Total Tayangan Halaman

Translate

Minggu, 18 April 2010

Heaven's Tear on Sunday

Kesel, jengkel, gemas, entah apalagi istilah yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku saat ini. Aku merasa konyol sekaligus bodoh. Rasanya tak henti-hentinya kumaki diriku atas kebodohanku ini. Bagaimana mungkin aku yang telah menanti race di Shanghai hari ini justru bisa melupakannya hingga akhirnya melewatkan race itu ?

Biasanya memang aku lebih sering diingatkan oleh sahabatku yang tahun ini memilih untuk menyepi dari hingar bingar deru mesin F1 setelah jagoannya beralih sejenak ke ajang Rally. Aku yang biasa "termanjakan" dengan informasi-informasi F1 dari sahabatku kini harus belajar untuk "mandiri" dalam memenuhi semua rasa penasaranku sehubungan dengan F1, meski terkadang, aku tetap mengusiknya dengan memintanya mencari tahu berbagai hal mengenai yang tengah berlangsung di F1. Karena itulah hari ini aku benar-benar lupa kalau GP Shanghai berlangsung siang hari dan bukannya malam hari seperti yang ada dalam pikiranku, akibatnya ketika aku menyalakan TV jam empat sore tadi, aku hanya bisa melongo tatkala melihat Hilbram dan entah siapa komentatornya mengakhiri acara bincang-bincangnya sementara daftar kerabat kerja mulai terpampang di layar televisi yang artinya acara race sudah berakhir .

Beberapa waktu kemudian, barulah kulihat dari running text Metro TV memberitahu bahwa Jenson Button menjuarai GP China ini. Perasaanku tambah campur baur. Yang ada di benakku adalah berbagai skenario balapan yang pastinya sangat seru mengingat pada sesi qualifying Sabtu, Jenson hanya berhasil meraih P5 sementara Vettel yang perkasa di GP Malaysia kemarin dan telah sukses meraih tiga kali pole position musim ini termasuk di GP China ini bagaimana bisa posisinya diambil oleh Jenson? Lalu siapakah yang ada di belakang Jenson dan bagaimana pula dengan penampilan Michael Schumacher, my hero?

Semua penasaran itu akhirnya terjawab setelah aku membuka berbagai web F1 untuk mendapatkan informasi semendetail mungkin demi memenuhi rasa penasaranku dan mengobati kejengkelanku karena sampai lalai melewatkan GP China ini. Benar saja, semua laporan di web F1 yang kubuka menginformasikan GP China berlangsung dalam keadaan yang amat kacau akibat hujan turun. Dan hal ini membuatku makin dalam menyesali ketololanku yang sampai melewatkan aksi yang pastinya sangat seru ini.

Gembira memang hatiku tatkala melihat berita Jenson Button berhasil meraih kemenangan keduanya pada musim ini yang keduanya diraih dalam keadaan basah, membuktikan Jenson Button layak menyandang gelar sebagai "The Rain Master". Terlebih keberhasilan Jenson di dua seri yang dimenanginya ini, yakni di GP Australia dan China ini berkat strategi gemilangnya bersama tim McLaren dalam membaca situasi sehingga bisa memilih ban yang tepat untuk kondisi balapan saat itu.

Namun di sisi lain, aku ingin menangis saja rasanya karena jengkel tak bisa menyaksikan langsung kejadian tersebut. Terlebih setelah kudapati Michael Schumacher yang telah lama dikenal sebagai "The Rain Master" kembali terseok dengan finish di urutan kesepuluh dan lagi-lagi hanya berhasil meraih satu poin yang tersisa. So sad Schuey ....

Anehnya bila kuingat-ingat, di GP Australia saat Jenson meraih kemenangan pertamanya di musim ini aku pun harus kehilangan setengah balapan karena mati lampu dan kali ini pun saat Jenson meraih kemenangannya kembali di sirkuit yang basah, aku bahkan harus kehilangan momen itu karena tak menyaksikan sama sekali aksi briliannya dimana Jenson sendiri menganggap kemenangannya di GP China ini merupakan kemenangan terbaiknya (berita selengkapnya di sini). Semoga saja kemenangan Jenson itu bukan karena aku tak menyaksikannya secara langsung (meski lewat layar kaca) yang dengan kata lain aku merupakan pembawa sial bagi Jenson sehingga sebaiknya aku tak menonton GP agar Jenson bisa menang terus sepanjang musim . He...he... Sedih aja kalau ternyata anggapan ini terbukti benar karena berarti aku harus melewatkan semua race di musim ini agar Jenson bisa meraih kemenangan dan akhirnya berhasil mempertahankan gelar juara dunianya

Yah, karena aku tak menyaksikan langsung balapannya jadi tak ada alasan bagiku untuk berlama-lama menyusun kata. Yang jelas suasana hatiku kali ini benar-benar tak menentu saja. Senang, jengkel, geram, gembira, dan gemas rasanya campur baur seperti gado-gado saja. Semoga saja di race yang akan datang, aku tak sampai melewatkannya lagi dan semoga juga balapan berikutnya aku bisa kembali melihat keberhasilan Jenson meraih kemenangan yang artinya mematahkan dugaanku bahwa aku merupakan pembawa sial bagi Jenson. Ya kalaupun Jenson gagal di balapan yang akan datang, minimal ia bisa meraih hasil yang cukup memuaskan. Kalau bisa sih, semoga di balapan berikutnya nanti, Michael Schumacher bisa kembali cemerlang seperti di masa-masa lalu sebelum ia meninggalkan F1 dan sukses meraih kemenangannya kembali meski tak mampu bersaing dalam perebutan gelar juara dunia tapi seandainya ia berhasil mencuri satu, dua, tiga, atau mungkin lima kemenangan di musim ini, rasanya itu sudah cukup bagi seorang Jenderal tua seperti Schumi yang akan menjadi kenangan manis bagi hari tuanya saat ia benar-benar lengser keprabon dari singgasana F1

Buat yang melewatkan GP China seperti aku, hasil result race hari ini bisa dilihat di sini nih.

Tidak ada komentar: