Total Tayangan Halaman

Translate

Minggu, 04 Juni 2017

Menata Kata Tercipta Rasa

Sebagai makhluk sosial, manusia tak dapat hidup sendiri. Karena tak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan komunitas. Macam-macam tentu komunitas itu. Bisa keluarga, kerabat, teman, sahabat, bahkan juga binatang peliharaan tempat kita mencurahkan rasa merupakan bagian dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. 

Nah, dalam berkomunitas kita melakukan interaksi. Bisa interaksi gerak, suara maupun rasa. Dalam berinteraksi ini kita membutuhkan kata. 

Kata tak selalu berarti bicara karena dalam diam pun terkadang ada kata yang terolah dan tersampaikan. 

Kata terkadang membutuhkan rasa. Ada kalanya kata yang tersampaikan tak selalu diterima seturut kehendak si penyampai kata. Hingga akhirnya kata menimbulkan rasa yang terluka. Dalam rasa yang terluka inilah tercipta konflik. 

Konflik yang terlanjur ini terkadang dapat reda secara cepat namun tak jarang mencipta api dalam sekam. Kapan saja ia bisa menyala, menyambar apapun di sekitarnya terlebih bila ada pihak lain yang mengambil kesempatan dengan menambah kata baru yang makin jauh maksud dan tujuannya dari si penyampai kata semula. 

Kata semestinya tanda kemartabatan manusia sebagai pemuncak dari seluruh makhluk di alam semesta tapi konflik yang tersulut tak jarang meruntuhkan martabat manusia ke tingkat yang rendah. Namun bukan kata yang merendahkannya melainkan rasa yang tak mampu dilakukan manusia itu dalam mencerna kata. Ia begitu saja membiarkan rasa yang tak terolah sempurna menguasai ego dan nafsunya untuk berlaku angkara, menistakan martabatnya dengan mengeluarkan kata yang penuh hina dan cela. 

Kata sejatinya adalah hal yang indah. Contohnya saat kata berwujud cinta terucap, si penerima kata menerimanya dengan rasa membuncah, menerbitkan senyum di bibir dan riang di hati. Namun seperti segala hal di dunia ini yang memiliki dua sisi berbeda. Kata cinta berdampingan mesra dengan kata benci. 

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki status termulia dari segala ciptaan dalam alam semesta ini. Sebagai makhluk termulia, manusia memiliki kuasa dalam menata kata demi tercipta rasa. Kata cinta dan benci yang berdamping mesra memiliki kuasa rasa untuk diolah lidah. Rasa yang tercipta bergantung dari kata yang terucap. 

Jadi, kata macam apa yang ingin kau gemakan hari ini?

Tidak ada komentar: