Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 18 Januari 2010

Masa Terkelam Renault

Renault : 26 poin

 gbr dipinjam dari sini

Musim 2009 sepertinya merupakan musim paling sulit bagi tim Perancis ini. Setelah penampilan mereka tak seheroik di tahun 2005 dan 2006 dimana mereka berhasil menghentikan dominasi tim kuda jingkrak bahkan membuat sang juara dunia 7 kali asal Jerman, Michael Schumacher kesulitan dan tampak seperti macan tua, tahun ini Renault meski kembali diperkuat juara dunianya, Fernando Alonso yang menghantar mereka meraih kesuksesan pada 2005 dan 2006 itu setelah sebelumnya pembalap Spanyol ini sempat berselingkuh ke McLaren tapi setelah tim Woking itu menyakiti hatinya, maka jagoan Spanyol ini kembali ke pangkuan tim yang telah membesarkannya itu, namun kehadiran Alonso ternyata tak mampu mendongkrak Renault ke masa-masa keemasan mereka yang singkat itu.

Tapi bukan penampilan Renault yang kepayahan itu yang membuat musim 2009 menjadi musim tersulit bagi tim ini melainkan pengakuan yang dibuat oleh pembalap tim ini yang mengungkapkan ke publik mengenai skandal Singapore 2008 di mana si pembalap yang telah ditendang oleh tim ini pada pertengahan musim menyatakan bahwa ia diperintahkan untuk menabrakkan mobilnya ke dinding demi memberikan kemenangan bagi juara dunia dua kali asal Spanyol itu. Tentu saja pengakuan pembalap itu telah mencoreng nilai sportivitas di F1, meski kita tak pernah tahu apa makna sportivitas yang sesungguhnya itu bagi dunia Formula One. Akibat dari Singapore gate itu, karir dua petinggi Renault yang telah membesarkan tim ini sejak masa Michael Schumacher terancam berakhir. Dua orang itu adalah Flavio Briatore dan Pat Symonds, yang telah membidani kesuksesan Schumi dan Alonso dalam meraih gelar juara dunia dan telah lama malang melintang di jagad F1 tapi karena noda Singapore gate itu, karir mereka di F1 pun berakhir.

Sebenarnya sanksi yang diberikan terhadap keduanya tak bisa dikatakan adil. Apa yang dilakukan oleh keduanya di Singapore 2008 memang memalukan dan mungkin berpengaruh pada nilai-nilai fair play di F1 tapi bukankah apa yang dilakukan tim Silver Arrows di tahun 2007 tak kalah memalukan dan lebih mencoreng seluruh nilai-nilai norma dan susila di F1? Mereka telah terbukti mencuri data-data tim Ferrari, pesaing berat mereka, tapi sanksi yang mereka peroleh tahun itu hanya penghapusan seluruh poin yang mereka raih tahun itu sementara karir Ron Dennis, sang bos masih terselamatkan bahkan ia masih bisa mengundurkan diri dengan cara terhormat dengan keberhasilan anak emas binaannya, Lewis Hamilton berhasil meraih gelar dunia pada tahun 2008, gelar yang telah lama dirinduka tim Silver Arrows itu.

Tapi apapun keberatan berbagai pihak, keputusan FIA telah dijatuhkan. Karir Flavio di F1 berakhir, ya mungkin apa yang dialami oleh Flavio merupakan aksi balas dendam dari bos FIA saat itu, Max Mosley. Namun berita terakhir Flavio dan Symonds berhasil memenangkan pengadilan banding mereka atas keputusan FIA yang akhirnya menetapkan bahwa karir mereka di F1 akhirnya terselamatkan dan mereka hanya diwajibkan membayar denda sebesar 15.000 euro untuk Briatore dan 5000 euro untuk Symodns. Namun apapun keputusan FIA dan pengadilan banding, kontroversi atas masalah ini tetap akan menjadi noda yang takkan pernah dapat terhapus baik dalam sejarah F1 maupun dalam sejarah perjalanan hidup Flavio dan Symonds. Noda ini selamanya akan tetap mengiringinya. Meski sanksi yang dijatuhkan pada Pat Symonds jauh lebih ringan dari Flavio namun skandal itu pun telah turut menodai catatan kesuksesan Pat dan Renault sebagai sebuah tim.

Meski Singapore gate selamanya akan tetap tercatat dalam sejarah Renault sebagai tim F1 namun bukan berarti mereka harus terpaku pada masalah ini dan berhenti bermimpi meraih sukses yang terampas dari mereka. Malahan siapa tahu skandal itu menjadi pemacu bagi tim ini untuk berkarya jauh lebih baik di masa yang akan datang. Bagaimanapun mereka pernah mengalami kesuksesan luar biasa dan mereka juga pernah terpuruk dalam lembah paling curam, kini semua pendukung tim ini dan seluruh publik pecinta F1 hanya tinggal berharap tim ini bisa kembali bangkit dari keterpurukan mereka dan menyatukan kembali puing-puing kehancuran itu menjadi benteng kokoh yang dapat membuat mereka kembali meraih kejayaan mereka kembali.

Orang bilang, hanya orang yang pernah mencapai puncak kesuksesan yang tahu jalan menuju puncak itu. Renault pernah meraih puncak itu dan mereka pasti masih ingat jalan menuju ke sana dan mereka pastinya takkan berhenti berusaha menggapai puncak itu kembali. Jika sudah begitu, betapapun hitamnya noda akan tersamarkan oleh cahaya kesuksesan yang berhasil mereka raih.


17. Fernando Alonso : 26 poin
      Fastest lap             : GP Jerman dan Singapore
      Pole Position        : GP Hungaria


gbr dipinjam dari sini

Seolah ingin membuktikan bahwa juara dunia dua kali ini tak terusik dengan kasus Singaporegate yang melibatkan dirinya dan timnya dalam meraih kemenangan di GP Singapore 2008 itu, pembalap kebanggaan Spanyol ini meski gagal meraih kemenangan dan hanya mampu finish di tempat ketiga tapi catatan fastest lap yang dibuatnya membuktikan bahwa ia cukup kencang di negeri singa itu dan ia sepertinya telah berusaha optimal untuk membuktikan kemampuannya tanpa perlu mengorbankan rekan setimnya.

Meski secara keseluruhan penampilannya tahun ini tak terlalu cemerlang namun toh hal itu tak menghalangi tekad Ferrari untuk meminangnya dan memasangkannya dengan Felipe Massa untuk membawa tim besar itu meraih kembali masa-masa keemasan mereka.

Menarik sebenarnya melihat pembalap Spanyol yang telah mematahkan superioritas Schumi di tahun 2005 dan menghancurkan mimpi Schumi meraih satu lagi gelar penutup untuk mengiringinya ke masa pensiunnya dan kini si penghancur mimpi Schumi itu malah berada di tim yang telah mengantarkan si Weiltmeister meraih lima gelar dunia beruntunnya dan memberikan masa-masa terindah sepanjang karirnya. Mungkinkah The Spaniard ini akan mengikuti jejak Schumi, Sang Maestro meraih masa-masa keemasan bersama tim kuda jingkrak itu?

18. Nelson Piquet, jr. : 0 poin

gbr dipinjam dari sini

Malang memang nasib putra juara dunia F1 tiga kali ini. Dengan kesuksesan yang diraih ayahnya memang cukup berat beban yang ditanggung pemuda, setidaknya ia diharapkan dapat mengikuti jejak sang ayah yang namanya telah sangat mashyur di jagad F1. Tapi sayangnya, penampilan pembalap yang wajahnya seperti bintang-bintang telenovela ini, malah memble dan tak ada jejak-jejak kehebatan sang ayah. Alih-alih mencatat prestasi yang menggembirakan, pembalap Brazil ini malah menggemparkan publik F1 oleh pernyataannya setelah ia dipecat oleh tim yang mengantarnya ke arena F1 sehingga berujung pada berakhirnya karir dua bosnya.

Namun sayangnya kasus yang menghebohkan yang dipicunya itu tak serta merta membuat karir Piquet Jr. menjadi lebih baik. Bahkan hingga kini pembalap Brazil ini masih kesulitan mencari tim yang mau membawanya kembali ke F1 dan membuktikan bahwa ia bukan hanya mewarisi darah ayahnya yang mengalir di tubuhnya tapi juga bakat balap sang ayah.

Mungkin jalan bagi Nelsinho ke F1 akan berliku dan sulit tapi dengan nama besar dan dukungan sang ayah semoga saja ia bisa memperoleh kesempatan kedua untuk kembali ke F1 dan jika kesempatan itu akhirnya tiba, semoga saja karirnya akan lebih baik dan akhirnya prestasinya yang lebih ramai dibicarakan publik daripada kasus-kasus yang mencoreng seperti Singapore 2008 itu.

19. Romain Grosjean : 0 poin


gbr dipinjam dari sini

Tak banyak yang bisa dicatat dari pembalap yang menggantikan Nelson Piquet, jr. sejak GP Eropa ini kecuali kecelakaan di GP Belgia yang melibatkannya dan Jenson Button, sang juara dunia F1yang baru. Kala itu Button yang mengalami kesulitan di sesi kualifikasi berusaha meraih posisi yang lebih baik saat start, tak dinyana pemimpin klasemen pembalap musim 2009 itu malah ditabrak oleh pembalap baru Renault ini yang kemudian berimbas juga pada Lewis Hamilton yang ikut terseret dalam insiden di tikungan pretama Spa Francochamps ini. Yang membuatnya diingat di kecelakaan itu karena pertikaiannya dengan sang pemimpin klasemen karena Grosjean malah saling tuduh dengan Button yang justru merasa Grosjean lah yang telah menabraknya dan menyebabkan kecelakaan beruntutun sehingga menghancurkan kesempatan Button untuk meraih poin di GP Belgia itu.


Tidak ada komentar: