan India pada April 1983.
Pada pemilu 2004 Sonia akhirnya bukan hanya terpilih sebagai ketua umum partainya tapi ia juga terpilih sebagai pemimpin dari 15 partai koalisi yang bergabung di bawah nama United Progressive Alliance (UPA atau kerap dikenal dengan nama UP saja) mengalahkan gabungan partai pemerintah BJP yang dipimpin oleh National Democratic Alliance (NDA). Kemenangan Sonia itu membuat kubu NDA kembali menyerangnya dengan masalah asal usul Sonia yang adalah orang asing.
Kesuksesan Sonia itu seharusnya bisa mengantarkannya meraih kursi perdana menteri India meneruskan garis suksesi kekuasaan politik dari leluhur keluarga suaminya yang dimulai oleh Jawaharlal Nehru dan dilanjutkan oleh mertuanya, Indira Gandhi, dan berakhir di tangan suaminya sendiri, Rajiv Gandhi. Kalau saja Sonia adalah asli India, mungkin ia bisa kembali melanjutkan kekuasaan politik dinasti Gandhi yang berakhir di tangan suaminya. Tapi sayangnya, karena asal usul Sonia yang berasal dari Italia dan bukan asli India ini kerap membuat karir politik Sonia tak berjalan dengan mulus meski ia telah mengantongi nama besar Gandhi yang masih memiliki kekuatan dalam politik India.
Menyadari sulitnya mengatasi persoalan mengenai asal usulnya sebagai orang asing yang kerap menjadi senjata bagi lawan-lawan politiknya untuk menjegalnya, maka Sonia pun akhirnya melepaskan kursi kepemimpinan di partainya yang secara otomatis melepaskan pula kesempatannya untuk meraih kursi perdana menteri dan mencatat sejarah baru di India. Sebagai gantinya, pada 18 Mei, Sonia mengajukan seorang ekonom, Dr. Manmohan Singh untuk menduduki kursi perdana menteri.
Di bawah kepemimpinan Sonia, wanita asing keturunan Italia ini ternyata mampu mengembalikan partainya meraih suara yang mendekati suara mayoritas pada pemilu 2009 dan mengantarkan Manmohan Sing meraih kursi Perdana Menteri. Meski ia sendiri gagal meraih kursi Perdana Menteri namun peran Sonia dalam partainya seharusnya mendapatkan apresiasi mengingat sebelum ia bergabung, partai politik tersebut mengalami masa suram setelah suami Sonia, Rajiv Gandhi tewas terbunuh. Dan kehadiran Sonia telah membangkitkan kembali trah dinasti Gandhi yang hampir saja terkubur bersama tragedi yang menimpa Indira dan Rajiv Gandhi, dan Sonia telah pula mengantarkan partainya kembali menjadi parti besar dalam peta percaturan politik India.
Ia memang bukanlah orang India asli, tapi tak semestinya kecintaannya pada negara tersebut diragukan terlebih ia ternyata telah memilih untuk menjadi warga negara India dan melepaskan kewarganegaraan Italia-nya. Jadi meski dalam tubuhnya mengalir darah Italia tapi sepertinya ia telah memutuskan untuk menjadikan India sebagai tanah tumpah darahnya yang akan selalu dicintainya meski ia tak sepenuhnya diterima oleh beberapa warga India tersebut terutama oleh kelompok-kelompok lawan politiknya.
Garis politik keluarga Gandhi kini dilanjutkan oleh Rahul Gandhi, putra Sonia dan Rajiv Gandhi. Sementara Priyanka Gandhi, putri Sonia dan Rajiv, sepertinya pilihan karirnya tak terlalu jauh juga dari dunia politik. Priyanka meski tak meraih kursi dalam pemerintahan tapi keterlibatannya sebagai manajer kampanye Partai Kongres membuatnya tak terlalu jauh dari dunia politik dan tak menuntup kemungkinan ia akan menjadi penerus politik dalam dinasti Gandhi bersaing dengan kakaknya Rahul yang karir politiknya di India sepertinya makin mantap.
Sepertinya hanya tinggal tunggu waktu saja melihat nama Gandhi kembali mewarnai peta politik India dan mungkin saja salah satu dari anak Sonia dan Rajiv itu berhasil melanjutkan suksesi kepemimpinan India sebagai Perdana Menteri seperti kakek buyut, nenek, dan ayah mereka yang telah lebih dulu meraih kursi kepemimpinan tertinggi di India itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar