Ketika pertama kali aku ke Samarinda mengikuti suamiku yang memutuskan kembali ke tanah kelahirannya ini untuk mengadu nasib sekaligus mendampingi ibunya yang sudah tua, aku sungguh tak mengira ternyata Samarinda meski tak sekotor Jakarta, tapi air di sungai Mahakam ternyata tampak tak sebening ketika aku datang ke kota ini untuk sekadar berlibur pada tahun 2000. Waktu itu airnya sangat bening tapi sekarang air di sungai Mahakam tak ubahnya seperti air di sungai-sungai di Jakarta yang dipenuhi sampah-sampah penduduk yang tinggal di sekitar sungai. Bahkan tak sedikit dari penduduk yang masih, sorry, pup di kali sehingga airnya bukan hanya keruh tapi juga mengeluarkan aroma tak sedap yang menurutku tak ada bedanya dengan kali Angke di Jakarta hanya saja bedanya, sungai Mahakam ini jauh lebih besar mengingat setahuku, sungai Mahakam merupakan sungai terbesar kedua dari sungai Musi di Palembang. Belum lagi, hutang-hutan dan gunung-gunung di Samarinda juga ternyata sudah botak akibat penggundulan hutan.
Ketika iparku mengajakku keliling kota Samarinda, aku sampai ngeri melihat gunung-gunung batu bara yang telah botak akibat terus menerus dieksploitasi oleh para pengusaha batu bara lewat tangan para penduduk di kota Samarinda ini. Sedih hatiku melihat kemisikinan telah dieskploitasi begitu rupa, sampai-sampai masyarakat kota ini tak menghiraukan bagaimana hutan dan gunungnya hancur demi menebalkan pundi-pundi para pengusaha batu bara sementara tanah mereka hancur dan mereka tetap hidup dalam kemiskinan. Mengapa bangsa kita sendiri yang justru menghancurkan negerinya sendiri ini?
Ada sebuah daerah namanya Sanga-sanga, waktu itu aku ikut iparku menuju suatu tempat, dalam perjalanan itulah aku melihat gunung-gunung bara banyak yang sudah bolong alias botak. Semuanya benar-benar tak seperti dalam bayanganku yang semula. Aku sendiri tak pernah menyangka akan melihat pemandangan yang seperti ini. Dari orang-orang di sekitar sini kuketahui kadangkala air laut masuk ke sungai Mahakan sehingga air sungainya tercampur dengan air laut yang asin, kemudian kami dihimbau PDAM untuk menampung air sebanyak-banyaknya karena stok air dari PDAM akan terhambat selama 1 minggu. Tapi ada juga segi positifnya dari masuknya air laut ke sungai Mahakam, karena bersamaan dengan itu, udang-udang yang ada di sungai Mahakam akan keluar semua jadi bisa makan udang gratis ....
Berikut hasil jepretanku:
Ada sebuah daerah namanya Sanga-sanga, waktu itu aku ikut iparku menuju suatu tempat, dalam perjalanan itulah aku melihat gunung-gunung bara banyak yang sudah bolong alias botak. Semuanya benar-benar tak seperti dalam bayanganku yang semula. Aku sendiri tak pernah menyangka akan melihat pemandangan yang seperti ini. Dari orang-orang di sekitar sini kuketahui kadangkala air laut masuk ke sungai Mahakan sehingga air sungainya tercampur dengan air laut yang asin, kemudian kami dihimbau PDAM untuk menampung air sebanyak-banyaknya karena stok air dari PDAM akan terhambat selama 1 minggu. Tapi ada juga segi positifnya dari masuknya air laut ke sungai Mahakam, karena bersamaan dengan itu, udang-udang yang ada di sungai Mahakam akan keluar semua jadi bisa makan udang gratis ....
Berikut hasil jepretanku:
Sungai Mahakam tak lagi sejernih sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar