pic taken from here
Penampilan Jenson di GP Inggris kemarin sebenarnya memang sudah cukup baik. Ia memulai start dari grid 14 tapi selepas start ia berhasil menyodok ke P8 di belakang Michael Schumacher. Setelah beberapa pebalap di atasnya mulai masuk pit untuk mengganti ban, posisi Button pun mulai merangsek naik ke P3 hingga akhirnya ia pun masuk pit dan rejoin di P7 di belakang Kubica dan Alonso. Beruntung Alonso yang terlalu berdarah panas melakukan pelanggaran dengan memotong jalur dan tak memberikan kesempatan balik (give back) pada Kubica yang merupakan ketentuan tak tertulis F1, sehingga akhirnya Alonso mendapatkan drive through penalty sementara Kubica terpaksa gagal melanjutkan lomba setelah mobilnya mengalami masalah driveshaft. Pertikaian dua pebalap di depannya itu pun membawa keuntungan bagi Button sehingga posisinya merangsek naik ke P4 di belakang Rosberg hingga akhir race.
Menyedihkan memang melihat Button gagal meraih podium dan memperbesar gap perolehan poinnya dengan rekan setimnya, Hamilton yang masih memuncaki klasemen pebalap.
Button sendiri mengaku bahagia dengan pencapaiannya di GP Inggris kemarin walaupun ia gagal meraih podium tapi bila melihat bagaimana kesulitannya menembus Q2 hingga akhirnya harus puas memulai balapan dari grid 14 dan di balapan berhasil meraih P4 memang merupakan usaha yang sudah cukup keras yang bisa dilakukan oleh Button. "It's hard to overtake around here," kata Button. Karena menyadari sulit melakukan overtake di sirkuit Silverstone, Button pun berusaha sebisa mungkin meraih posisi yang lebih baik selepas start dan itu berhasil dilakukannya. "I then had to push really hard on the option tyre in the first stint. That strategy worked for us and I came out behind Fernando, who had a drive-through, so I picked up fourth. It's a pity I couldn't have overtaken Nico, but this is still a fantastic result for me," jelas Button.
Kubu McLaren sendiri tetap berbangga hati meski pebalap mereka, Lewis dan Jenson tak berhasil menjuarai GP tapi dengan tetap bertenggernya kedua pebalapnya di posisi pertama dan kedua klasemen pebalap dan McLaren tetap memimpin di klasemen konstruktor. "So, well done, boys," puji Martin Whitmarsh, bos tim McLaren pada dua jagoannya seperti dilansir dari crash.net.
Usaha Button pun yang berhasil naik hingga 10 posisi pun tetap mendapatkan apresiasi dari sang bos tim, “Jenson drove a masterly race to make up ten places – from 14th at the start to fourth at the finish – and the team got all the strategy calls right for him,” puji Whitmarsh.
Whitmarsh dan McLaren boleh saja mengaku puas dengan pencapaian pebalap mereka tapi aku sebagai penggemar Jenson tentu saja tak bisa puas. Aku tak menampik bahwa Jenson sebenarnya merupakan pebalap yang bagus dan bisa sangat brilian dalam melakukan overtaking tapi Jenson juga kerap terlihat lembek dan terlalu takut melakukan manuvernya.
Di Turki, Jenson terpaksa harus mengalah pada rekan setimnya, Hamilton meski ia memiliki kecepatan yang mumpuni untuk mengejar Hamilton tapi karena bahan bakarnya berada di titik kritis, Button pun terpaksa mengendurkan perlawanannya demi tetap menjaga peluangnya untuk bisa finish sebagai runner up di belakang rekan setimnya itu. Itu bisa dimaklumi tapi penampilan Jenson di dua GP terakhir membuatku benar-benar geram setengah mati (untungnya ga beneran mati even jantungku serasa ingin meledak saja).
Dua minggu lalu di GP Valencia, Jenson seperti orang bodoh malah hanya bisa mengekor di belakang Kobayashi yang jelas-jelas Saubernya meski didukung oleh mesin Ferrari tak setangguh McLaren-Mercedesnya Button. Tapi Jenson seperti pebalap kemarin sore tak bisa melakukan aksi apapun untuk melewati Kobayashi sehingga ia harus kehilangan banyak waktu. Dan ketika rekan setimnya harus menjalani penalti, karena jauhnya jarak waktu yang terbentang antara dirinya dengan Button yang masih berkutat di belakang pantat mobilnya pebalap Jepang itu, memudahkan langkah Hamilton untuk tetap berada di posisi keduanya hingga akhir race.
Jengkel memang melihat penampilan buruk Jenson yang terlalu English sehingga ia kelihatannya rela saja melihat rekan setimnya terus bersinar. Bukannya berharap Jenson meledak-ledak tak jelas seperti Alonso saat bertandem dengan Lewis di McLaren pada musim 2007 lalu, tapi bukan berarti Jenson harus seperti orang bodoh yang tak tahu bagaimana caranya membalap. Jenson boleh saja menjaga ketentraman tim tapi Jenson juga seharusnya ingat bagaiman McLaren memperlakukan David Coulthard yang telah setia mematuhi saja perintah tim dan akhirnya hanya bisa menggigit jari melihat rekan setim yang didukungnya, Mika Hakkinen berhasil menyabet dua gelar dunia, sementara ia akhirnya terpaksa tersingkir dari kubu Silver Arrows itu dan kemudian pensiun dari F1 tanpa pernah mengoleksi satu gelar pun.
Prove that you deserve to be world champion, Jense...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar