Total Tayangan Halaman

Translate

Rabu, 16 Februari 2011

Fantastic Four

Keempat tim berikut ini memang belum segemilang tiga tim papan atas macam Red Bull, McLaren, ataupun Ferrari namun keberadaan empat tim ini bisa dibilang merupakan penopang tim-tim papan atas. Tiga dari empat tim papan tengah ini menggunakan mesin yang juga dicangkok ke dalam tunggangan tiga papan atas itu. Mercedes yang telah lama dipercaya menjadi dapur pacu Mclaren juga terpasang di Force India dan Mercedes GP sementara Ferrari telah sejak lama pula menjadi pemasok mesin Sauber (yang walaupun untuk musim 2010 masih menggunakan nama BMW Sauber namun mereka menggunakan mesin Ferrari sebagai dapur pacu mereka) dan Toro Rosso, "adik" Red Bull ini pun sejak pertama kali turun di F1 telah menjadi langganannya Ferrari meskipun "kakaknya", Red Bull lebih percaya pada kekuatan mesin Renault sebagai dapur pacu mereka.

Berikut adalah kiprah perjalanan empat tim papan tengah ini yaitu Williams, Force India, Sauber, dan Scuderia Toro Rosso di musim balap 2010.

Gambar diambil dari Planet F1
Williams : 69 poin

Rubens Barrichello : 47 poin
Nico Hulkenberg : 22 poin

Berbeda dengan tiga rivalnya di kelompok tim papan tengah yang kebanyakan mencangkok mesin-mesin penyuplai tim-tim besar, Williams malah menggunakan mesin Cosworth yang di tahun 2010 lalu menyuplai empat tim termasuk Williams namun tiga tim lainnya merupakan tim-tim papan bawah jadi Williams merupakan konsumen Cosworth yang memiliki kinerja yang jauh lebih baik dibanding tiga konsumen Cosworth lainnya.

Di tahun 2010 Williams diisi oleh dua pebalap baru. Rubens Barichello yang merupakan salah satu pebalap veteran di F1 hengkang dari Brawn GP di akhir musim 2009 dan bergabung dengan Williams bersanding dengan rookie asal Jerman, Nico Hulkenberg yang merupakan juara A1 GP.

Sebagai pebalap berpengalaman tentu saja Barrichello menjadi penyumbang poin terbesar bagi Williams di musim 2010 lalu. Posisi finish terbaik Rubens pada tahun 2010 lalu adalah finish keempat di GP Eropa di belakang Vettel, Hamilton, dan Jenson Button.

Walau mesin Cosworth belum mampu mengantarkan tim asuhan Sir Frank Williams dan Patrick Head ini kembali ke jajaran deretan tim papan atas seperti pada tahun 1990-an namun penampilan Williams secara keseluruhan bisa dibilang cukup konsisten. Sepanjang musim 2010 Williams hanya sekali mengalami kegagalan mekanik (bandingkan dengan Force India yang didukung oleh tenaga Mercedes) yang diderita oleh Hulkenberg di Valencia. Di gelaran GP Eropa itu, pebalap Jerman yang ditangani oleh bekas manager Michael Schumacerh ini terpaksa mengakhiri balapannya di lap 49 karena masalah exhaust.

Namun Hulkenberg sendiri empat kali mengalami gagal finish termasuk di GP Eropa itu dan sebagian besar penyebabnya adalah karena kecelakaan. Di Melbourne balapannya harus terhenti tak lama setelah start dimulia karena mengalami kecelakaan dengan Buemi dan Kobayashi. Hal yang juga kembali terulang di Monaco sehingga mengakibatkan Safety Car keluar. Di lap 30 ganti rekan setim Hulkenberg, pebalap kawakan Rubens Barrichello yang mengalami kecelakaan sehingga lagi-lagi membuat Safety Car masuk kembali ke trek untuk memandu balapan. Di Suzuka lagi-lagi Hulkenberg harus mengakhiri balapannya setelah selepas start ia mengalami kecelakaan yang juga melibatkan Massa, Petrov, dan Liuzzi. Sementara Rubens Barrichello hanya dua kali mengalami gagal finish yaitu di Monaco dan Belgia, keduanya karena kecelakaan.

Hasil terbaik Williams di 2010 lalu adalah keberhasilan Nico Hulkenberg meraih pole pertamanya di Interlagos, Brazil. Keberhasilan Nico ini juga merupakan pole Williams yang pertama sejak tim ini meraih pole terakhirnya lewat Nick Heidfeld di Nurburgring pada tahun 2005. Sementara GP Brazil sepertinya memiliki ikatan sejarah yang sangat menarik untuk Cosworth. Pada tahun 2003 pabrikan ini berhasil meraih kemenangan terakhir mereka lewat Giancarlo Fisichella yang saat itu membalap untuk Jordan sementara pole terakhir Cosworth diraihnya bersama Stewart-Ford di GP Perancis 1999 lewat Rubens Barrichello.

Namun sayangnya keberhasilan Nico meraih pole tak berlanjut di race. Williams yang mengalami paceklik kemenangan. Terakhir kali tim yang bermarkas di Groove ini mereguk manisnya kemenangan di GP Brazil pada tahun 2004 bersama Montoya. Kemenangan Montoya ini sekaligus merupakan hadiah terakhirnya untuk Williams karena di tahun berikutnya, Montoya resmi membela McLaren.

Williams-Cosworth memang masih belum cukup tangguh melawan tim-tim papan atas yang langsung menggempur Hulkenberg selepas start sehingga pebalap Jerman ini harus puas finish ke-8 sementara Rubens yang start dari grid ke-6 gagal mendapatkan tambahan poin setelah hanya mampu finish di urutan 14.

Sayangnya meskipun Hulkenberg telah membawa Williams meraih pole pertamanya sejak tahun 2005 silam namun kelangsungan Hulkenberg di F1 malah masih menjadi tanda tanya. Williams sendiri bahkan akhirnya mendepak Hulkenberg di akhir musim 2010. Tahun ini Hulkenberg yang tak mendapat kursi balap akhirnya menerima pinangan Force India sebagai test driver tim asal India itu mendampingi pebalap reguler mereka, Adrian Sutil dan Paul di Resta.Sementara Rubens tetap dipertahankan oleh tim untuk kembali menjadi lead driver tim ini di musim balap 2011 ini bersanding dengan rookie asal Venezuela, Pastor Maldonado.

Langkah Williams di musim 2011 ini mungkin masih sulit terlebih belum lama ini tim ini sempat mengalami masalah sampai-sampai Sir Frank Williams dan Patrik Head harus melepaskan saham mereka untuk menyelamatkan kelangsungan tim bentukan mereka ini. Bahkan Patrik Head sampai merelakan sejumlah besar saham miliknya.

Aku sebenarnya salah satu fans tim Sir Frank ini jadi aku sungguh berharap sekali Williams bisa tetap bertahan di F1 dan bisa menemukan kembali jalan menuju kesuksesan seperti yang pernah mereka rasakan di masa silam.

Gambar diambil dari Planet F1

Force India-Mercedes : 68 poin

Adrian Sutil : 47 poin 
Vitantonio Liuzzi : 21 poin

Nama Force India sempat mencuat di musim 2009 ketika Giancarlo Fisichella berhasil membawa Force India-nya meraih pole di Belgia dan hampir meraih kemenangan pertama bagi tim asal India ini namun akhirnya tim ini terpaksa harus menyerah pada kekuatan Ferrari yang disupiri oleh Raikkonen dan meraih kemenangan terakhirnya untuk tim kuda jingkrak itu. Fisichella sendiri usai penampilan gemilangnya di Belgia kemudian direkrut.

Fisichella sendiri usai penampilan gemilangnya di Belgia kemudian direkrut Ferrari menggantikan Luciano Burti yang gagal memanfaatkan peluangnya sebagai pengganti Felipe Massa yang mengalmi cedera saat kualifikasi GP Hungaria.

Tahun 2010 Force India masih mengandalkan Adrian Sutil dan Vitantonio Liuzzi yang sebelum Fisichella dibajak Ferrari merupakan test driver timnya Vijay Malya ini. Penampilan Force India di musim 2010 lalu meski tak mencatat hasil spektakuler seperti yang diraih Fisichella di Belgia namun tim ini mengalami peningkatan di urutan klasemen dibanding tahun 2009. Di akhir musim 2009 tim ini menjadi tim kedua dari belakang dengan 13 poin, unggul 5 poin dari tim penghuni juru kunci, Toro Rosso.

Penampilan terbaik Force India di musim 2010 adalah finish kelima yang dicapai melalui Adrian Sutil di Malaysia dan Belgia. Sementara Vitantonio Liuzzi di musim 2010 kerap gagal mendulang poin. Posisi finish terbaik pebalap Italia ini adalah finish ke-6 di Korea saat rekan setimny gagal finish akibat mengalami masalah suspensi di lap 46.

Meski memiliki total poin yang sama dengan Williams namun Force India yang didukung oleh mesin Mercedes lebih banyak mengalami kendala mekanis. Adrian Sutil tercatat dua kali gagal finish karena masalah engine yaitu di GP Australia dan Jepang. Di Melbourne, Australia, langkah Sutil terhenti di lap 9 sementara di Suzuka, Jepang, balapan Sutil berakhir di lap 44, keduanya akibat masalah mesin sementara di Korea, Sutil terpaksa mengakhiri balapannya di lap 46, kali ini akibat kerusakan suspensi. Di Hungaria Sutil juga gagal finish namun kali ini akibat ia mengalami kecelakaan di lap 15. Sepanjang musim 2010 lalu Sutil mendapat penalti dua kali. Di GP Eropa, ia seperti delapan pebalap lain mendapatkan penalti 5 detik namun Sutil tetap sukses mendulang poin setelah berhasil finish ke-6. Sementara di GP Singapura, Sutil pun berhasil mendapatkan tambahan poin setelah ia finish ke-9 walaupun ia dihukum penalti 20 detik atas aksinya di turn 7 saat opening lap.

Sementara Liuzzi gagal tampil bersinar seperti rekan setimnya. Di Australia ia harus retired akibat masalah throttle. Di race berikutnya yang berlangsung di China, ia kembali gagal menyelesaikan lomba akibat mengalami kecelakaan dengan Buemi, Kobayashi, dan Glock saat start. Liuzzi kembali mengalami kecelakaan di Jepang dan Brazil sementara di race terakhir di Abu Dhabi, pebalap Italia ini terlibat kecelakaan dengan Michael Schumacher sehingga keduanya gagal melanjutkan lomba. Selain karena kecelakaan, Liuzzi sempat pula terpaksa menghentikan balapannya akibat mengalami kerusakan pada mobilnya di GP Singapura.

Gambar dipinjam dari Planet F1

Sauber-Ferrari : 44 poin

Kamui Kobayashi : 32 poin
Pedro de la Rosa : 6 poin
Nick Heidfeld : 6 poin

Setelah koalisinya dengan BMW tak jua membuahkan hasil sehingga pabrikan besar asal Jerman itu hengkang, musim 2010 lalu Sauber kembali menjadi konsumen Ferrari. Di awal musim tim ini mempercayakan duet Kobayashi dan De la Rosa sebagai ujung tombak mereka namun menjelang musim berakhir tim Swiss ini menarik kembali bekas pebalapnya, Nick Heidfeld menggantikan De la Rossa.

Setelah tampil mengesankan di akhir musim 2009, Kamui Kobayashi dipercaya Sauber sebagai pebalap utamanya bersanding dengan Pedro de la Rosa yang sebenarnya bukanlah wajah baru di F1. Namun sayangnya walaupun Pedro lebih memiliki pengalaman di F1 ia tak berhasil memperlihatkan potensinya sehingga ia malah tenggelam di balik keberhasilan rekan setimnya. Dari 14 race yang diikutinya di musim 2010 lalu Pedro hanya berhasil mengumpulkan enam poin berkat finish ke-7 di Hungaria yang sekaligus merupakan hasil finish terbaiknya. Walau begitu tujuh kegagalan finish yang menimpa Pedro semuanya diakibatkan oleh kegagalan mesinnya dan bukan karena kesalahan pribadinya. Di Bahrain, Pedro harus mengakhiri balapannya di lap 28 akibat masalah hydraulic dan kejadian ini pun kembali menimpanya di Monaco, di mana ia terpaksa mengakhiri balapannya di lap 21 juga akibat masalah hydraulic. Sementara di GP Malaysia dan China pebalap Spanyol ini pun terpaksa menghentikan balapannya akibat masalah engine. Begitu pula di Canada, langkah Pedro harus terhenti di lap 30 karena masalah engine. Pedro juga terpaksa mengakhiri balapannya di tanah airnya, Spanyol setelah mengalami kerusakan di lap 18. Di Silverstone, Inggris pun Pedro terpaksa mengakhiri balapannya di lap 29 akibat mengalami kerusakan dengan mobilnya.

Sementara kiprah Kobayashi di musim penuh pertamanya di F1 berhasil memperlihatkan pesonanya sebagai pebalap Jepang yang tangguh. Walaupun di race pembuka musim di Bahrain, ia gagal finish akibat masalah hydraulic dan di Australia balapannya terpaksa terhenti tak lama setelah start akibat mengalami kecelakaan dengan Buemi dan Hulkenberg. Kobayashi kembali gagal memperlihatkan kualitasnya di dua race berikutnya. Di Malaysia langkahnya terpaksa terhenti di lap 8 akibat kegagalan mesin sementara di China lagi-lagi ia terpaksa mengakhiri balapannya akibat mengalami kecelakaan dengan Buemi dan Liuzzi selepas start. Di Monaco kembali Kobayashi gagal melanjutkan lomba. Kali ini akibat masalah gearbox yang menghempaskan langkahnya di lap 26. Sementara di Italia, langkah pebalap Jepang ini terpaksa terhenti akibat masalah elektronik. Sedangkan di Kanada dan Singapore, Kobayashi kembali harus retired akibat mengalami kecelakaan. Meski begitu pebalap Jepang ini merupakan penyumbang poin terbesar untuk tim Swiss ini di di musim balap 2010 lalu. Posisi finish terbaik Kobayashi di tahun 2010 silam adalah finish ke-6 yang diraihnya di Silverstone, Inggris sementara di hadapan publik senegaranya di Jepang, Kobayashi sukses meraih finish ke-7 disusul team mate barunya, Heidfeld di posisi ke-8.

Nama Heidfeld pun sebenarnya bukanlah nama baru di F1. Hampir sebagian besar karir balapnya di F1 memang dihabiskannya bersama Sauber namun di awal musim Heidfeld gagal mendapatkan kursi balap hingga akhirnya dipercaya Mercedes GP sebagai pebalap ketiga tim Jerman ini. Menjelang akhir musim tim lamanya, Sauber kembali meminang Heidfeld untuk menggantikan Pedro de la Rosa yang lebih banyak berkutat dengan kegagalan mekanik sehingga gagal tampil cemerlang. Heidfeld mulai menggantikan posisi Pedro di GP Singapore namun ia masih gagal memberikan hasil terbaik bagi tim. Di lap 36 langkah Heidfeld terpaksa terhenti akibat kecelakaan setelah di tiga lap sebelumnya rekan setimnya, Kobayashi pun terpaksa mengakhiri balapannya juga akibat kecelakaan.

Di dua race berikutnya yaitu di Jepang dan Korea, Heidfeld berhasil mempersembahkan poin bagi timnya dengan finish ke-8 di Jepang dan finish ke-9 di Korea. Bila di Jepang ia finish di belakang Kobayashi maka di Korea ganti Heidfeld yang sukses finish di depan rekan setimnya itu. Sementara di dua race terakhir, Heidfeld gagal menyumbangkan poin setelah hanya mampu finish ke-17 di Brazil sementara di Abu Dhabi ia hanya bisa finish ke-11. Meski hanya mampu memberikan tambahan 6 poin tapi perlu juga diingat bahwa Heidfeld berhasil memberikan 6 poin dari hanya 5 race yang diikutinya. Untuk musim 2011 ini besar kemungkinan Heidfeld akan dipercaya Renault untuk mengisi posisi Kubica yang mengalami kecelakaan di ajang rally pada 4 Pebruari silam. Heidfeld sendiri telah memperlihatkan potensinya di hari terakhir sesi latihan bebas bagian kedua pra musim 2011 di Jerez pada 13 Pebruari kemarin dengan mencatatkan waktu tercepat sehingga berhasil meyakinkan Renault. Bukan tak mungkin bila di musim 2011 ini quick Nick berhasil memperlihatkan kecepatannya kembali yang telah lama terpendam.

Gambar dipinjam dari Planet F1

Toro Rosso-Ferrari : 13 poin

Sebastien Buemi : 8 poin
Jaime Alguersuari : 5 poin

Kenangan terbaik dari tim Italia yang dulunya dimiliki oleh Giancarlo Minardi ini adalah kemenangan Sebastian Vettel di GP Italia 2008 sehingga di musim berikutnya Vettel langsung ditarik Red Bull "kakak" Toro Rosso. Dan nyatanya pada musim 2010 lalu Vettel akhirnya berhasil meraih gelar dunia pertamanya bersama Red Bull. Sementara Toro Rosso hingga kini belum lagi meraih kemenangan seperti kemenangan tunggal mereka bersama bersama Vettel itu.

Untuk musim 2010 Toro Rosso kembali mengandalkan duet Sebastien Buemi dan Jaime Alguersuari. Sayangnya kedua pebalap ini belum juga berhasil mengulang kesuksesan seperti yang ditorehkan pendahulu mereka, Vettel. Berbeda dengan Red Bull yang mengandalkan kekuatan mesin Renault, Toro Rosso seperti biasa lebih memilih Ferrari sebagai dapur pacu mereka. Dan walaupun Toro Rosso perolehan poinnya masih di bawah Sauber yang juga merupakan konsumen Ferrari namun kegagalan mesin yang diderita Toro Rosso jauh lebih minim dibanding Sauber. Alguersuari tercatat hanya satu kali gagal finish akibat engine yaitu di Hungaria sementara Buemi pun hanya dua kali mengalami kegagalan finish akibat kendala mekanik yaitu di Spanyol akibat masalah hidrolik dan di Jerman karena mengalami kerusakan pada mobilnya.

Bila menilik secara keseluruhan, kemampuan Alguersuari maupun Buemi bisa dibilang setara. Di sesi kualifikasi Buemi lebih cemerlang dibanding Alguersuari. Sebelas kali ia berhasil meraih posisi start yang jauh lebih baik dibanding rekan setimnya. Namun saat race Buemi lebih sering mengalami kendala sehingga kiprah Alguersuari jauh lebih gemilang. Alguersuari tercatat hanya dua kali gagal finish. Di Silverstone, Inggris pebalap Spanyol ini terpaksa menghentikan balapannya setelah melintir sementara di Hungaria kegagalan finishnya lebih disebabkan karena masalah engine dan bukan akibat kecerobohannya. Sementara Alguersuari lebih sering mengalami gagal finish akibat kecerobohannya sendiri. Dari total 19 race yang diikutinya di musim 2010 lalu pebalap Swiss ini tercatat 5 kali gagal finish dan tiga di antaranya disebabkan akibat kesalahannya sendiri. Di Australia ia gagal finish setelah mengalami kecelakaan dengan Hulkenberg dan Kobayashi selepas start. Hal itu kembali berulang di Shanghai, China. Kali ini ia terlibat kecelakaan dengan Kobayashi dan Liuzzi. Sementara di GP Korea, langkahnya terhenti di lap 30 juga akibat kecelakaan. Sedangkan kegagalan finish yang dikarenakan masalah mekanik dialaminya dua kali yaitu di Spanyol akibat masalah hidrolik dan di Jerman.

Meskipun Buemi lebih sering mengalami gagal finish namun ia merupakan penyumbang poin terbesar bagi tim dengan 8 poin. Hasil terbaik diraihnya di Kanada di mana ia sukses finish ke-8. Ia kembali sukses mendulang poin di race selanjutnya di Valencia dengan finish ke-9 walaupun ia menjadi salah satu dari 8 pebalap lainnya yang menerima hukuman penalti 5 detik. Dua poin lagi diraihnya berkat hasil finish ke-10 di Jepang dan Monaco (berkat hukuman penalti yang diterima Michael, maka posisi finish Buemi pun naik satu peringkat dan sukses meraih satu poin yang tersisa dengan finish ke-10).

Sementara hasil terbaik yang diraih Alguersuari didapatnya di Malaysia dan Abu Dhabi di mana ia sukses finish ke-9. Tambahan satu poin lagi didapatnya setelah sukses finish ke-10 di negaranya sendiri pada laga di GP Spanyol. Duet Buemi dan Alguersuari kembali dipertahankan Toro Rosso sebagai ujung tombak mereka di musim 2011 ini.

Tidak ada komentar: