Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 22 Februari 2010

The Wild and Tame

Kedua juara dunia asal GBR ini memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Stewart meski terkenal cukup cerewet dengan kampanye safety-nya tapi bukan berarti ia urakan seperti Hunt yang terkenal playboy dan sangat menarik minat kaum hawa ini. Meski Hunt hanya berhasil mengantungi satu gelar dunia dan tak sesukses Sir Jackie yang sukses mengantongi tiga gelar, tapi perannya sebagai komentator F1 di BBC, setelah ia pensiun dari F1 sebagai pembalap, telah membawa banyak fans baru F1 ke jagat jet darat ini.


5. Jackie Stewart


pic taken from here 

Sir Jackie Stewart merupakan pembalap Great Britain yang meraih gelar dunia terbanyak. Meski Jackie Stewart terkenal sebagai pioneer yang menyadarkan pelaku F1 betapa pentingnya keselamatan di ajang olahraga ini, tapi bukan berarti Jackie merupakan pengecut yang takut menantang bahaya. Ia bahkan berhasil meraih poin pada debutnya di F1.

Dunia otomotif sebenarnya bukan hal yang asing bagi juara dunia F1 tiga kali yang sempat dianggap menderita dyslexia ini sehingga ia mengalami kesulitan dalam pendidikan formalnya. Keluarga Jackie memiliki bisnis sebagai dealer mobil Jaguar. Selain itu, ayahnya adalah seorang pembalap motor amatir dan kakaknya, Jimmy Stewart ternyata  juga seorang pembalap yang cukup memiliki reputasi meski hanya di tingkat lokal dan pernah membalap untuk Ecurie Ecosse yang nantinya juga memiliki andil dalam karir balap Jackie. Meski bakat Jimmy tak sehebat adiknya tapi ia pernah sempat merasakan balapan di GP Inggris pada 1953 tapi sayangnya, balapannya harus berakhir setelah ia melintir di Copse karena hujan.

Walaupun ayah dan kakaknya telah menjajal dunia balap, tapi Jackie justru lebih tertarik dengan pertandingan menembak. Saat ia berumur 13 tahun, ia sukses menjuarai lomba menembak di Clay Pigeon yang kemudian membawanya menjadi atlet menembak dan sempat bertanding mewakili Inggris di luar negeri. Bahkan Jackie sempat bersaing untuk meraih tempat di team regu menembak Inggris untuk olimpiade pada tahun 1960.

Ketertarikannya pada dunia otomotif muncul saat ia magang sebagai mekanik di usaha mobil milik keluarganya.

Setelah tampil di beberapa ajang balapan, bakat Stewart pun ternyata menarik perhatian banyak pihak. Salah satunya adalah Ecurie Ecosse. Stewart tak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya. Ia sukses menjadi juara di Goodwood. Pada tahun 1963, ia sukses mengumpulkan empat kemenangan, satu kali juara kedua, dan hanya enam kali gagal finish.

Bakat pemuda kelahiran Milton pada 11 Juni 1939 ini membuat manager track Goodwood menghubungi Ken Tyrell yang kemudian benar-benar terkesan dengan hasil test Stewart dimana ia tampil sangat kencang dan mengalahkan Bruce McLaren. Tanpa buang waktu, Tyrell langsung menawari Stewart untuk bergabung dengan teamnya di Formula Three.

Pada debut Stewart di ajang Formula Three bersama Tyrell ia sudah tampil mengesankan. Di Snetterton yang basah ia tampil dominan dan secara mengejutkan memimpin 25 detik hanya dua lap sebelum meluncur menuju garis finish dan merebut kemenangan. Terkesan dengan penampilan Stewart tersebut, Cooper pun menawarkan kursi balap F1 untuk Stewart tapi tak seperti pebalap muda pada umumnya yang takkan menyia-nyiakan kesempatan demi menjajal F1, The Scottish yang satu ini malah menolaknya. Ia malah memilih untuk menambah lebih banyak pengalaman di F3 bersama Tyrell.

Orang bilang, kesempatan tak datang dua kali karena itu sebaiknya kita memanfaatkan kesempatan yang datang pada kita. Tapi Stewart setelah menolak kesempatan pertamanya untuk naik kelas ke F1, sekali lagi ia menolak kesempatan tersebut, padahal kali ini yang menawarinya adalah seorang Colin Chapman. Kala itu Chapman dan Jim Clark terkesan saat Stewart menjajal Lotus 33-Climax, padahal Chapman dan Clark kabarnya bukanlah orang yang mudah terkesan, jadi tak heran bila Chapman langsung kesengsem dengan bakat pemuda Skotlandia ini sehingga merasa layak memberikan sebuah kursi balap di F1 untuknya tapi Stewart malah menolak tawaran istimewa tersebut. Namun Stewart menerima untuk bergabung dengan tim Formula 2 Lotus. Dari sini terlihat, Stewart merupakan orang yang lebih suka menimba pengalaman dan ilmu setahap demi setahap yang pada akhirnya membuatnya menjadi salah satu pebalap F1 terbaik sepanjang masa.

Setelah dua kali melepaskan kesempatan untuk meramaikan keriuhan Formula One, Stewart akhirnya memulai debutnya di F1 pada 1965 di Kyalami, South Africa bersama tim BRM. Pada debutnya ini Jackie berhasil meraih satu poin setelah finish di tempat keenam.

Kesadaran Stewart akan pentingnya standar keselamatan di F1 muncul ketika ia terjebak di dalam kokpit mobilnya yang telah basah oleh bahan bakarnya yang bocor di Spa-Francorchamps.

Saat itu balapan di GP Belgia berlangsung ketika hujan turun dengan sangat deras sehingga mengakibatkan banyak terjadi kecelakaan, tak terkecuali Stewart yang tengah melaju 266km/j ketika mengalami kecelakaan. Tangki bahan bakarnya robek sehingga mengakibatkan bahan bakarnya memenuhi kokpitnya sementara Stewart terjebak dalam mobilnya. Tak ada satupun petugas di sirkuit yang bisa membantunya keluar dari mobilnya karena tak memiliki peralatan yang bisa digunakan untuk membantu Stewart sementara situasi yang dihadapi Stewart saat itu benar-benar menegangkan. Dengan bahan bakarnya yang bocor dan ia sendiri telah basah kuyup oleh bahan bakar yang menggenangi kokpitnya membuat ia sangat rentan dan sedikit saja percikan api bisa mengakibatkan bencana besar dan mengantarkan Stewart ke alam baka.

Dalam ketegangan itu, Graham Hill, rekan setimnya di BRM dan Bob Bondurat, yang juga mengalami kecelakaan di dekat situ berusaha mengeluarkan Stewart dari mobilnya dengan menggunakan kunci pas yang dipinjam dari penonton karena marshall tak memiliki alat tersebut. Setelah Stewart akhirnya bisa dikeluarkan dari mobilnya, masalah ternyata tak langsung selesai. Saat itu tak ada tenaga medis yang senantiasa siaga selama balapan berlangsung untuk memberikan pertolongan pertama yang diperlukan saat kecelakaan terjadi sehingga Stewart yang telah dibaringkan di atas usungan digeletakkan begitu saja di atas lantai yang dipenuhi oleh puntung-puntung rokok yang berserakan sambil menunggu ambulance tiba.

Setelah ambulance tiba pun, Stewart tak bisa segera dilarikan ke rumah sakit terdekat di Liege karena ternyata supir ambulance nya tersesat dan tak bisa menemukan arah ke rumah sakit. Akhirnya Stewart dilarikan ke Inggris dengan pesawat jet pribadi. Bayangkan, Stewart harus menanti pertolongan medis dalam kecemasan luar biasa mengingat ia telah basah kuyup oleh bakan bakarnya yang bocor sambil menatap ngeri puntung-puntung rokok yang berserakan di sekitarnya sambil berharap dalam hati semoga tak ada orang bodoh yang ceroboh meninggalkan puntung rokoknya masih menyala dan melemparnya begitu saja sehingga bisa saja mengenainya dan menciptakan ledakan yang mungkin tak tak sedahsyat bom atom di Nagasaki atau Hiroshima, tapi setitik api tersebut bisa membuat Stewart menjadi daging panggang. Atau bayangkan betapa gemas dan nestapanya Stewart meratapi nasibnya saat supir ambulance tersesat sehingga akhirnya ia harus diterbangkan kembali ke Inggris. Dua puluh lima menit lamanya ia harus terbaring tak berdaya di dalam mobilnya dan setelah ia berhasil dikeluarkan dari mobilnya, ia masih harus terbaring di antara puntung rokok yang berserakan menanti ambulance yang kemudian tak bisa mengantarkannya ke rumah sakit.

Sejak kejadian di Spa tersebut, Stewart bersama Louis Stanley, bos tim BRM gencar menyarakan kampanye keselamatan di F1, mendesak agar penyelenggara F1 menyediakan emergency services dan meningkatkan keselamatan di sekitar trek dengan memasang barrier yang bisa meminimalkan dampak yang harus dihadapi pebalap saat kecelakaan. Stewart bahkan sampai membawa dokter pribadi ke setiap balapannya mengingat pentingnya peran seorang tenaga medis dalam memberikan pertolongan pertama. Bayangkan apa yang akan terjadi pada Ralf Schumacher yang dua kali mobilnya terbang bebas setelah membentur tembok pembatas saat GP Amerika kalau saja tingkat keselamatan di F1 belum seperti saat ini? Atau yang paling fresh, bagaimana kira-kira nasib Massa setelah mengalami kecelakaan parah di sesi qualifikasi GP Hungaria pada 2009 lalu seandainya saja F1 tak memiliki tenaga medis seperti pada masa Stewart yang harus tergeletak tak berdaya menanti ambulance tiba?

Selain masalah tenaga medis dan peningkatan keselamatan di sekitar trek, Stewart juga mendesak penggunaan seat belt dan helm full face. Stewart bahkan mendesak para pemilik sirkuit untuk memodernisasi trek mereka sampai-sampai ia mengorganisasi rekan-rekannya sesama pebalap untuk memboikot balapan di Spa-Frnacorchamps dan Nurburgring sampai pihak pengelola sirkuit tersebut memperbaiki barrier, area run-off, dan fasilitas medis.

Entah sudah berapa banyak pebalap berbakat yang harus menemui ajalnya dengan tragis akibat menimnya tingkat keselamatan dan kesadaran akan pentingnya tingkat keselamatan bagi para pelaku olahraga ini. Dan untungnya F1 memiliki Stewart yang memiliki otak lebih waras yang bukan hanya mengumbar keberanian. Berkat Stewart, Fromula One kini menjadi jauh lebih aman dan kita lalu berpikir seandainya saja F1 sudah memperhatikan keselamatan sejak dulu, mungkin F1 takkan kehilangan banyak pebalap-pebalap terbaiknya yang harus mati muda karena sikap masa bodoh para pengelola sirkuit yang tak memperhatikan keselamatan pebalap dan penonton.

Belajar dari pengalaman ketika ia harus terjebak dalam mobilnya sementara marshall tak memiliki peralatan yang memadai sampai-sampai harus meminjam kunci pas dari penonton membuat Stewart juga selalu membawa kunci pas di setiap balapan dan memasangnya di bawah setirnya untuk berjaga-jaga kalau-kalau alat tersebut dibutuhkan.

Tentu saja kampanye Stewart tersebut tak mendapatkan apresiasi dari para pemilik sirkuit, penyelenggara balapan, dan bahkan beberapa pebalap. Tapi Stewart tak gentar dalam menyuarakan pendapatnya mengenai keselamatan di F1 tersebut walau tak sedikit yang mencelanya dan menganggapnya pengecut, bagaimana pun F1 memang merupakan olahraga berbahaya yang sangat dekat dengan kematian dan seolah bila seorang pebalap tewas saat membalap merupakan sebuah kebanggaan layaknya seorang pahlawan yang gugur dalam medan perang.

Namun Stewart tak mempedulikan apapun anggapan orang tentangnya. Ia sadar bahwa tindakannya ini tak menyenangkan bagi beberapa pihak. Mengenai hal ini, ia mengatakan bahwa mungkin saja ia bisa menjadi juara dunia yang jauh lebih terkenal jika ia selalu mengatakan hal-hal yang ingin didengar oleh orang lain (dalam hal ini para pengelola sirkuit dan penyelenggara balapan). Dan jika ia tak serius mengkampanyekan keselamatan demi smua pihak, ia mungkin akan mati karena kecelakaan saat balapan tapi tentunya ia akan jauh lebih terkenal. Dan ini benar-benar anggapan yang menyedihkan. Apakah seorang pebalapharus tewas dulu karena buruknya sistem keamanan di sirkuit untuk mendapatkan nama besar? Dan semakin tragis kecelakaan yagn menimpa seorang pebalap mungkin akan membuat si pebalap bernasib malang itu akan menjadi jauh lebih terkenal.

Namun jika keselamatan tidak menjadi titik perhatian yang serius bagi para penyelenggara F1, entah bagaimana nasib F1 sekarang. Mungkin F1 memang menarik dengan tingginya resiko dan bahaya yang dihadapi tapi F1 pastinya akan terkenal sebagai olahraga perenggut nyawa pebalap-pebalap terbaiknya dan sirkuit-sirkuit F1 hanya akan dikenal sebagai tempat angker yang merenggut nyawa para pebalap dan menjadi tempat persemayaman para pebalap dan penonton yang terkena apes, ikut tewas bersama pebalap pujaannya seperti yang terjadi dengan 15 penonton di Monza yang ikut tewas bersama Wolfgang Graf Berghe von Trips saat GP Italia 1961.

Bagaimana pun miringnya pandangan pihak-pihak yang tak suka dengan kampanye keselamatan Stewart tapi tak sepantasnya keberanian Stewart menghadapi bahaya maut dipertanyakan karena Stewart telah membuktikan diri sebagai pebalap hebat yang telah berkali-kali menaklukkan Nurburgring yang pada masa itu merupakan salah satu sirkuit maut dan paling berbahaya di F1 dan kerap menelan nyawa para pebalapnya saat bertarung di sana. Lauda bahkan nyaris menemui ajalnya setelah mengalami kecelakaan fatal di sirkuit tersebut pada 1976, luka bakar di wajahnya adalah kenang-kenangan yang didapatnya dari sana dan menandakan betapa menakutkannya Nurburgring. Dan Stewart telah tiga kali menaklukkan sirkuit maut ini.


Namun seperti Clark yang tak menyukai Spa meski ia berhasil meraih kemenangan 4 kali berturut-turut di sirkuit favorit kebanyakan pebalap itu, Stewart pun tak menyukai Nurburgring meski ia berhasil menjadi juara di Nurburgring ini tigal kali. Satu kali bersama Matra pada 1968 dan dua kali ia menaklukkan Nurburgring di atas Tyrell-nya pada 1971 dan 1973. Bahkan kemenangannya di Nurburgring 1973 merupakan kemenangan terakhirnya dan menggenapkan catatan kemenangannya di F1 sebanyak 27 kali.

Bahkan pada 1968 ia berhasil menaklukkan Nurburgring dalam keadaan yang tidak prima. Saat itu ia membalap dengan lengan yang patah yang didapatnya saat turun di ajang F2. Tim memberikan penyangga plastik di setirnya agar pergelangan tangannya tak terlalu terbebani tapi Stewart malah meminta penyangga setirnya dilepas demi mendapatkan feeling yang lebih baik saat mengerem. Dengan keadaan lengannya patah dan di tengah hujan deras yang membasahi sirkuit, Stewart berhasil tampil gemilang dan menjadi juara dengan selisih waktu lebih dari empat menit. Jadi siapa pula yang berani meragukan keberanian Stewart?

Namun Stewart sendiri mengakui ketakutannya setiap kali harus membalap di Nurburgring. "Nothing gave me more satisfaction than to win at the Nurburgring and yet, Ia was always afraid," ujar Stewart dan ia tak pernah merasa perlu menambah satu lap di Nurburgring untuk merayakan kemenangannya.

Stewart mengakui bahwa saat ia keluar dari rumahnya untuk menghadapi GP Jerman yang diadakan di Nurburgring, ia selalu menghentikan mobilnya di ujung jalan lalu menoleh ke belakang dan lama ia  menatap jalan yang telah dilaluinya tersebut sambil berpikir apakah ia bisa kembali ke rumah dengan selamat. "I was never sure I'd come home again," kata Stewart menggambarkan ketakutannya.

Memasuki musim 1973, Stewart memutuskan untuk pensiun dari F1 pada akhir musim itu tapi kecelakaan parah yang menimpa rekan setimnya, Francois Cevert di Watkins Glen saat sesi latihan GP USA membuat Stewart memutuskan untuk pensiun lebih cepat dengan menyisakan satu race lagi dan merelakan kesempatannya menggenapkan statistik 100 kali balapannya dan hanya mencatat 99 kali balapan saja.

Namun bila melihat F1 sekarang ini semua pihak akhirnya menyadari betapa berharganya apa yang telah diperjuangkan Stewart dalam mengupayakan keselamatan di F1 yang berimbas pada keselamatan di jalan raya karena metode keselamatan di F1 telah diadopsi pula dalam peningkatan keselamatan di jalan raya. F1 benar-benar berhutang banyak pada pria Skotlandia ini.

Sekarang ini bahkan Formula One meski masih merupakan olahraga yang cukup berbahaya dan sangat dekat dengan bahaya kematian tapi dengan beragam regulasi dan atribut-atribut pengamanan tak hanya F1 menjadi tontonan yang menarik dan penonton dapat menyaksikan aksi seru para pahlawannya tanpa harus meregang nyawa. Begitu pun dengan pebalap, meski harus menggeber mobilnya dengan kecepatan 360 km/j dan seringkali terjadi kecelakaan parah tapi untungnya kematian bukan lagi merupakan momok yang menakutkan bagi pebalap dan penonton. Yang terutama F1 tak perlu kehilangan banyak pebalapnya yang berbakat akibat kecelakaan tragis yang merenggut nyawa pebalap-pebalap hebat seperti Wolfgang "Taffy" von Traps, Ronnie Peterson, Alberto Ascari, Gilles Villeneuve, Ayrton Senna, dan banyak lagi pebalap hebat lainnya yang harus pergi terlalu cepat tanpa memiliki kesempatan lebih untuk membuktikan kemampuannya.

Perjuangan Stewart dalam meningkatkan standar keselamatan di F1 merupakan warisan terbesar dari seorang Sir Jackie Stewart, juara dunia F1 tiga kali bagi olahraga yang sangat dicintainya ini.

Setelah pensiun dari F1, Sir Jackie pernah mendirikan sebuah tim F1 yang dinamai sesuai dengan namanya, Stewart GP sebagai langkah persiapan bagi putranya, Paul Stewart, seandainya sukses menapaki karir balapnya hingga ke F1. Tapi sayangnya karir balap putra juara dunia tiga kali ini mandek dan tak secemerlang dirinya. Timnya sendiri, Stewart GP meski hanya bisa bermain di papan tengah tapi setidaknya timnya ini sempat meraih satu kali kemenangan lewat Johnny Herbert. Bahkan akibat kemenangan tunggal Stewart GP ini, yang entah kebetulan atau tidak terjadi di Nurburgring saat gelaran GP Eropa 1999, Frank Williams yang  menganggap Stewart GP takkan pernah memenangi balapan kalah taruhan sehingga bos tim Williams yang sangat disegani di F1 ini harus memakai celana kotak garis-garis khas Skotlandia.

Debut          : South Africa 1965
Start            : 99 kali
Juara Dunia  : 1969, 1971, & 1973
Poin             : 360
Menang        : 27
Pole             : 17
Fastest Lap  : 15


6. James Hunt
pic taken from here 

Pebalap McLaren flamboyan yang satu ini meski memiliki karir F1 yang cukup pendek sebagai pebalap tapi memiliki pengaruh yang cukup besar untuk Formula One. Hunt lah yang pertama kali menemukan bakat pebalap legendaris Ferrari, Gilles Villeneuve saat mengikuti ajang Formula Atlantic di Trois Rivieres pada 1976. Hunt kemudian memberitahukan bakat besar Gilles ini pada Teddy Mayer, Managing Directior McLaren yang kemudian membawa GV memuali debutnya di F1 bersama McLaren pada 1977, tapi GV kemudian malah lebih terkenal bersama Ferrari. Hubungan Hunt dengan Villeneuve sendiri tetap berjalan dengan sangat baik. Villeneuve seringkali memberikan nasihat dan dukungan bagi Hunt sepanjang karirnya, itu sebabnya Hunt merasa sangat sedih dan kehilangan saat Villeneuve tewas di Zolder pada 1982.

Peran Hunt sebagai komentator F1 di BBC setelah ia pensiun sebagai pebalap juga tak bisa dipandang sebelah mata, meski ia sedikit slengean hingga membuat Murray Walker, komentator kawakan F1 jengkel dan tak nyaman bekerja sama dengannya tapi justru perbedaan keduanya ternyata saling melengkapi dan disukai oleh pemirsa sehingga duet ini tetap dipertahankan hingga maut yang akhirnya memisahkan mereka.

James Simon Wallis Hunt lahir di Belmont, Sutton, Surey pada 29 Agustus 1947. Ayahnya adalah seorang pialang saham yang sukses. Hunt dikenal sebagai anak yang hiperaktif dan cenderung pemberontak. Ia menjalani pendidikan dasarnya di Westerleigh School di Hastings, East Sussex dan kemudian melanjutkan di Wellington College di Crowthorne, Berkshire dan tengah belajar untuk menjadi dokter ketika pada hari ultahnya yang ke-18 ia diajak oleh temannya menonton balapan di Silverstone. Hunt langsung jatuh hati pada olahraga ini dan mulai bermimpi untuk menjadi juara dunia. Namun orang tuanya tak menyukai impian Hunt tersebut.

Hunt berhasil memulai karir balapnya bersama tim Hesketh yang didirikan oleh "The Good Lord", julukan Hunt terhadap Lord Hesketh, seorang bangsawan muda eksentrik yang sebenarnya tak terlalu mengenal dunia balap tapi memutuskan untuk membangun sebuah tim balap dan memilih Hunt sebagai "superstar"nya, julukan yang diberikan oleh Lord Hesketh untuk Hunt dan ternyata Hunt memang menjadi seorang superstar di dunia balap. Terlebih saat terjadi insiden antara Hunt dengan Dave Morgan pada 3 Oktober 1970 di Crystal Palace ketika Hunt masih bertarung di Formula Three. Waktu itu di lap terakhir Morgan berusaha untuk menyalip Hunt dari sisi luar di South Tower Corner, Hunt tentu saja tak rela begitu saja memberikan tempatnya pada Morgan sehingga ia berusaha menutup celah yang bisa memberi ruang bagi Morgan untuk merebut tempat Hunt, tapi akibatnya mereka malah saling bertabrakan dan mengakibatkan Hunt harus kehilangan dua ban mobilnya. Hunt sangat marah, ia pun keluar dari mobilnya yang terparkir di tengah trek dengan hanya dua ban saja. Hunt langsung mendatangi Morgan dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Sikapnya inilah yang kemudian mendatangkan cemooh atas dirinya, Hunt pun mendapat julukan baru, Hunt The Shunt.

Bersama tim Hesketh, Hunt akhirnya memulai debut F1 nya di GP Monaco pada 3 Juni 1973. Keberadaan Hunt bersama Hesketh awalnya tak terlalu dipandang, bahkan mereka menjadi bahan lelucon di F1 namun setelah tunggangannya yang didesain oleh Harvey Postlewaite ini tampil kompetitif dan berhasil finish kedua di GP USA pada 1973 membuat tim ini mulai mendapat perhatian dan disegani terlebih setelah Hunt berhasil tampil cantik dan sukses mengalahkan Niki Lauda untuk meraih kemenagan GP pertamanya di Zandvoort, Belanda pada 1975. Tahun itu Hunt bahkan berhasil meraih tempat keempat di klasemen pembalap, tapi sayangnya keberadaan tim Hesketh di Formula One mulai terancam akibat kesulitan finansial dan mereka tak bisa menemukan sponsor untuk mendanai tim sehingga penampilan Hunt dan Hesketh pada tahun berikutnya mulai menurun.

Menjelang tahun 1976 harapan untuk Hunt meraih mimpinya saat ultahnya yang ke-18 itu mulai terlihat setelah Emerson Fitipaldi meninggalkan McLaren untuk bergabung dengan Copersucar-Fittipaldi, tim yang didirikan oleh kakaknya, Wilson Fittipaldi sehingga tim Silver Arrows kemudian merekrut Hunt untuk menggantikan posisi Emmo.

Di tahun pertamanya bersama McLaren itu, Hunt tampil gemilang di atas M23-nya. Meski mengalami kesulitan di beberapa GP tapi dengan kecelakaan fatal yang menimpa Niki Lauda di GP Jerman sehingga jagoan Ferrari ini harus absen di dua seri, membuat Hunt memiliki kesempatan untuk memperkecil selisih poinnya dengan bintan Maranello tersebut dan membuka peluangnya meraih gelar dunia.

Mendekati race terakhir, di Fuji, Jepang, perolehan poin Hunt hanya selisih tiga poin saja dari Lauda. Tapi balapan di GP Jepang nyaris saja batal akibat cuaca yang tak mendukung hingga membuat para pebalap enggan turun membalap karena sirkuit yang terlalu licin dan berbahaya. Namun berkat lobi Ecclestone dengan para pebalap, akhirnya balapan tetap berlangsung meski hujan lebat masih mengguyur Fuji. Kesempatan Hunt untuk meraih gelar dunia makin terbuka lebar setelah Lauda gagal melanjutkan lomba. Hunt hanya perlu finish minimal di posisi keempat. Hunt sempat memimpin lomba sebelum bannya kempes sehingga ia harus masuk pit, tapi ia berhasil finish di posisi ke-3 dan meraup empat poin, cukup untuknya merebut gelar dunia dari Lauda dengan selisih hanya satu poin dari pebalap pebalap Austria itu.

Musim 1977 tak sebaik tahun sebelumnya untuk Hunt. M26-nya malah bermasalah di awal musim sehingga Hunt sendiri apatis menghadapi musim tersebut ditambah masalah reabilitas membuat Hunt tak bisa mengulangi kesuksesannya pada musim sebelumnya dan hanya bisa pasrah ketika gelarnya direbut kembali oleh Lauda. Meski begitu, Hunt masih sempat mencuri beberapa kemenangan di musim 1977 ini. Salah satunya adalah kemenangannya di GP Jepang, tempat di mana ia sukses menggondol gelar dunianya pada tahun sebelumnya. Tapi sayangnya kemenangannya di GP Jepang yang ternyata menjadi kemenangan terakhirnya tersebut harus tercoreng oleh ulahnya sendiri yang tak menghadiri acara penyerahan trophy juara sehingga membuat publik Jepang kecewa saat melihat hanya ada Patrick Depailler yang finish di posisi ketiga berdiri seorang diri di podium sementara sang juara GP, Hunt dan Carlos Reuteman yang finish di belakang Hunt sudah ngacir begitu lomba telah usai.

Hunt masih membalap bersama McLaren untuk musim 1978 tapi kemudian ia bergabung dengan tim Wolf, namun sayangnya Hunt tak pernah lagi memenangi lomba hingga saat GP Monaco 1979, Hunt merasa sudah kehilangan gairah balapnya dan memutuskan untuk mundur dari F1. Tapi ternyata Hunt tak bisa benar-benar pergi meninggalkan F1 yang sudah telanjur dicintainya ini sehingga ia menerima tawaran BBC untuk menjadi komentator bersama Murray Walker, profesi yang dijalaninya hingga ia meninggal akibat serangan jantung pada 1993.

Awalnya Hunt tak terlalu menganggap serius profesinya sebagai komentator, ia bahkan menenggak dua botol anggur selama tampil sebagai komentator hingga Murray Walker tak menyukainya tapi seiring waktu, seperti Hunt mencintai perannya sebagai balapan, akhirnya Hunt pun mulai bisa menerima profesi barunya tersebut, bahkan ia sangat menikmati perannya ketika ia memberi kritikan super pedas terhadap pebalap yang melakukan kesalahan konyol saat balapan dan komentar-komentar tajamnya inilah yang membuatnya disukai oleh pemirsa.

Namun Hunt yang berjiwa pemberontak ini terkenal juga suka berpenampilan apa adanya. Jika saja Hunt hidup di masa F1 modern seperti sekarang ini di mana masalah citra dan image sangat diperhatikan, pastinya ia akan membuat pusing staf humas McLaren. Bayangkan saja, bagaimana sulitnya bagian Humas McLaren memberikan keterangan ketika Hunt menghadiri pertemuan dengan para sponsor yang berpakaian rapi dengan jas dan kemeja sementara si pebalap yang suka tampil nyeleneh ini datang dengan mengenakan jeans dan bertelanjang kaki pula. Apalagi, pebalap yang diidolakan oleh ex pebalap McLaren, Kimi Raikkonen ini juga kabarnya suka memakai mariyuana dan sering berpesta di klab malam.

Namun di luar gaya hidupnya yang kontroversial itu, kisah pribadi Hunt sebenarnya cukup menyedihkan. Meski Hunt terkenal playboy tapi pebalap yang juga terkenal cukup piawai bermain squash dan tenis ini, dua kali harus menghadapi kegagalan dalam pernikahannya. Pernikahan pertamanya dengan seorang model, Suzy Millar harus berakhir setelah sang model meninggalkannya karena kepincut Richard Burton, aktor yang tujuh kali dinominasikan untuk menyabet Oscar tapi tak pernah sukses memboyong piala kebanggaan sineas film Hollywood tersebut.

Dari pernikahan keduanya, Hunt dikarunia dua orang anak, salah satunya adalah Freddie Hunt, yang mengikuti jejaknya sebagai pebalap.

Perceraian Hunt membuat juara dunia 1976 ini tenggelam dalam depresi hingga ia menjadi pecandu alkohol, tapi untungnya Hunt akhirnya bisa bangkit. Hunt kemudian menjalin hubungan baru dengan seorang wanita bernama Helen. Namun tragisnya, hanya beberapa jam setelah melamar Helen, di usianya yang ke-45 Hunt tewas akibat serangan jantung di rumahnya di Wimbledon akibat serangan jantung pada tahun 1993. Jenazah Hunt kemudian dikremasi di Putney Vale Crematorium.

Karir Hunt di F1 memang terbilang sangat singkat. Ia hanya menjalani 6 musim balap dan membela tiga tim namun bersama McLaren, barulah Hunt bisa mewujudkan mimpinya meraih gelar dunia. Namun meski singkat, Hunt telah memberikan warna tersendiri di F1 dan perannya sebagai komentator F1 setelah ia pensiun pun telah membawa F1 ke komunitas yang lebih luas.

Kematiannya tentu saja membuat banyak pihak merasa kehilangan terutama adalah sahabatnya, Niki Lauda yang pada masa awal karir mereka berdua pernah saling berbagi kamar di sebuah flat di London. "For me, James was the most charismatic personality who's ever been in Formula One," ujar Lauda mengenang Hunt.

Debut          : Monaco 1973
Start            : 92
Juara Dunia  : 1976 (bersama McLaren)
Poin             : 179
Menang       : 10
Pole             : 14
Fastest Lap  : 8

Tidak ada komentar: