Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 10 Februari 2014

Review Novel The Icon - Frederick Forsyth

Rusia pasca tumbangnya rezim komunisme berada di titik nadir. Kriminalitas merajalela, inflasi melambung tinggi, bahkan sepotong roti saja harganya mencapai satu juta rubel. Di saat seperti ini, Presiden Rusia, Josef Cherkassov meninggal dunia akibat serangan jantung dalam perjalanannya menuju dacha, tempat peristirahatan akhir pekannya di luar Moskow. 

Kematian Presiden Cherkassov yang mendadak membuat pemilu Rusia yang segera akan digelar menjadi wacana yang ramai diperbincangkan. Dari sekian banyak nama calon presiden ada sebuah nama yang sangat populer dan dianggap mampu mengangkat kembali Rusia menuju masa keemasannya. Orang itu adalah Igor Komarov, ketua umum UPF, Union of Patriotic Forces, atau Federasi Kekuatan Patriotis. UPF merupakan persatuan partai-partai ultra kanan dan neo fasis, di antaranya Partai Demokrat Liberal, yang melebur jadi satu hingga menjadi kekuatan besar di bawah kepemimpinan Komarov. Meski dalam pidato-pidatonya yang membuat namanya melambung, Komarov digambarkan sebagai sosok yang ramah bersahabat terutama pada masyarakat kalangan bawah, pada kenyataannya Komarov adalah seorang yang dingin dan kaku. Bahkan para bawahannya di UPF diharuskan memanggilnya Presiden karena ia menganggap, cepat atau lambat partainya akan memenangi pemilu yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi Presiden yang sesungguhnya. Presiden Rusia.

Di malam ketika Presiden Cherkassov diberitakan meninggal dunia akibat serangan jantung, teradi suatu peristiwa kecil yang berdampak luas di dalam markas besar UPF.

Leonid Zaitsev, seorang tua pensiunan tentara seperti biasanya datang ke markas besar UPF untuk melakukan tugasnya sebagai tukang bersih-bersih. Tapi tak seperti biasanya, kali itu ia melihat sebuah dokumen bersampul hitam yang menarik minatnya tergeletak di atas meja N.I. Akopov, sekretaris pribadi Igor Komarov, sang Presiden UPF. Setelah ia membaca dokumen itu, ia sangat terkejut karena isinya adalah rencana sang Presiden UPF yang akan melakukan pembersihan ras, kembali mendirikan pemerintahan satu partai, dan membuka kembali kamp-kamp kerja paksa, bila ia terpilih menjadi Presiden Rusia. Dalam menjalankan aksi pembersihan ras dan menciptakan kembali teror terhadap rakyat, Komarov mempercayakannya pada Kolonel Anatoli Grishin, kepala keamanannya yang dikenal dengan nama Pengawal Hitam.

Saat mengetahui dokumen rahasia itu hilang, Komarov sangat marah dan memerintahkan Anatoli Grishin, kepala pasukan keamanannya untuk menyingkirkan Akopov, sekretaris pribadinya yang ceroboh, membiarkan dokumen rahasia tergeletak di mejanya hingga akhirnya hilang dicuri. Orang kedua yang dibunuh akibat dokumen rahasia bersampul hitam itu adalah Leonid Zaitsev, si tukang bersih-bersih yang mencuri dokumen tersebut, tapi meski Grishin menghabisi nyawa pria tua pensiunan tentara miskin itu dengan cara keji, ia tetap tak bisa mendapatkan kembali dokumen rahasia Komarov itu karena Zaitsev sudah melemparkannya ke dalam mobil seorang staf Kedutaan Besar Inggris. Oleh Dinas Intelijen Inggris, dokumen rahasia Komarov itu disebut Manifesto Hitam. Orang ketiga yang dibunuh akibat Manifesto Hitam itu adalah seorang wartawan Inggris yang saat mewawancarai Komarov menyinggung Presiden UPF itu dengan menggunakan kalimat yang sama persis dengan yang ada di Manifesto Hitam sehingga Komarov mengira wartawan Inggris itu sudah membaca Manifesto Hitam miliknya dan karenanya harus disingkirkan.

Dari Moscow Manifesto Hitam itu diam-diam dibawa ke London hingga akhirnya sampai ke tangan Sir Nigel Irvine, mantan Kepala SIS, Dinas Intelijen Inggris yang kemudian dia sampaikan ke suatu perkumpulan rahasia di Amerika Serikat bernama Council of Lincoln. Anggota Council of Lincoln ini adalah orang-orang yang memiliki pengaruh di dunia, di antaranya Mantan Perdana Menteri Inggris, Mantan Presiden Amerika Serikat, Mantan Menteri Luar Negeri Amerika dan Inggris, bankir dan pengusaha top dunia. Ketika Manifesto Hitam ini disampaikan pada mereka, semuanya mencapai kata sepakat yaitu Igor Komarov harus disingkirkan. 

Satu-satunya cara untuk menyingkirkan Komarov adalah dengan melakukan destabilisasi. Namun aksi ini tentu saja sangat berbahaya mengingat aksi ini sangat rahasia dan tak mendapat dukungan resmi dari pemerintah manapun, karena akan merusak hubungan dengan pemerintah Rusia, terlebih Manifesto Hitam itu dibawa keluar dari Rusia dengan cara sembunyi-sembunyi. Karena itu untuk melakukan tugas ini diperlukan seseorang yang benar-benar piawai, mengenal Rusia, dan mampu bekerja secara rahasia sambil membangun jaringan dan menggalang kekuatan untuk menghancurkan kredibilitas Igor Komarov. 

Lewat seorang kenalannya yang merupakan mantan Direktur Deputi Operasional CIA, ia mendapat nama orang yang cocok untuk melakukan tugas tersebut, ia pernah menjadi bintang di CIA berkat kepiawaiannya merekrut agen-agen top Soviet dan memberikan informasi penting bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Tapi masalahnya orang ini saat keluar dari CIA sudah bersumpah takkan pernah lagi menjejakkan kakinya di Rusia. Nama orang ini adalah Jason Monk. 

Sewaktu masih menjadi agen CIA saat di penghujung Perang Dingin, Monk pernah menjadi bintang kebanggaan dinas intelijen Amerika Serikat tersebut. Tokoh-tokoh yang direkrutnya untuk membelot dan memberi informasi bagi CIA, semuanya adalah agen-agen top yang bekerja di jantung pemerintahan Soviet. 

Sepanjang karirnya di CIA, Monk memang hanya merekrut empat orang agen saja tapi empat orang yang luar biasa. 

Agen pertama yang direkrutnya adalah Nikolai Turkin dari Direktorat Jenderal Satu KGB. Setelah ia diangkat menjadi Kepala KGB di Jerman Timur, divisi terbesar Soviet di dunia, ia memberikan informasi yang luar biasa berharga. Monk memberi nama kode Lysander untuk Turkin.

Agen kedua yang direkrut Monk adalah seorang prajurit Siberia bertubuh besar namun berwajah oriental, Mayor Pyotr Solomin. Saat direkrut di Republik Yaman Selatan, jabatan Mayor Solomin memang belum terlalu penting, tapi saat ia kembali ke Moskow, ia diangkat menjadi ajudan Deputi Menteri Pertahanan yang memungkinkannya memberikan banyak informasi berharga dari jantung pertahanan Soviet. Solomin mendapat nama kode: Orion. 

Agen ketiga Monk adalah Valeri Kruglov yang memiliki posisi di Kementrian Luar Negeri Soviet sehingga informasi-informasi yang diberikannya sangat bernilai bagi Amerika Serikat dan negara-negara Barat untuk memahami arah politik luar negeri Soviet. Nama kode untuknya adalah Delphi

Satu agen terakhir Monk adalah seorang ilmuwan fisika yang bekerja melakukan riset untuk membuat senjata nuklir Soviet, Profesor Ivan Blinov yang hidup terisolasi dalam sebuah kota yang meski mendapat fasilitas mewah versi Soviet dan blok Timur namun dijaga amat ketat hingga para penghuni di kota tersebut merasa bagai hidup dalam penjara. Mengingat Soviet sangat menjaga para ilmuwannya dan hasil-hasil riset mereka maka tak banyak yang bisa diketahui negara-negara Barat, tapi berkat informasi-informasi yang diberikan oleh Blinov, negara-negara Barat bisa mengetahui posisi persenjataan nuklir Soviet. Blinov mendapat nama kode: Pegasus.

Empat orang agen inilah yang membuat nama Jason Monk bersinar di CIA. Berkat hubungan baiknya dengan Carey Jordan, Direktur Deputi Operasional CIA, Monk mendapat keistimewaan untuk menangani langsung keempat agennya. Padahal aturan yang berlaku, biasanya usai merekrut, si agen yang direkrut akan diserahkan ke orang lain. Dalam berkomunikasi dengan para agennya, Monk memperlakukan mereka sebagai sahabat. Tak jarang ia menyisipkan surat pribadi darinya sendiri untuk agen-agennya, padahal aturan yang berlaku tak memperkenankan hubungan emosional secara pribadi seperti itu. 

Sementara itu di tubuh CIA ada kebocoran informasi besar-besaran. Beberapa agen Soviet yang diam-diam bekerja memberikan informasi untuk CIA satu persatu lenyap tak berbekas. Ada dua kemungkinan untuk lenyapnya agen-agen tersebut. Entah mereka ceroboh hingga terendus KGB ataukah ada "tikus" pengkhianat dalam tubuh CIA. Dan jawabannya adalah yang kedua. 

Aldrich Ames, si "tikus" yang menciptakan kerusakan parah di tubuh badan intelijen negeri adidaya itu adalah Kepala Cabang Soviet dari grup kontraspionasi Divisi Soviet/Eropa Timur sehingga dengan posisinya ini ia memiliki akses ke Arsip 301 yang memuat seluruh data agen-agen Soviet dan Eropa Timur yang bekerja untuk Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Kegemaran Ames menenggak alkohol dan berfoya-foya membuatnya hampir jatuh bangkrut. Untuk mengatasi masalah keuangannya, Ames tega menghianati institusi, negara, dan rekan-rekannya di CIA dengan merampok isi Arsip 301 untuk diserahkan ke badan intelijen Rusia, KGB. 

Berdasarkan dokumen-dokumen yang dikuras Ames dari Arsip 301, satu persatu agen Soviet yang bekerja untuk Barat mulai ditangkap dan dijatuhi hukuman. Ada yang dihukum mati, ada pula yang dikirim ke kamp kerja paksa, hanya beberapa yang disiksa secara mental dengan tetap menahannya di sel penjara dan dipaksa memakan kotorannya sendiri hingga akhirnya kehilangan kewarasannya. Komandan interogator yang menyiksa dan membunuh para agen Soviet yang dikhianati Ames itu adalah Anatoli Grishin yang kala itu bekerja di Direktorat Jenderal Dua KGB yang terkenal kejam dan bengis.

Meski satu persatu agen-agen Soviet yang bekerja untuk negara-negara Barat mulai lenyap tak berbekas tapi agen-agen milik Monk masih memancarkan sinar kehidupan, karena Monk yang suka melanggar aturan, tak pernah menyimpan data mereka ke dalam Arsip 301 sebagaimana seharusnya, karena itu Ames tak pernah menemukan agen-agen yang direkrut Monk tersebut. Arsip-arsip berisi data agen-agennya disimpan dalam lemari di ruangan atasannya, Carey Jordan. 

Namun keadaan ini tak berlangsung lama. Saat Carey Jordan, pelindung Monk selama ini tersandung kasus politis yang menyebabkannya diberhentikan dari posisinya di CIA, maka oleh penggantinya, arsip berisi data agen-agen Monk pun dipindahkan ke tempat yang seharusnya, Arsip 301. Tak butuh waktu lama, Ames berhasil mendapatkan dokumen-dokumen berisi data agen-agen Monk yang lalu diserahkannya ke KGB. Anatoli Grishin yang sudah lama penasaran dengan aset milik Monk ini gembira bukan kepalang saat akhirnya mendapatkan data agen-agen milik Monk. 

Satu persatu agen-agen Monk diinterogasi. Solomin, Kruglov, dan Profesor Blinov diinterogasi langsung oleh Grishin. Dan saat menginterogasi mereka ini, timbul rasa benci di hatinya pada orang bernama Jason Monk. Karena ternyata selama ini Jason Monk sudah tiga kali masuk ke dalam wilayah Soviet, menemui ketiga agennya ini tanpa diketahui sama sekali. Ia merasa marah karena berhasil dipecundangi Monk. Berkali-kali Jason Monk masuk ke daerah kekuasaannya, melakukan pertemuan dengan agen-agennya, yang dianggap Grishin sebagai pengkhianat, tapi berhasil melenggang kembali ke negerinya dengan selamat. Saat ketiga Solomin, Kruglov, dan Blinov membeberkan di depan panel pemeriksa informasi apa saja yang telah mereka bocorkan, semua orang KGB itu pucat pasi, karena informasi yang mereka berikan mampu menghancurkan rezim Soviet. Dan hal ini membuat Grishin makin muak dan benci pada seorang Amerika Serikat bernama Jason Monk.

Ketiga agen Monk ditembak mati. Yang paling pertama Kruglov, lalu Profesor Blinov dan terakhir si prajurit Siberia, sang pemburu, Kolonel Pyotr Solomin. Dengan seluruh harga diri dan keyakinannya bahwa ia melakukan hal yang benar, Solomin menengadahkan kepalanya menatap langit, dan saat laras senapan menempel di belakang kepalanya, ia mengulurkan tangan kirinya ke arah Kolonel Grishin yang menatapnya dengan pandangan benci, jari tengahnya menunjuk kaku ke atas, saat itulah Grishin berteriak memberi perintah menembak. Saat Solomin mengarahkan jari tangan kirinya ke arah Kolonel Grishin, tampak sebentuk cincin Navajo berwarna biru dan keperakan di jari Solomin, cincin itu adalah hadiah dari Monk untuk si prajurit Siberia. Setelah Solomin tewas, Grishin mengambil cincin itu dan mengenakannya. 

Di Langley, Monk mulai panik karena tiga agennya, Orion, Delphi, dan Pegasus tiba-tiba lenyap tak berbekas. Ia terus meracau mengungkapkan keyakinannya bahwa ada "tikus" pengkhianat di dalam CIA tapi tak ada yang mau mempedulikannya. Semua prihatin padanya yang secara mendadak kehilangan tiga agennya sekaligus tapi mereka terlalu takut untuk mempercayai Monk, karena bagaimanapun mereka harus saling percaya satu sama lain, dan tuduhan adanya pengkhianat dalam tubuh badan intelijen sebesar CIA terlalu mengerikan karena bila tuduhan itu benar adanya artinya adalah mimpi buruk.

Dengan kematian tiga agennya, kini Monk hanya memiliki Turkin yang masih mengisi posisinya sebagai Kepala seluruh Direktorat K di Jerman Timur. Sebagai kepala kontraspionase, Turkin mencium ada sesuatu yang tak beres. Ia meminta Monk agar datang menemuinya di Berlin Timur. Meski berbahaya, Monk menyanggupi permintaan Turkin. Sementara itu, perburuan besar-besaran dikerahkan untuk menangkap aset Monk yang terakhir, Lysander alias Nikolai Turkin. 

Perburuan ini dipimpin langsung oleh Anatoli Grishin yang merasa geram pada Monk dan bersumpah bila sampai Monk menginjakkan lagi kakinya di wilayah Soviet maka ia sendiri yang akan menangkap dan menyiksa Monk. Dan kini Monk ada di wilayah Berlin Timur, menyamar sebagai penyemir sepatu sambil berbincang-bincang secara tak kentara dengan Turkin. Dalam kesempatan itu Turkin mengungkapkan pada Monk, ia mendapat informasi secara tak sengaja bahwa di tubuh CIA ada pengkhianat yang membuat Moscow pesta pora melakukan penangkapan besar-besaran atas satu orang di Kementrian Pertahanan dan satu orang lagi di Kementrian Luar Negeri. Turkin sama sekali tak mengenal Solomin dan Kruglov tapi Monk tahu yang dimaksud Turkin itu adalah Solomon dan Kruglov. Informasi dari Turkin membuat Monk pucat pasi karena semuanya bertepatan dengan menghilangnya agen Orion dan Delphi yang mendadak. Diliputi kekhawatiran akan kehilangan satu-satunya agennya yang tersisa; bagaimanapun Monk sudah menganggap Turkin sebagai sahabatnya, Monk mendesak Turkin agar segera menyeberang ke Berlin Barat, tapi Turkin mengkhawatirkan istri dan anaknya yang masih berada di Soviet. Maka Monk menganjurkan agar Turkin segera saja memanggil istri dan anaknya, Yuri agar datang ke Berlin. Dan bila mereka sudah menyeberang, Monk berjanji, ia sendiri yang akan mengurus Turkin dan keluarganya. Mereka sepakat dan lalu berpisah. Tapi baru saja beberapa langkah, mendadak Grishin dan pasukannya datang menyerbu dan menangkap Turkin di depan mata Monk yang hanya bisa terpana tak berdaya melihat sahabatnya dibawa pergi. 

Tak seperti Ames yang mengkhianati negara dan lembaga tempatnya bekerja demi tumpukan uang yang memungkinkannya untuk terus menjalani hobinya minum minuman keras dan berfoya-foya, agen-agen Soviet yang direkrut Monk melakukannya bukan demi materi. 

Turkin bersedia direkrut Monk karena ia ingin memberikan negeri yang jauh lebih baik bagi Yuri, putranya, negeri yang dibebaskan dari rasa curiga berlebih dan setulusnya membantu warganya yang kesulitan. Pertama kali Turkin bertemu dengan Monk saat ia ditugaskan di Nairobi, Kenya. Waktu itu jabatan yang disandang Turkin belum terlalu tinggi. Saat di Afrika ini, Yuri, putra Turkin yang kala itu baru berumur lima tahun terkena melioidosis, salah satu varian malaria yang jarang terjadi di Afrika tapi banyak ditemui di Asia Tenggara. Amerika Serikat mengenal penyakit ini saat Perang Vietnam dan membuat antibiotik untuk mengatasi penyakit ini tapi di Rusia belum ada antibiotik untuk penyakit jenis ini. Soviet melarang keras warganya untuk mendapat bantuan dari Barat sementara antibiotik yang dimiliki Soviet hanya mampu membuat nyawa Yuri, anaknya bertahan selama sebulan saja. Dalam keadaan putus asa dan marah pada sikap kaku pemerintahnya, Turkin bertemu Monk yang diam-diam mencari antibiotik untuk melioidosis dan memberikannya pada Turkin. Nyawa Yuri berhasil diselamatkan tapi kejadian ini membuat Turkin ingin menghancurkan sistem di negaranya dan cara yang ditempuhnya adalah bekerjasama dengan CIA tempat Monk bernaung.

Alasan Solomin bersedia direkrut oleh Monk pun hampir serupa dengan Turkin. Sebagai prajurit Siberia dari suku Udegey yang termasuk ras Asia dan karenanya ia sering mendapat perlakuan rasialis. Tapi yang membuat Solomin marah dan muak adalah perilaku koruptif para pejabat negara dan partai. Sementara rakyatnya hidup berkekurangan, para pejabatnya malah hidup berkelimpahan dengan menggunakan uang rakyat. 

Kruglov mungkin satu-satunya di antara agen-agen rekrutan Monk yang mendapat sedikit materi tapi bertahun-tahun lamanya sebagai diplomat Soviet, ia hidup di jalur lurus, sehingga tak seperti rekan-rekannya yang mampu membeli apartemen mewah, ia bahkan tak mampu membeli sebuah apartemen sederhana sekalipun. Berkat Monk, ia akhirnya bisa membeli sebuah apartemen sederhana seperti impiannya. Tapi alasan utamanya bersedia direkrut Monk adalah karena ia ingin Perang Dingin segera usai sehingga ia bisa hidup di negeri yang damai. 

Terakhir Profesor Blinov. Keadaannya sedikit rumit. Sebagai ilmuwan ia hidup terisolasi di sebuah kota yang dijaga ketat. Ia memiliki istri, ia bahagia dengan pernikahannya tapi sayangnya mereka tak dikaruniai anak. Suatu hari dalam suatu liburan, Blinov bertemu dengan seorang wanita keturunan Yahudi, Yevgenia Rozina. Mereka terlibat affair, namun walau Blinov mencintai Rozina, ia tak sampai hati menceraikan istrinya. Mereka berpisah secara baik-baik, Rozina lalu hijrah sebagai imigran gelap di Amerika Serikat. Blinov tak tahu saat berpisah dengannya, Rozina tengah mengandung anaknya. Rozina menamai anaknya Ivan Ivanovich Blinov yang artinya Ivan Putra-Ivan. Monk mengetahui hal ini dan bersedia membantu Blinov yang kini sudah menduda karena istrinya sudah meninggal dunia, untuk menyeberang ke Amerika Serikat dan hidup damai bersama Rozina dan Ivan, putra mereka, tapi Monk meminta Blinov bertahan dulu di Soviet selama dua tahun untuk memberikan informasi yang dibutuhkan negara-negara Barat.

Setelah Turkin ditangkap, Monk kembali ke Amerika bagai singa gunung yang terbakar ekornya. Ia terus mengungkapkan keyakinannya bahwa ada cecunguk tingkat tinggi di CIA. Tapi tak banyak yang menghiraukannya. Di kemudian hari keyakinan Monk itu terbukti. Aldrich Ames tertangkap tapi kerusakan akibat perbuatannya sudah tak bisa lagi diperbaiki. Ratusan agen sudah dijatuhi hukuman mati tanpa melalui proses pengadilan. Dan agen-agen terbaik milik Monk juga sudah tewas. Suatu hari Monk mendapat surat dari Turkin. Dalam suratnya Turkin menceritakan pada Monk, sahabatnya bahwa ia dikirim ke kamp kerja paksa paling kejam yang membuat rambut dan giginya rontok, tubuhnya dipenuhi kutu. Saat menulis surat itu Turkin mengatakan bahwa usianya takkan lama lagi, dan dalam surat itu Turkin mengungkapkan bahwa ia tak pernah menyesali perbuatannya karena ia menganggap rezim di negerinya sangat bengis. Bahkan di akhir suratnya ia memanggil Monk sebagai sahabatnya dan merasa bahwa Yuri, putranya, berhutang nyawa pada Monk. Usai membaca surat ini Monk menangis. Ia mendatangi rumah Ken Mulgrew, sahabat Ames yang selalu melindunginya sehingga membuat Ames melakukan kerusakan sedemikian hebatnya. Monk menghajar Mulgrew sebanyak empat kali, masing-masing untuk keempat agennya yang harus mati sia-sia. Setelah itu Monk mengundurkan diri dari CIA dan pergi ke Kepulauan Karibia, membeli sebuah perahu kecil dan menyewakannya untuk turis yang ingin memancing di tengah laut. Monk membuang kehidupan masa lalunya dan bersumpah tak ingin lagi menginjak tanah Rusia.

Monk memang sudah bersumpah tak ingin lagi menginjakkan kakinya di Rusia, tapi Sir Nigel Irvine, sang mantan Chief SIS, badan intelijen Inggris, setelah mendengar kisahnya dari Carey Jordan, kenalannya yang mantan Direktur Deputi Operasional CIA dan mantan atasan Monk itu, ia yakin bahwa Monk adalah orang yang cocok untuk mengemban tugas mendestabilisasi Igor Komarov. Irvine punya sesuatu yang ia yakin akan membuat Monk mau melakukan tugas ini. Anatoli Grishin. 

Monk memiliki dendam pribadi dengan Grishin karena itu Irvine yakin bila Monk mendengar nama Anatoli Grishin ini, Monk tidak akan menolaknya. Dan dugaannya memang benar. Saat ia mengungkapkan bahwa begitu Igor Komarov benar-benar terpilih menjadi Presiden, ia pasti akan menjalankan rencana gilanya seperti yang tercantum dalam Manifesto Hitam, dan Anatoli Grishin-lah yang akan menjadi algojonya. Ia yang akan menjalankan teror itu. Demi mendengar nama Anatoli Grishin minat Monk pun bangkit. 

Berbagai persiapan dilakukan. Dan pada saatnya, Monk akhirnya kembali menginjakkan kakinya di Rusia dan membawa Manifesto Hitam Komarov kembali ke Rusia. 

Di masa lalu Monk pernah menyelamatkan nyawa seorang Chechnya bernama Umar Gunayev yang kini menjadi salah satu pemimpin kelompok bawah tanah yang sangat berpengaruh. Setibanya di Moskow, ia datang bukan sekadar untuk menagih hutang nyawa itu tapi menurut Manifesto Hitam Komarov, suku Chechnya yang minoritas termasuk kelompok yang akan dihancurkan Komarov dan Grishin, karena itu Umar Gunayev menjadi bagian dari sedikit orang yang membaca Manifesto Hitam Komarov. Walau ragu tapi ia tak punya pilihan selain memberikan apa yang Monk inginkan. Perlindungan. Dengan perlindungan dari kelompok Chechnya, Monk bisa bergerak cepat menggalang kekuatan guna menghancurkan Igor Komarov. 

Ada tiga kelompok yang disebut-sebut Komarov dalam Manifesto Hitamnya yang akan dihancurkan. Gereja, kelompok minoritas di antaranya Yahudi dan suku Chechnya, dan tentara. Dan kepada tiga kelompok ini, Monk membangun kekuatan guna menghancurkan Komarov. Namun masalahnya ia harus berkejaran dengan waktu. Pemilu akan segera dilaksanakan, dan menurut jajak pendapat nama Igor Komarov selalu meraja di urutan teratas. 

Seperti Monk, rupanya Anatoli Grishin pun belum melupakan nama Jason Monk. Saat menginterogasi Turkin, ia baru tahu kalau ternyata saat itu Monk juga ada di sana dan melakukan kontak terakhirnya dengan Turkin. Hal ini membuatnya makin membenci Monk. Kini saat ia mendengar Monk kembali datang ke daerah kekuasaannya, ia bertekad takkan lagi membiarkan Monk pergi dengan selamat. Tapi masalahnya, meski ia telah mengerahkan anak buahnya tapi tetap saja sosok Monk tak bisa ditemukan.

Catatan: Novel ini merupakan salah satu novel favoritku. Bila aku harus menulis list novel terbaik sepanjang masa, maka bisa dipastikan novel The Icon karya Frederick Forsyth ini akan berada di urutan lima besar. Sudah berkali-kali aku membaca ulang novel ini tapi setiap kali aku membacanya, setiap kali itu pula aku terpesona dengan kepiawaian Forsyth yang memang lihai meramu kisah spionase penuh bumbu intrik kontraspionase lintas negara diselipi beberapa fakta sejarah murni berpadu dengan kisah fiktif rekaannya dengan latar belakang Perang Dingin. Dan berkali-kali aku membaca ulang novel ini, tak bisa tidak, aku selalu menangis di bagian Monk membaca surat Turkin yang dikirimkannya secara sembunyi-sembunyi dari kamp kerja paksa.

Bagian favoritku dari novel ini adalah saat Monk menghajar Ken Mulgrew sebanyak empat kali, masing-masing untuk keempat agennya. Empat orang agen yang luar biasa. Empat orang sahabatnya. 

Bagian favoritku lainnya adalah bagian di mana Monk berhadapan langsung dengan Anatoli Grishin dan berhasil mengambil kembali cincin Navajo berwarna biru dan keperakan dari jazad Grishin. Cincin itu adalah cincin yang sama yang pernah ia berikan pada Pyotr Solomin, di sebuah bangku taman di Yalta tapi kemudian Grishin mencurinya dari tangan si prajurit Siberia, si Pemburu Pemberani dari suku Udegey yang telah tewas ditembak mati oleh bawahan Grishin di halaman penjara Lefortovo.

Kata pengkhianat memang memiliki dua sisi. Bagi Amerika Serikat, Ames adalah pengkhianat hina. Monk begitu membenci Ames yang telah menyebabkan keempat agennya yang baginya adalah empat orang sahabatnya tewas karena keserakahan Ames. Sementara Grishin pun sangat membenci agen-agen Soviet yang mau bekerja sama dengan CIA mengirimkan informasi yang bisa menghancurkan negeri mereka sendiri. Dan bagi Grishin mereka adalah pengkhianat hina yang pantas dikirim ke neraka. Namun menarik disimak analisa perbedaan antara mereka yang dianggap sebagai pengkhianat Soviet dengan pengkhianat Amerika Serikat seperti yang tertera di halaman 228:

Seperti semua orang di Langley, Monk tidak pernah terpikir untuk membandingkan antara mereka yang bekerja melawan rezim Soviet dengan pengkhianat Amerika. Seorang pengkhianat Amerika mengkhianati seluruh rakyat Amerika dan pemerintahnya yang dipilih secara demokratis. Kalau tertangkap, ia akan mendapat perlakuan manusiawi, pengadilan yang adil, dan pengacara terbaik yang bisa didapatnya.

Sedangkan orang Rusia yang melawan rezim Soviet akan melawan Rezim yang mewakili tidak lebih dari sepuluh persen populasi yang menindas sembilan puluh persen sisanya. Kalau tertangkap ia akan disiksa dan ditembak tanpa melewati proses pengadilan, atau dibuang ke kamp kerja paksa.

Tidak ada komentar: