Force India - Mercedes : 13 poin
Keberhasilan Giancarlo Fisichella meraih pole position kemudian menjadi juara kedua di GP Belgia bukan hanya membuat Vijay Malay bergoyang tapi juga seluruh kru Force India layak berpesta. Tapi sayangnya, setelah penampilan gemilang Giancarlo di GP Belgia, pembalap Italia itu malah akhirnya diculit Ferrari dari Force India. Meski begitu, pencapaian yang diraih Force India tahun 2009 kemarin tak terlalu buruk. Mereka berhasil membukukan satu kali pole lewat Fisichella di GP Belgia, sementara Adrian Sutil, pembalap mereka yang satu lagi, sukses mencatat fastest lap di GP Italia, membuktikan bahwa mereka sebenarnya memiliki tunggangan yang cukup mumpuni.
20. Giancarlo Fisichella : 8 poin
Pole : GP Belgia
Pic taken from here
Setelah lama malang melintang di F1, akhirnya Fisi berhasil membuat semua mata tertuju padanya ketika ia berhasil meraih pole di GP Belgia dan hampir saja ia berhasil meraih kemenangan di GP tersebut namun sayangnya Kimi Raikkonen berhasil menyalipnya dan mempertahankan posisi di depannya hingga akhir race. Fisi pun harus puas di posisi kedua.
Meski di balapan tersebut Fisi dikalahkan Kimi tapi ternyata aksi gemilangnya itu telah membuat petinggi Ferrari meliriknya dan meminangnya untuk mengganti posisi Luca Badoer, pembalap test mereka yang telah mempermalukan tim kuda jingkrak ini di dua race sebelumnya, menggantikan pembalap reguler mereka, Felipe Massa yang masih cedera.
Membalap untuk tim besar memang merupakan sebuah kebanggaan dan kehormatan terlebih Ferrari merupakan tim kebanggaan Italia, tanah tumpah darah Fisichella, jadi tak heran meski Fisi menyadari bahwa keputusannya itu mungkin saja bukanlah keputusan yang tepat karena bagaimanapun, keadaan Ferrari di musim balap 2009 tidak terlalu baik, sementara tim gurem yang dibelanya, Force India tengah bersinar, dan ia bisa jadi akan tetap terlihat bersinar di tim kecil ini tapi pinangan Ferrari pastinya sangat sulit untuk ditampik. Membalap di tim besar seperti Ferrari bisa jadi merupakan mimpi Fisi dan mungkin saja tawaran Ferrari itu merupakan peristiwa sekali seumur hidup bagi Fisi sehingga ayah dua anak ini akhirnya memutuskan menerima tawaran Ferrari itu.
Ternyata, terbukti penampilan Fisi di Ferrari tak membuatnya terlihat bersinar seperti ketika di GP Belgia bersama Force India. Namun juga jangan dilupakan, ketika Fisi bergabung, tim yang bermarkas di Maranelo, Italia ini telah memutuskan untuk menghentikan pengembangan mobil dan lebih memfokuskan diri pada tunggangan mereka untuk musim 2010. Sementara tahun 2010, Ferrari telah memastikan akan dibela oleh Fernando Alonso dan Felipe Massa yang telah pulih dari cederanya sehingga keberadaan Fisi di Ferrari sepertinya sudah tak dibutuhkan lagi tapi setidaknya Fisi telah berhasil mewujudkan mimpinya untuk membalap bersama tim tim kebanggaan negaranya itu.
21. Adrian Sutil : 5 poin
Fastest lap : GP Italia
Pic taken from here
Yang menarik dari Sutil adalah kemalangannya bila berhadapan dengan Kimi. Bermula di Monaco 2008, kala itu Sutil tengah memburu poin pertamanya dan tengah seru-serunya menggeber mobilnya sementara publik mulai mengelu-elukannya, tak dinyana mimpinya langsung hancur berantakan ketika mobilnya disundul dari belakang oleh mobil merah yang dikendarai sang juara dunia 2007. Saat itu, bukan main jengkelnya Sutil, dan meski Kimi telah meminta maaf tapi juga si juara dunia ini menambahi dengan komentara bahwa tindakan Sutil melempar helm dinilainya terlalu berlebihan. Kimi beranggapan ia juga gagal finish dan tak memperoleh poin tapi toh ia tak bertindak seperti Sutil yang dinilainya lebay (alias over).
Kimi mengatakan bahwa itulah balapan dan kecelakaan seperti itu bisa saja terjadi tanpa bisa dihindari. Tapi Kimi sepertinya lupa bahwa ia membalap untuk tim besar, dengan kemungkinan meraih poin lebih besar. Saat itu musim balap 2008, dan Ferrari juga tak semelempem tahun 2009. Terbukti Felipe Massa kala itu berhasil bersaing ketat dengan Lewis Hamilton dari McLaren dalam memperebutkan gelar dunia. Tapi untuk Sutil keadaannya tak semudah itu. Kejengkelan Sutil mestinya juga dapat dipahami. Ia membalap untuk tim kecil, di mana peluangnya untuk meraih poin tidaklah sebesar Kimi di tim sekelas Ferrari. Bagi Sutil yang membalap untuk tim gurem, pastinya sangat sulit mendapatkan mobil yang berada dalam performa bagus yang meski tak mampu mengantarnya menjadi juara setidaknya bisa memberikan kesempatan baginya meraih poin. Berbeda dengan Kimi yang meski Ferrari keadaannya tak terlalu baik, tapi setidaknya mobilnya masih bisa meraih poin. Dan Kimi tak pernah merasakan berada di tim gurem jadi mungkin ia tak bisa memahami kekecewaan Sutil kala itu.
Tahun 2009 ini, insiden Sutil-Kimi kembali terjadi di GP Jerman. Meski kali ini Sutil bisa lebih menahan emosinya dan tak meluapkan kekecewaannya seperti di Monaco 2008, tapi kejadian itu makin membuat publik tertarik bila Sutil berhadapan dengan Kimi. Di GP Italia, Sutil kembali harus was-was ketika memulai startnya di P3 karena Kimi tengah membayang-bayanginya di tempat keempat. Untungnya kali ini mata Kimi tengah melek jadi ia tak menabrak mobil Sutil, tapi Sutil hanya bisa menghela nafas sedih ketika pembalap Finlandia itu berhasil menyalipnya dan merebut posisinya, ya, setidaknya ia masih bisa finish dengan selamat meski harus berada di tempat ke-4 dan merekakan posisinya daripada ia kehilangan kesempatan meraih poin akibat mobilnya disundul si "jago merah". Tahun 2010 ini Sutil bisa bernafas sedikit lebih lega, karena Kimi telah dipastikan takkan berada dalam grid F1 karena telah menyatakan bahwa ia takkan turun balapan di F1 jika tak ada tim yang mampu memberikan mobil yang mumpuni baginya untuk merebut gelar dunia kembali. Tapi bukan berarti, Sutil kehilangan musuh. Ternyata di penghujung musim, Sutil menemukan musuh baru.
Di GP Brazil, Sutil dan Trulli bahkan menjadi perhatian ketika pertikaian mereka setelah tabrakan keduanya mengakhiri balapan mereka di negeri Samba itu. Trulli terlihat begitu geram dengan Sutil sementara Sutil tampak berusaha menjelaskan keadaannya pada Trulli.
Sepertinya di musim yang akan datang, Sutil bukan hanya harus berjuang untuk meraih poin dan syukur-syukur gelar dunia, tapi terlebih dulu, Sutil harus berjuang agar tak lebih banyak terlibat dalam kecelakaan atau sundul menyundul mobil.
22. Antonio Liuzzi : 0 poin
Pic taken from here
Tapi seperti ketika ia membalap di Torro Rosso, di tim Force India pun Liuzzi masih belum mampu memperlihatkan bakatnya yang sempat membuat Red Bull tertarik sehingga memasukkan pembalap Italia ini ke dalam daftar pembalap muda binaan mereka.
Namun meski tak tak berhasil meraih satu poin pun, setidaknya Liuzzi berhasil membawa Mercedes Force Indianya dengan selamat dan hanya sekali gagal finish akibat masalah gearbox di GP Italia. Semoga saja di masa-masa mendatang Liuzzi bisa membuktikan bahwa ia bukan hanya pandai di lantai dansa tapi ia juga mampu membuat mobilnya menari indah di sirkuit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar