Tersesat tidaklah menyenangkan. Merasa tersesat jauh lebih tidak menyenangkan. Tapi tersesat tak selalu menyebalkan. Bisa jadi pengalaman tersesat menjadi petualangan mengesankan. Semua hanya soal cara pandang kita dalam menyikapi sebuah kejadian.
Sejak sekolah, aku kerap mencoba naik bis jurusan yang tak kukenal. Meski hati berdebar, khawatir dengan wilayah yang tak dikenal, sedikit jengkel namun saat kucoba mengalihkan ke sekitar, sok-sok-an menjadi ahli pembaca wajah, melihat wajah-wajah asing seraya membayangkan warna yang tersirat dari wajahnya, membuat kisah imajinatif dalam benakku. Memberikan nama khayalan baginya sebagai tokoh dari kisah dalam benakku.
Namun lebih dari tersesat dalam arti nyata, aku lebih suka tersesat dalam buku. Seperti yang dikatakan Bung Hatta, "Aku rela dipenjara, asalkan bersama buku." Bukan berarti aku ingin hidup dalam bui. Namun aku rela terpenjara di dalam buku. Menyelami setiap kisah yang kubaca. Merasakan apa yang dirasakan sang tokoh.
Ah, membicarakan kecintaanku pada buku rasanya takkan pernah cukup waktu bagiku untuk mengungkapkannya. Mungkin esok akan kugali lebih lagi kerelaan dan keikhlasanku untuk tersesat dalam buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar