Total Tayangan Halaman

Translate

Kamis, 24 Maret 2011

Agatha Christie = Sang Ratu Cerita Misteri

Bagi yang suka membaca cerita-cerita detektif pastinya tak asing dengan nama Agatha Christie sang pencipta tokoh detektif jenius, Hercule Poirot, yang kecerdasannya setara dengan Sherlock Holmes, detektif kondang ciptaan Sir Arthur Conan Doyle. Seperti Holmes yang dalam melakukan penyelidikannya amat memperhatikan setiap detil betapapun itu terkesan remeh, begitu pula dengan Poirot. Kesamaan lainnya dari kedua tokoh detektif ini adalah keduanya memiliki seorang sahabat yang kerap dihubunginya lewat surat dan keduanya acap kali memanggil sahabat mereka dalam surat dengan sebutan kesayangan dalam bahasa Perancis, "Ma Cherie." Yang paling kuingat dari kata-kata Hercule Poirot adalah: "Gunakanlah sel-sel kelabu (maksudnya otak)-mu yang kecil."

Selain Poirot tokoh detektif terkenal lainnya karya rekaan Agatha Christie adalah Miss Jane Marple, seorang wanita tua yang seperti Poirot dan Holmes memiliki kejeniusan dalam mengungkap kasus pembunuhan yang paling pelik sekalipun berkat ketelitian dan kejeliannya dalam mengumpulkan setiap fakta dan detil yang paling remeh sekalipun yang bisa mengantarkannya menuju si pelaku.

Dalam cerita-cerita misteri karangan Agatha Christie ini meski ia selalu memaparkan setiap fakta dan detil yang bisa mengantarkan pembacanya kepada si pelaku pembunuhan tapi karena begitu rumitnya pemaparan Christie kerap para pembaca malah kecele dengan akhir ceritanya dan tak jarang pula salah menebak pelaku pembunuhannya.

Kehidupan Agatha Christie secara pribadi pun sebenarnya tak kalah peliknya dengan kisah-kisah misteri fiktif rekaannya. 

Agatha Christie terlahir dengan nama Agatha Mary Clarissa Miller pada tanggal 15 September 1890 di Torquay, Devon, Inggris. Ibunya, Clarissa Margaret Boehmer merupakan putri dari Kapten Angkatan Bersenjata Inggris tapi saat ia masih kecil ia dikirim untuk tinggal bersama saudara kandung ibunya yang merupakan istri kedua dari seorang Amerika yang kaya raya. Margaret kemudian menikah dengan Frederick Alvah Miller yang merupakan putra ayah tirinya sendiri dari pernikahan pertamanya. Frederick adalah seorang pialang saham Amerika.

Agatha sendiri merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Kakaknya yang tertua bernama Margaret Frary Miller (1879-1950) atau yang kerap dipanggil Madge berusia 11 tahun lebih tua dari Agatha sementara kakak kedua Agatha bernama Louis Montant Miller (1880-1929) yang memiliki nama panggilan Monty ini 10 tahun lebih tua dari Agatha. Dalam sebuah autobiografi-nya, Agatha menyebut kakak laki-lakinya ini sebagai "anak nakal yang ramah."

Saat Perang Dunia kedua, Agatha ikut sebagai tenaga sukarelawan dan menjadi perawat. Agatha sendiri amat menyukai profesi barunya ini. Agatha kemudian dipekerjakan di bagian farmasi di rumah sakit University College di London. Di sinilah Agatha mempelajari berbagai macam jenis racun yang kerap digunakannya sebagai alat pembunuhan dalam kisah-kisah fiktifnya seperti thallium yang diperkenalkan padanya oleh Kepala Bagian Farmasi, Harold Davies (belakangan ia diangkat menjadi Kepala Farmasi di Kementerian Kesehatan Inggris). Dalam sebuah novelnya yang berjudul The Pale Horse (terbit pada 1961), di situ Agatha menuliskan sejumlah petunjuk atas kematian korban fiktifnya. Salah satu petunjuknya adalah si korban mengalami kebotakan. Ia menggambarkannya sedemikian akurat yang mana hal ini merupakan deskripsi atas dampak dari racun thallium.

Pada malam natal 1914 Agatha menikah dengan Kolonel Archibald Christie, seorang pilot di Royal Flying Corps. Namun meski mereka telah dianugrahi seorang putri, Rosalind Hicks yang dilahirkan Agatha pada tahun 1919, sayangnya pernikahan mereka akhirnya harus berakhir dengan perceraian pada tahun 1928 karena suami Agatha berselingkuh.

Dua tahun sebelum perceraiannya, Agatha mendapati suaminya memiliki affair dengan wanita lain. Salah satu karya fiksi misteri-nya yang berjudul The Mysterious Affair at Styles terbit pada tahun 1920 saat ia masih bersama suami pertamanya ini. Selama pernikahannya dengan Christie ini Agatha telah menerbitkan 6 novel, sebuah koleksi cerita pendek dan beberapa cerita pendek di majalah.

Pada tahun 1926 suami Agatha mengatakan pada Agatha bahwa ia mencintai wanita lain bernama Nancy Neele dan ia ingin bercerai dengan Agatha. Tentu saja hal ini membuat Agatha amat terluka. Pada bulan Desember 1926 pasangan ini pun akhirnya memutuskan berpisah namun belum bercerai. Archie meninggalkan rumah mereka, Styles di Sunningdale, Berkshire dan memilih tinggal bersama selingkuhannya di Godalming, Surrey. 

Sorenya setelah suaminya memutuskan pergi meninggalkannya dan memilih bersama kekasih gelapnya, Agatha menghilang dari rumahnya dan hanya meninggalkan secarik surat pada sekretarisnya yang isinya mengatakan bahwa ia pergi ke Yorkshire. Tentu saja berita menghilangnya Agatha ini menyebabkan kesedihan di kalangan para penggemarnya terlebih Agatha tak berhasil ditemukan di mana-mana dan telah menghilang selama 11 hari.

Pencarian besar-besaran pun dilakukan dan pada tanggal 19 Desember 1926 Agatha ditemukan menginap di Hotel Swan Hydropathic (kini bernama The Old Swan Hotel) di Harogate, Yorkshire namun ia mendaftar dengan nama Mrs. Teresa Neele dari Cape Town. Kabarnya saat itu Agatha mengalami hilang ingatan yang diakibatkan oleh perpisahan dengan suaminya sehingga menimbulkan depresi berat atas Agatha karena tekanan emosional bertubi-tubi yang dialaminya. Sebelum pengakuan perselingkuhan suaminya yang kemudian memilih meninggalkan Agatha, setahun sebelum itu Agatha pun mengalami kesedihan akibat kematian ibunya sehingga hal ini ditengarai memicu beban psikologi yang amat berat bagi Agatha.

Namun sebagian publik bereaksi negatif atas insiden menghilangnya Agatha ini dan tak sedikit yang meyakini bahwa Agatha sengaja menghilang untuk membuat polisi menganggap bahwa ia dibunuh oleh suaminya. Hal ini makin diperkuat oleh Jared Cade yang menuliskan berita lenyapnya Agatha Christie dan berdasarkan hasil wawancaranya dengan sejumlah saksi ia menemukan bukti bahwa Agatha memang telah berencana menghilangkan dirinya sendiri untuk mempermalukan suaminya namun Agatha tak pernah mengira bahwa hal itu bisa menciptakan melodrama yang sampai sedemikian besarnya.

Usai pernikahan pertamanya yang tak bahagia dan terpaksa kandas, Agatha akhirnya kembali menemukan cintanya pada seorang arkeolog bernama Max Mallowan. Mereka menikah pada tahun 1930 setelah Agatha bergabung dalam sebuah ekspedisi penggalian situs arkeologi bersama Max. Perjalanan arkeologi yang dialaminya bersama Max kerap menjadi latar belakang beberapa setting lokasi untuk novel-novel Agatha yang mengambil tempat di daerah Timur Tengah seperti salah satu novelnya yang berjudul Murder on the Orient Express yang diterbitkan pada tahun 1934 ini ditulis Agatha di kamar hotelnya di Hotel Pera Palace di Istanbul, Turki. 

Selain itu Agatha pun pernah menulis novel yang berjudul And Then There Were None yang mengambil setting lokasi di sekitar Torquay, tempat di mana Agatha dilahirkan. Lokasi yang juga kerap digunakan Agatha sebagai setting novelnya adalah Abney Hall di Cheshire. Abney Hall sebenarnya merupakan rumah milik ipar Agatha, James Watts namun Agatha sering tinggal di sini dan kabarnya Agatha sangat menyukai tempat ini sehingga rumah ini menjadi inspirasi terbesarnya untuk cerita mengenai kehidupan di daerah pedesaan dengan para pelayan dan tukang kebun yang kerap dimasukkannya ke dalam plot ceritanya. Setidaknya ada dua novelnya yang berdasarkan lokasi di Abney Hall yaitu sebuah cerpen berjudul The Adventure of the Christmas Pudding dan sebuah novel berjudul After The Funeral

Beberapa novelnya yang lain pun memiliki deskripsi Abney dalam berbagai bentuk seperti cerobong asap atau bebatuan gerbang dalam berbagai novel-novel misteri Agatha lainnya. 

Max Mallowan, suami kedua Agatha mendapatkan gelar kebangsawanan atas hasil kerja arkeologinya pada tahun 1968. Tiga tahun kemudian Agatha pun menerima gelar kebangsawanan dari Kerajaan Inggris sehingga menjadikan pasangan ini salah satu dari sedikit sekali pasangan menikah yang mana keduanya menerima gelar kebangsawanan. Agatha pun resmi menyandang gelar Lady Agatha Mallowan walaupun sebenarnya sejak tahun 1968 ketika suaminya, Sir Max Mallowan mendapat gelar kebangsawanan maka sejak itu Agatha juga kerap dipanggil dengan gelar Lady Mallowan.

Pada tahun 1971 kesehatan Agatha makin menurun namun ia tetap melanjutkan menulis. Pada tahun 1975 Agatha mulai menyadari kondisinya yang semakin lemah sehingga Agatha pun menulis wasiat yang isinya menyerahkan hak cipta atas karya dramanya yang paling sukses, The Mousetrap kepada cucunya. Belakangan peneliti dari Kanada menyimpulkan bahwa Agatha kemungkinan saat itu mulai menderita Alzheimer atau kemunduran ingatan. 

Pada tanggal 12 Januari 1976 Agatha menghembuskan nafas terakhirnya di Wallington, Oxfordshire, Inggris. Selain menulis novel-novel misteri, Agatha juga menulis beberapa kisah roman namun dengan menggunakan nama samaran Mary Westmacott. 

Novel-novel misteri Agatha Christie kabarnya telah diterjemahkan ke dalam 103 bahasa. Tokoh Hercule Poirot sendiri diperkenalkan Agatha Christrie pada publik pertama kali lewat novelnya yang diterbitkan pada tahun 1920 berjudul The Mysterious Affair at Styles (Pembunuhan di Styles). Sementara tokoh Miss Jane Marple pertama kali diperkenalkan Agatha pada tahun 1930 dalam novelnya yang berjudul The Murder at The Vicarage (Pembunuhan di Wisma Pendeta) namun sebelumnya Agatha sudah memunculkan tokoh Miss Jane Marple ini dalam cerpennya yang berjudul The Tuesday Night Club pada tahun 1927. Tokoh ini ditulisnya berdasarkan wanita-wanita tua seperti nenek Agatha dan teman-teman neneknya.

Selasa, 22 Maret 2011

Schumacher : I Never Regret To Return

Setelah melewati masa suram pada tahun pertama kehadirannya kembali di F1 tentu saja banyak yang menganggap Michael melakukan blunder dengan memutuskan kembali ke F1. Tak sedikit yang bahkan mempertanyakan apa yang sebenarnya ada di benak Michael saat ia dipecundangi tanpa ampun oleh junior-juniornya dan bahkan sang juara dunia tujuh kali yang biasanya berhasil melumat rekan-rekan setimnya, tahun lalu, pada tahun pertama kembalinya ia ke F1, ia hanya bisa tersenyum getir ketika rekan setimnya yang jauh lebih muda berhasil membuatnya bertekuk lutut. Nico Rosberg menjadi satu-satunya rekan setim Michael Schumacher yang berhasil membuat juara dunia tujuh kali ini tak berdaya.

Penampilan buruk Michael tahun lalu memang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jangan salahkan Michael bila tahun lalu ia tampil buruk. Jangan pula ragukan kemampuannya meski tahun lalu ia harus terlihat seperti macan ompong saat habis-habisan dipecundangi oleh junior-juniornya termasuk oleh rekan setimnya sendiri.

Tahun lalu memang bukanlah tahun yang berkesan bagi Michael. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga. Agaknya pepatah ini tepat adanya. Hanya karena penampilan buruknya tahun lalu, maka seolah tahun-tahun kegemilangan Michael Schumacher seperti tak berarti. Walau mengalami musim yang paling buruk dalam karir balap F1-nya, namun jangan pernah meragukan motivasi Michael dalam membalap.

Sabine Kehm, juru bicara Michael Schumacher mengatakan, "Michael is totally motivated and will always give more for Mercedes and F1." Mengenai masalah usianya yang sudah menginjak kepala empat sehingga muncul anggapan Michael takkan bisa kembali ke masa puncak performanya, hal ini dengan tegas langsung dibantah oleh dokter pribadinya, Johannes Peil. "Michael is so fit, he could still be driving at 50," tegas sang dokter. Sekadar catatan, Michael bukanlah pebalap tertua yang pernah membalap di F1 meski tahun ini ia telah menginjak usia 42 tahun. Juan Manuel Fangio tercatat berusia 46 tahun lebih 1 bulan 11 hari ketika ia meraih gelar dunia kelimanya pada tahun 1957 sementara juara dunia F1 yang pertama, Giuseppe Farina juga meraih gelar dunianya saat usianya tak lagi terbilang muda. Tatkala ia meraih gelar dunia pada tahun 1950, pebalap Italia ini berumur 43 tahun lebih 10 bulan 3 hari. Dan rekor pebalap F1 tertua hingga saat ini dipegang oleh Louis Chiron. Pebalap Perancis ini berumur 55 tahun lebih 9 bulan saat ia turun di GP Monaco 1955.

Tahun lalu memang bagaikan mimpi buruk tak berujung bagi Michael. Namun untungnya setiap mimpi akhirnya memiliki tepi. Setahun telah berlalu. Kini musim balap 2011 akan segera dimulai. Michael dan Mercedes pun berharap bisa mengakhiri mimpi buruk mereka di tahun 2010 lalu dan merajut mimpi baru yang lebih indah.

Musim balap 2011 memang belum dimulai. Tapi penampilan Michael di sesi akhir ujicoba musim dingin di Barcelona pada dua minggu lalu telah menghembuskan harapan bagi juara dunia tujuh kali ini untuk memperlihatkan kembali bakatnya yang luar biasa. Paket baru MGP W02 berhasil tampil mengesankan sehingga mengembalikan keyakinan diri Michael. Terlebih Michael berhasil mencatat waktu tercepat dengan paket mobil terbarunya di hari terakhir sesi ujicoba di atas trek kering. Sehari kemudian rekan setim Michael, Nico Rosberg pun tampil gemilang dengan mencatat waktu tercepat dalam kondisi sirkuit yang basah oleh hujan. Hal ini memperlihatkan kemampuan paket baru Mercedes yang tampaknya bisa tampil cepat baik di atas trek kering maupun basah.

Atas penampilan paket terbaru W02 yang dikirimkan tim Mercedes GP dari markas mereka di Brackley, Inggris ke Barcelona, Spanyol menjelang hari-hari terakhir ujicoba agar bisa dites sebelum balapan pertama dimulai di Australia, Schumacher optimis bisa memenangi balapan di tahun ini bila menilik penampilan paket terbaru mobilnya di sesi ujicoba meski ia menyatakan gambaran kekuatan seluruh tim baru bisa dilihat sepenuhnya saat balapan dimulai nanti. Namun berdasarkan hasil yang telah diperlihatkan oleh paket terbaru W02 pada sesi ujicoba yang lalu ini tak pelak telah memberikan kepercayaan diri kepada pebalap kawakan ini. "My feeling is a good one," kata Schumacher saat ditanya mengenai paket mobilnya yang baru. "The team has been working very hard over the winter to shape our car in all of the areas which had been identified by us as needing improvement."

Michael juga menambahkan meski data selama tes musim dingin mengesankan namun data di sesi ujicoba dan di balapan bisa jadi berbeda. "As driver, you obviously hope for a good step forward and I think this is what we have achieved," ujar pebalap yang telah menorehkan begitu banyak rekor dalam sejarah F1 ini. Meski begitu Michael merasa yakin timnya bisa berkompetisi untuk meraih podium. "I am hopeful we can fight for victories at soon at the races," harap ayah dua anak ini. "Saying that, we will only see the truth once the season gets underway, so I can't hardly wait to go to Melbourne to finally see what the real picture is," imbuhnya lagi. Yang jelas walaupun masih terlalu sulit untuk menilai namun Michael mengaku puas atas kerja keras timnya. "As I said, it is difficult to predict, but I am happy with all the work that we have conducted so far."

Saat ditanya mengenai perasaannya mengenai tahun ini dibandingkan dengan penampilannya pada tahun lalu, Michael menegaskan bahwa tahun ini sangat berbeda. Kini di tahun keduanya bersama Mercedes, ia telah lebih mengenal timnya dan sangat mengagumi orang-orang berbakat di timnya yang dinilainya merupakan orang-orang yang berdedikasi. "Last year everything was new again; the testing situation, the car, the team, the structures. It was very exciting but it was still something you had to find your way through." 

"Now, one year later, I know much better which areas to work in. I am much familiar with the team and we have a great group of very skilled and dedicated people."
Michael sendiri sepertinya sudah mulai bosan dengan pertanyaan media mengenai keputusannya kembali ke F1 sehingga pada beberapa hari lalu dalam wawancaranya dengan situs resmi tim Mercedes GP, sang juara dunia tujuh kali ini menegaskan bahwa ia tak pernah menyesal dengan keputusannya kembali ke F1 bahkan sebelum pertanyaan ini sempat diutarakan oleh sang pewawancara. "I enjoy what I do, I enjoy working with Mercedes, and I have never regretted my decision to return.... if that is what you wanted to ask next!," tegas sang juara dunia tujuh kali ini.
Mengenai pengaruh penggunaan sistem KERS dan RFA Michael menjawab sistem ini mungkin saja akan memberikan pengaruh namun tidak serta merta membuat overtaking akan lebih mudah bila tak berada di posisi dan waktu yang tepat. "From what I have seen so far, these system can have an impact, but just not to the extend that you push a button and overtake easily. You still have to be in the right position and have to catch the right moment to find an advantage out of the new possibilities. Only during the races will we be able to understand fully if they work to our complete understanding and satisfaction."

Soal ban yang sempat dianggap Michael merupakan salah satu faktor buruknya penampilannya pada tahun lalu. Tahun ini seluruh tim F1 akan menggunakan ban Pirelli yang resmi menjadi pemasok ban F1 mulai tahun ini menggantikan Bridgestone. Saat ditanya mengenai seberapa besar adapatasi yang telah dilakukannya terhadap si kulit bundar hitam dari Pirelli ini, Michael mengatakan, "The tyres are the same for everyone, and I am sure we will all get along with them. Of course, being drivers as sensitive as F1 drivers are, we feel the differences, but this is what is exciting about the change and we are trained to cope with them. The key in my view is finding the right strategy to make the tyres work to their maximum."

Keyakinan Michael atas paket baru Mercedes GP disokong oleh rekan setimnya, Nico Rosberg yang meski mengakui bahwa W02 bukan merupakan mobil tercepat tapi telah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. "We haven't got the fastest car yet but we are going in the right direction. The handling is better, the car has more grip, and is generally more fun to drive," ujar Rosberg. "We certainly looking much better this year and our main target is to improve on our performances from last year. We have a good platform to do that," imbuh Rosberg lagi.

sumber gambar dari: wikipedia

Optimisme Kubu Mercedes GP

Setelah mengalami musim yang sulit pada penampilan debut mereka kembali di F1 sebagai tim utuh, tahun ini Mercedes GP mulai dihinggapi optimisme menghadapi race perdana di Australia pada 27 Maret mendatang. Di sesi-sesi awal pra musim balap 2011 tim ini sempat dihadapi serangkaian kendala yang membuat tim pabrikan Jerman ini pesimis bisa berbicara banyak di musim 2011 ini namun tim ini terus berupaya keras untuk menciptakan paket yang lebih tangguh. Hasilnya kedua pebalap mereka sukses mencatat fastest lap di akhir sesi test di Barcelona.

Michael Schumacher mencatat fastest lap di sesi akhir test di lintasan kering dan esoknya rekan setimnya, Nico Rosberg di atas lintasan basah akibat hujan kembali meniupkan optimisme di kubu Mercedes GP makin tinggi setelah pebalap Jerman ini pun mencatat fastest lap di hari terakhir ujicoba di Barcelona sebelum semua tim bersiap menyambut race perdana di Melbourne, Australia.

Michael sendiri walaupun bersemangat dengan pesatnya pengembangan yang dilakukan Mercedes sehingga membuat W02 lebih tangguh tak seperti di penampilan mereka pada awal-awal sesi ujicoba namun ia tak ingin terlalu takabur. Meski begitu Michael tetap memuji kerja keras timnya dalam melakukan pengembangan sehingga menciptakan mobil yang dianggapnya kini telah siap bersanding dengan tim-tim papan atas lainnya seperti Renault, Ferrari, dan McLaren. Namun Michael mengungkapkan ia ingin menunggu beberapa balapan dulu untuk melihat apakah mobilnya mampu bertarung untuk merebut kemenangan di musim 2011 ini.

"We are going in the right direction. Definitely," ujar Schumacher dalam sebuah wawancara dengan media Jerman pada hari Selasa, pekan lalu. Meski ia mengatakan bahwa mobilnya bukanlah mobil tercepat di musim balap 2011 ini dan melihat Red Bull, sang juara dunia bertahan tetap merupakan tim yang tangguh di musim ini namun ia juga mengakui bahwa Mercedes jauh lebih baik dibanding tahun lalu. "We should be in a good position this year," ujar juara dunia tujuh kali ini namun ia juga menambahkan bahwa meskipun timnya sudah berhasil membuat mobil yang bisa memenangi balapan tapi ia lebih suka menunggu hingga beberapa balapan untuk mengukur kekuatan timnya yang sesungguhnya. "Anyway, with the car we will be able to fight for the top places and that is a good news. The team did a great job," puji pebalap Jerman ini atas kerja keras tim Mercedes.

Hampir senada dengan Michael, rekan setimnya pun mengungkapkan optimismenya akan penampilan tunggangan barunya di tahun ini yang jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Rosberg bahkan menyatakan bahwa paket baru W02 yang telah memberikan harapan segar bagi timnya ini sebagai "giant step forwards."

Begitu pula dengan Ross Brawn, sang bos tim Mercedes GP yang merasa "nervous" atas lompatan besar yang telah diciptakan oleh timnya ini hingga membuatnya sulit untuk tetap tenang. "It was hard to keep calm, and I was constantly reminding the team to stick to the plan. In situations like that, it's tempting to react and waste resources," ujar engineer jenius yang merupakan otak di balik era keemasan Ferrari pada akhir tahun 1990an hingga awal 2000an silam dan telah mengantarkan Michael Schumacher meraih tujuh gelar dunia ini.

Seperti Michael, Brawn pun menyatakan sulit untuk menilai apakah pengembangan yang dilakukan timnya ini sudah cukup atau tidak. Namun Brawn meyakini sistem exhaust seperti yang diadopsi W02 tahun ini akan memberikan dampak yang besar bagi kompetisi F1 musim ini. 

Sebelumnya bersama Brawn GP, Ross Brawn sempat menimbulkan kontroversi di awal debut timnya ini dengan diffuser ganda mereka yang membuat tim ini tampil mendominasi lewat Jenson Button di balapan-balapan awal musim 2009 dan meski belakangan tim-tim lain menyontek double diffuser-nya namun Brawn dan Button sukses meraih gelar dunia pertama mereka di akhir musim 2009 itu. Kini bersama Mercedes GP, Brawn kembali mencoba menggebrak teknologi F1 dengan system exhaust.

Brawn sendiri menyatakan keyakinannya bahwa forward exhaust akan memberikan dampak yang lebih signifikan dibanding double diffuser yang diperkenalkanya pada musim 2009 meski ia yakin sistem exhaust ini takkan menimbulkan kontroversi seperti diffuser ganda karena tak seperti diffuser ganda, Brawn merasa tak ada area abu-abu (grey area) dalam regulasi mengenai design exhaust sehingga ia menganggap hal ini tak akan menimbulkan kontroversi.

Di samping itu Brawn juga mengungkapkan pendapatnya bahwa di F1 yang paling utama adalah keberanian para engineer untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam menginterpretasi aturan regulasi yang ditetapkan. "It is very, very rare for people to cheat in F1 and what all the engineers do, and what I expect my engineers do, is to challenge the boundaries of what you can do. And obviously the double diffuser is one of those boundaries," ujar Brawn.

Bagi Brawn sistem exhaust merupakan ide yang cemerlang namun Brawn belum tahu apakah akan ada masalah dalam aturan regulasi mengenai penggunaan sistem exhaust ini.

Untuk mencapai sukses di F1 melakukan terobosan dalam hal teknologi memang merupakan syarat mutlak. Selain Mercedes tenryata Renault pun tahun ini melakukan inovasi besar dalam hal exhaust exit yang telah diperkenalkan tim pabrikan Perancis ini sejak sesi awal ujicoba musim ini. Tim ini bahkan telah melakukan berbagai macam versi untuk mendukung terobosannya ini selama ujicoba musim dingin tahun ini. Belakangan, McLaren pun kabarnya telah melakukan pengembangan sistem exhaust untuk tunggangan terbaru mereka setelah penampilan tim ini amat buruk di sesi ujicoba dan berharap terobosan mereka pada sistem exhaust dan pengembangan atas floor mobil baru mereka bisa menyelamatkan mereka di race perdana di sirkuit Albert Park, di Australia nanti.

Namun rupanya optimisme Brawn dan dua pebalap Mercedes ini tak senada dengan petinggi Mercedes, Norbert Haugh. Ketika ditanya pendapatnya atas hasil cemerlang dua pebalapnya di akhir sesi ujicoba di Barcelona, dua minggu lalu, Wakil Presiden Mercedes untuk bidang Motorsport ini menyatakan, Schumacher dan Rosberg bukanlah satu-satunya pebalap yang mencatat waktu tercepat di Spanyol."Most drivers during the test in Barcelona practiced a qualifying lap," imbuh Haugh dalam wawancaranya dengan media Jerman, SID. Meski begitu Haugh juga menambahkan bahwa jika saja mereka punya waktu lebih, bukannya tak mungkin paket baru W02 yang baru ditampilkan Mercedes GP di akhir sesi ujicoba bisa tampil lebih meyakinkan. "One or two in the field could probably have gone faster, but probably he (Schumacher) and Rosberg could have as well."

Sebelumnya Haugh juga sempat mengomentari kelangsungan Michael di Mercedes yang menurutnya akan tetap dipertahankannya jika harganya tepat - "if the price is right."- Namun ketika disinggung mengenai komentarnya mengenai "price is right,"-nya ini, Haugh menegaskan bahwa hal ini bukanlah konsumsi publik meskipun ia sadar komentarnya ini menimbulkan perbincangan hangat seputar seberapa besar kesepakatan antara Mercedes dengan Schumacher.

Haugh hanya berkomentar, "Kami sangat puas dengan Michael dan sangat bangga atas bakat dan pengalamannya dan jika ia ingin tetap bertahan di F1 (bersama Mercedes) setelah tahun 2012, tentunya kami dengan senang hati bersedia membicarakan ini dengan dengannya." Di akhir kata ia menegaskan, "We have no doubt that Michael Schumacher is still absolutely competitive."

Hari ini Haugh kembali menegaskan timnya agar tak terlalu meletakkan optimisme yang berlebihan. Baginya Mercedes belum bisa berpuas diri karena balapan memang belum lagi dimulai. Hasil bagus yang dicatat oleh Schumacher dan Rosberg pada sesi akhir ujicoba di Barcelona memang mengesankan namun hal itu dinilainya masih harus dibuktikan di race nanti. 
"We knew that there was something in the pipeline but between knowing and delivering there is always a question mark," kata Haugh kepada Autosport hari in.

Meski Mercedes dianggap bisa menjadi kuda hitam diantara superioritas yang mungkin akan diperlihatkan oleh Red Bull dan Ferrari namun Haugh tak ingin terlalu takabur. Ia bahkan tak ingin menganggap timnya sebagai favorit. Ia hanya berharap timnya bisa melakukan pengembangan yang lebih baik ke depannya untuk menghadapi persaingan. Namun yang jelas ia lebih suka membuat target yang realistis.

"We are not seeing ourselves as the favourites, but we hope we have developed further in comparison with the competitors and are heading in the right direction. We need to see, and we need to have realistic targets."

sumber gambar dari wikipedia

Three Musketeers of Cosworth

Balapan perdana musim 2011 sudah akan kembali bergulir minggu depan di Melbourne, Australia. Semua tim F1 kini telah mulai kembali bersiap dengan padatnya rutinitas F1 sepanjang tahun ini setelah menjalani liburan musim dingin. Meski awalnya aku agak enggan menyelesaikan review F1 2010 yang telah kumulai sejak bulan lalu, namun atas desakan sahabatku, akhirnya kuselesaikan juga review 2010 yang tinggal menyisakan tiga tim konsumen Cosworth. Kupikir memang tak adil bila aku tak menyelesaikan review 2010 yang telah kumulai itu tanpa menuliskan mengenai tiga tim papan bawah pengguna mesin Cosworth ini. 


Lotus - Cosworth

 gbr dipinjam dari situs ini


Jarno Trulli (Italia)
Heikki Kovalainen (Finlandia)

Setelah dua pabrikan besar Jepang, Honda dan Toyota memutuskan mundur dari F1 yang kemudian diikuti oleh pabrikan Jerman, BMW akibat krisis ekonomi yang melanda dunia, menimbulkan kekhawatiran akan menyusutnya jumlah grid F1 sehingga FIA pun memperlunak aturan pembentukan tim baru untuk membuat grid F1 tetap semarak. Hasilnya beberapa tim baru pun bersemangat masuk ke F1 namun hanya tiga tim papan bawah ini yang akhirnya benar-benar turun menyemarakan F1 mulai tahun 2010 lalu dan ketiganya mendapatkan pasokan mesin dari Cosworth.

Musketeer Cosworth yang pertama adalah Lotus. Nama Lotus sebenarnya memang bukanlah hal baru di F1. Sebelumnya Lotus identik sekali dengan Colin Chapman, engineer jenius yang membawa banyak sekali perubahan radikal di F1. Kesuksesan Chapman dan Lotus yang telah mengoleksi tujuh gelar dunia konstruktor dan enam gelar dunia untuk pebalap mulai menyurut setelah Chapman meninggal dunia pada tahun 1982 akibat serangan jantung. Lotus yang sempat merajai jagat F1 pada tahun 1960an dan 1970an akhirnya tim besar ini pun mengundurkan diri dari F1 setelah mengalami kehancuran dan kekacauan pada tahun 1994. Namun prestasi gemilang Lotus dan Chapman tetap menjadi catatan manis dalam sejarah F1.

Tahun 2010 lalu tim Lotus akhirnya kembali meramaikan jagat balap F1 dengan sokongan dari Malaysia. Untuk penampilan perdana kembalinya Lotus ke F1, tim ini mempercayakan dua pebalap F1 yang sudah cukup lama malang melintang di dunia jet darat ini.

Jarno Trulli, pebalap Italia yang sejak meraih kemenangan pertama sekaligus satu-satunya pada GP Monaco 2005 bersama Renault ini belum lagi mendapatkan tawaran dari tim-tim besar dan lebih banyak berjibaku dengan tim-tim papan bawah. Tahun lalu Trulli dipercaya Lotus sebagai pebalap utama mereka. Namun sayangnya penampilan Lotus yang didukung mesin Cosworth ini seringkali membuat pebalap Italia ini patah arang. Di musim 2010 lalu terbilang 9 kali Trulli mengalami kegagalan mekanik, di antaranya lima kali Trulli didera masalah hidrolik yang membuatnya terpaksa mengakhiri balapannya lebih awal. Di Bahrain, race pembuka musim balap 2010 Trulli dihadang masalah hidrolik padahal balapan hanya tersisa tiga lap lagi. Begitu pun di Abu Dhabi, ia harus mengalami masalah dengan rear wing-nya menjelang race berakhir. Selain gangguan hidrolik, Lotus-Cosworth Trulli juga mengalami dua kali masalah gearbox yakni di GP Jerman dan Italia, negaranya sendiri sehingga membuatnya tak bisa melanjutkan balapan. Sedangkan di Kanada, Trulli harus mengakhiri balapannya akibat mengalami kendala dengan rem-nya. Sementara di Australia, balapan Trulli harus terhenti karena mengalami kecelakaan saat start.

Hampir serupa dengan Trulli, penampilan pebalap Finlandia, Heikki Kovalainen pun tak terlalu cemerlang di tahun lalu. Meski ia tak mengalami gangguan mekanik sebanyak Trulli namun Lotus-Cosworth-nya belum juga mampu memperlihatkan bakat Heikki yang sebelum memulai debutnya di F1 sempat mencengangkan publik berkat aksinya di ajang balap para juara dunia di berbagai bidang olahraga otomotif di mana saat itu ia berhasil mengalahkan sang juara dunia tujuh kali, Michael Schumacher. Namun sejak memulai debutnya di F1, Heikki belum juga memperlihatkan aksi sespektakuler seperti penampilannya di ajang Race of Champions itu.

Di tahun 2010 Heikki kembali mengalami salah satu musim yang sulit dalam sejarah karirnya di F1. Sama seperti Trulli, ia tak berhasil memberikan satu poin pun untuk tim barunya ini. Seperti Trulli, beberapa kali Kovalainen pun harus mengalami kegagalan mekanikal meski tak sebanyak seperti yang dialami oleh Trulli.

Pebalap Finlandia ini tercatat hanya sekali mengalami gangguan hidrolik yaitu di GP Turki sehingga membuat balapannya terhenti di lap 33. Di dua race sebelum GP Turki pun pebalap Finlandia ini tak bisa menyelesaikan balapannya. Di Barcelona, Spanyol, balapannya harus terhenti saat start baru saja dimulai akibat masalah gearbox. Sementara di Monaco ia terpaksa retire di lap 58 akibat masalah steering.

Di samping kendala mekanikal, beberapa kecelakaan yang dialami pebalap Finlandia ini pun membuat balapannya terpaksa terhenti lebih awal seperti di Malaysia, dan insidennya dengan Webber di GP Eropa pun juga telah mengandaskan balapannya.

Tim Lotus sempat menjadi perbincangan sehubungan dengan masalah hukum yang dihadapi tim ini sehubungan dengan hak cipta atas nama Lotus ini. Untungnya masalah hukum ini bisa terselesaikan sebelum musim balap dimulai. Namun beberapa hari lalu kembali mencuat persoalan ketika David Hunt, yang telah membeli tim ini pada Oktober 1994 dan mengantongi hak atas kepemilikan nama Lotus ini kembali mempersoalkan mengenai hak atas nama Lotus ini. Bagi para penggemar Chapman dan Lotus tentunya sedih rasanya melihat Lotus belum lagi memperlihatkan kejayaannya seperti di era Chapman tapi sudah harus terbelit masalah hukum yang tak jelas seperti ini. Namun Lotus sepertinya bisa sedikit bernafas lega setelah pabrikan asal Perancis, Renault kini menjadi penyokong tim ini sehingga di musim 2011 ini mereka berubah nama menjadi Lotus-Renault. Untuk musim 2011 ini Jarno Trulli dan Heikki Kovalainen masih dipercaya sebagai pebalap utama mereka. 

Virgin-Cosworth
gbr dipinjam dari situs ini

Timo Glock (Jerman)
Lucas di Grassi (Brazil)

Setelah sebelumnya Virgin sempat menjajal dunia F1 lewat Brawn GP pada tahun 2009 silam, kini sang bos, Richard Branson, pengusaha sukses asal Inggris ini memilih untuk membentuk tim baru dengan label Virgin, seperti nama perusahaannya. Berbeda dengan Lotus yang memilih dua pebalap berpengalaman di F1 maka tim Virgin memilih kombinasi antara pebalap berpengalaman yang disandingkan dengan pebalap baru.

Timo Glock, pebalap Jerman yang sudah cukup berpengalaman di F1 dipercaya Virgin sebagai pebalap utama mereka mendampingi seorang rookie asal Italia, Lucas di Grassi. Meski kombinasi kedua pebalap ini belum mampu mengantarkan Virgin sebagai tim yang patut diperhitungkan namun hal itu tentunya bisa dimaklumi.

Sama seperti Trulli, balapan Glock pun kerap didera masalah mekanikal. Sembilan kali ia gagal menyelesaikan lomba dan semuanya dikarenakan masalah mekanikal dan bukan karena kesalahannya sendiri. Sementara di Grassi pada debut F1 nya ini pun enam kali dihadang mechanical failure yang membuat balapanya terpaksa berakhir. Selain masalah mekanikal pebalap Brazil ini pun mengalami dua kali kecelakaan yang membuat balapannya berakhir lebih cepat. Di Suzuka, Jepang, bahkan Grassi tak sempat start. Di sesi kualifikasi menjelang GP Jerman, di Grassi pun tak sempat menorehkan catatan waktu sehingga membuatnya harus memulai balapan dari grid paling buncit namun balapannya harus terhenti di lap 50 akibat masalah suspensi.

Posisi start terbaik Glock untuk musim 2010 lalu adalah start dari grid 16 di GP Malaysia namun saat race ia hanya bertahan selama 2 lap saja sebelum akhirnya retired akibat melintir. Sedangkan posisi finish terbaik Glock tahun lalu adalah finish ke-14 di GP Jepang. Sementara untuk di Grassi, posisi start terbaiknya tahun lalu adalah start dari grid 20 di Singapura dan saat race ia berhasil finish ke-15 sementara rekan setimnya, Glock terpaksa mengakhiri balapannya di lap 49 akibat gangguan hidrolik. Sedangkan posisi finish terbaik untuk Lucas di Grassi pada tahun lalu adalah finish di urutan ke-14 di Sepang, Malaysia.

Untuk musim 2011 ini Timo Glock masih dipercaya tim Virgin sebagai pebalap utama mereka sedangkan Lucas di Grassi digantikan oleh seorang rookie, Jerome d'Ambrosio.

Hispania Racing Team (HRT)
gbr dipinjam dari situs ini

Bruno Senna (Brazil)
Karun Chandhok (India)
Sakon Yamamoto (Jepang)
Christian Klien (Austria)

Berbeda dengan Lotus dan Virgin yang tetap mempertahankan kedua pebalap mereka sejak awal hingga akhir musim, tim HRT berkali-kali melakukan bongkar pasang pebalap sejak pertengahan hingga akhir musim. Di awal musim tim ini mempercayakan Bruno Senna yang juga merupakan keponakan dari pebalap legendaris F1, Ayrton Senna. Ia ditandemkan dengan Karun Chandhok, pebalap asal India. Namun pada pertengahan hingga akhir musim dua pebalap lain, Sakon Yamamoto dan Christian Klien mulai dimasukkan untuk dibongkar pasang dengan Senna dan Chandhok.

Meski menyandang nama besar Senna namun karena performa HRT-Cosworth penampilan Bruno Senna pun masih belum secemerlang pamannya yang sempat mengoleksi tiga gelar dunia F1 sebelum menemui ajalnya di San Marino pada tahun 1994. Namun di antara empat pebalap HRT pada tahun 2010 lalu ini Senna menjalani balapan yang jauh lebih banyak dibanding tiga rekannya yang lain. Dari total sembilan belas race di tahun lalu, Senna hanya sekali absen yaitu di GP Inggris di mana tempatnya digantikan oleh Sakon Yamamoto.

Mengingat HRT di musim pertama mereka di F1 ini kerap hanya menempatkan kedua pebalap mereka di posisi juru kunci maka posisi terbaik Senna hanyalah di urutan start ke-20 yang didapatnya di Belgia namun saat race ia hanya mampu bertahan selama lima lap sebelum akhirnya balapannya harus terhenti akibat masalah suspensi. Posisi finish terbaik Senna tahun lalu adalah di GP Korea di mana ia finish ke-14. Sementara di Suzuka, Jepang, Senna juga mengakhiri balapannya dengan cukup baik. Ia berhasil finish ke-14 sementara Yamamoto, sang local hero Jepang finish ke-16. Balapan Senna sendiri di debut F1-nya ini lebih banyak didera masalah mekanikal. Gangguan hidrolik tiga kali membuatnya terpaksa retired yaitu di GP Australia, Monaco, dan Italia. Di Bahrain balapannya terhenti di lap 17 akibat kegagalan mesin sedangkan di Kanada, balapannya terhenti di lap 17 akibat kegagalan mesin sedangkan di Kanada, balapannya berakhir di lap 13 akibat gangguan gearbox. GP Turki dan Belgia pun bukanlah balapan terbaiknya. Di Monaco ia harus retired di lap 46 akibat gangguan fuel pressure sementara kendala suspensi mengakhiri balapannya di Belgia saat balapan baru menjalani lima putaran.

Setelah sebelumnya F1 sempat dimeriahkan oleh penampilan pebalap India, Narain Kartikeyan, tahun lalu seorang pebalap India lain, Karun Chandhok pun mencatatkan namanya dalam sejarah F1. Namun dari total 19 race yang digelar musim lalu, Chandhok hanya membalap sebanyak 10 race saja hingga di GP Inggris. Pada race selanjutnya di Jerman, tempatnya digantikan oleh Sakon Yamamoto. Posisi start terbaik Chandhok sendiri pada tahun lalu adalah start dari grid 22 di Malaysia dan saat race ia berhasil finish di urutan ke-15 di depan rekan setimnya, Bruno Senna yang finish ke-16. Sementara posisi finish terbaik pebalap India ini adalah di Australia dan Monaco di mana ia berhasil finish di urutan ke-14.

Sakon Yamamoto memang bukanlah rookie di F1 namun berbeda dengan Takuma Sato yang sempat mencicipi podium, Yamamoto kerap terdampar di tim-tim yang tak terlalu bagus sehingga ia tak bisa mengikuti jejak pendahulunya, Sato dan Aguri Suzuki, pebalap kawakan Jepang yang sempat mendirikan tim F1 dengan namanya sendiri ini tapi sayangnya tak bisa bertahan lama akibat masalah finansial.

Tahun lalu Yamamoto kembali ke F1 menggantikan posisi Bruno Senna di GP Inggris. Walaupun ia hanya mampu finish di urutan ke-20 namun ia tetap dipertahankan di race selanjutnya di Nurburgring, Jerman, kal ini ia menggantikan posisi Chandhok, sayangnya balapannya terpaksa terhenti di lap 19 akibat gangguan mekanikal. Hingga akhir musim ia kerap bertukar dengan Christian Klien. Yamamoto sendiri hanya menjalankan tujuh balapan saja dan posisi finish terbaiknya adalah di GP Korea di mana ia berhasil finish ke-15 di belakang Senna yang finish ke-14.
Nama Christian Klien yang memulai debut F1-nya bersama Jaguar ini sempat mengobrak-abrik tim asal Inggris itu ketika ia menabrakan mobilnya di sirkuit jalan raya itu. Ia tak cedera. Dan masalah menabrakan mobil di Monaco bukanlah hal baru bagi rookie yang konon memang suka melakukan kesalahan seperti itu di sirkuit jalan raya ini. Namun yang menjadi masalah adalah akibat kecelakaan itu, berlian yang ditempelkan di mobil Klien sebagai bagian dari promosi film Ocean Twelve ini pun copot dan entah terjatuh di mana sehingga membuat tim Inggris ini kalang kabut mencari berlian yang hilang itu.

Tahun lalu Klien kembali mencoba peruntungannya di F1 lewat tim HRT namun ia hanya menjalani tiga balapan saja yaitu di GP Singapura, Brazil, dan Abu Dhabi. Di GP Singapura, Klien memulai balapannya dari grid 22 di depan Bruno Senna namun balapannya harus terhenti di lap 31 akibat masalah hidrolik. Namun hingga di dua race penghujung musim prestasi Klien tetap tak terlalu mengesankan. Di GP Brazil, ia hanya mampu finish ke-22 di belakang Senna sementara di Abu Dhabi pun ia masih kalah cepat dari Senna yang sebenarnya merupakan rookie pada tahun lalu.

Musim balap 2011 ini tim HRT melakukan perombakan dalam hal pebalap. Meskipun di tahun lalu Senna membalap lebih banyak dibanding tiga rekan lainnya tapi ternyata hal itu tak membuat HRT bersedia menahannya lebih lama. Narain Kartikeyan ditetapkan oleh tim ini sebagai pebalap utama mereka untuk musim 2011 ini. Pebalap Jepang ini akan didampingi Vitantonio Liuzzi yang sebelumnya membela Force India. Sebelumnya nama Klien juga sempat mewarnai bursa pemilihan pebalap tim HRT untuk tahun ini namun akhirnya tim ini menjatuhkan pilihannya pada Liuzzi untuk mendampingi Kartikeyan yang telah ditetapkan lebih dulu. 

Tim HRT sendiri merupakan tim terakhir yang merilis tunggangan terbaru mereka untuk musim balap 2011 ini. Tim ini baru merilis mobil mereka pada tanggal 11 Maret silam bertepatan dengan sesi ujicoba terakhir di Barcelona akibatnya tim ini tak memiliki kesempatan untuk mengujicoba paket mobil mereka. 

Gagal mendapatkan kursi balap reguler, Bruno Senna akhirnya ditarik oleh Renault sebagai pebalap cadangan mereka mendampingi sederet pebalap binaan lainnya di tim pabrikan asal Perancis ini. Nama Senna bahkan sempat masuk dalam bursa pemilihan pebalap Renault menggantikan Robert Kubica yang cedera di ajang rally pada awal Pebruari silam sebelum akhirnya Renault menjatuhkan pilihan pada Nick Heidfeld. Sementara Chandhok belum lama ini resmi bergabung dengan Lotus sebagai pebalap cadangan mereka. 

Senin, 14 Maret 2011

The Irony Named Heidfeld

Nick Heidfeld sebenarnya bukanlah nama baru di dunia F1. Debut balap F1-nya telah dimulai sejak tahun 2000 di GP Australia bersama Prost, tim F1 asuhan juara dunia F1 empat kali, Alain Prost. Saat itu Heidfeld bersanding dengan pebalap kawakan asal Perancis, Jean Alesi. 

Setahun bersama Prost, pebalap Jerman kelahiran Monchengladbach pada 10 Mei 1977 ini langsung dipinang oleh Sauber pada tahun 2001. Kala itu ia dipasangkan dengan rookie asal Finlandia, Kimi Raikkonen. Sedihnya, meski Heidfeld berhasil mengalahkan rekan setimnya itu, bahkan di tahun itu ia sukses meraih podium pertamanya kala ia berhasil finish ke-3 di belakang David Coulthard (McLaren) dan Michael Schumacher (Ferrari), namun nama pebalap Finlandia itu yang justru lebih meroket dibanding pebalap Jerman yang terkenal pendiam ini.

Heidfeld hanya bisa menyimpan perasaan kecewa dalam hatinya ketika McLaren memilih rekan setimnya itu menggantikan Mika Hakkinen yang memutuskan cuti dari F1 dan setahun kemudian memilih mengundurkan diri dari F1, sementara Heidfeld tetap bertahan di Sauber. Padahal Heidfeld bukanlah orang baru bagi McLaren. Sebelum memulai debut balapnya bersama Prost, Heidfeld telah lebih dulu mengenal F1 lewat McLaren ketika ia menjadi test driver tim asuhan Ron Dennis ini pada tahun 1998.

Tahun 2002 Heidfeld mendapatkan tandem baru, rookie asal Brazil bernama Felipe Massa. Sekali lagi Heidfeld tampil lebih cemerlang dibanding rekan setimnya. Namun lagi-lagi ia harus tersenyum getir ketika sebuah tim besar lainnya, Ferrari justru lebih melirik rekan setimnya itu dan bahkan menyandingkan pebalap Brazil ini dengan juara dunia tujuh kali, Michael Schumacher menggantikan seniornya yang juga asal Brazil, Rubens Barrichello.

Setelah menjalani masa-masa pahit manis bersama Sauber selama tiga tahun, Nick malah terjerembab ke tim papan bawah sementara mantan-mantan rekan setimnya tampil solid bersama tim-tim papan atas. Pada tahun 2004 ia bergabung bersama Jordan sebagai pertukaran dengan Fisichella dan ditandemkan dengan Giorgio Pantano. Sayangnya penampilan Nick di timnya Eddie Jordan yang flamboyan ini tak terlalu mengesankan. Ia mengalami masa yang sulit dengan EJ14-nya. Ia bahkan dikalahkan oleh rekan setimnya yang baru, Timo Glock di GP Kanada yang juga merupakan debut F1 Glock. Nick hanya mampu mengumpulkan tiga poin saja sepanjang musim itu.

Meski mengalami musim yang buruk dengan Jordan, namun petinggi Williams-BMW terpesona dengannya hingga pebalap Jerman ini pun dipinang menjadi pebalap utama mereka pada tahun 2005. Bersama tim asuhan Frank Williams ini Nick berhasil meraih pole pertamanya di Nurburgring dan sukses finish ke-2 di GP Monaco. Namun akibat kecelakaan yang dialaminya saat melakukan uji coba maka ia terpaksa absen di dua race yaitu di Monza dan Belgia. Ia diperkirakan bisa membalap lagi di Brazil namun ia kembali mengalami kecelakaan, kali ini saat ia mengendarai motornya, akibatnya ia harus absen di sisa balapan musim itu.

Walau begitu di musim 2005 itu Nick beberapa kali berhasil meraih podium. Di Sepang, Malaysia, Nick kembali menambah koleksi trophy-nya saat ia berhasil finish ke-3 di belakang Alonso dan Trulli. Di Monaco dan Nurburgring ia pun sukses meraih podium ke-2. Bahkan di Nurburgring, Heidfeld berhasil mencatat sejarah bagi dirinya sendiri dengan meraih pole pertamanya.

Tahun 2006 Nick kembali bergabung bersama Sauber namun kali ini Sauber memiliki mitra yang lebih kuat, BMW. Pabrikan asal Jerman ini memilih membeli Sauber setelah terjadi ketidaksepahaman dengan mitra lamanya, Williams. Pada pertengahan musim 2006 Nick kembali disandingkan dengan seorang rookie yang kali ini berasal dari Polandia yaitu Robert Kubica yang memulai debut F1-nya di GP Hungaria menggantikan Jacques Villeneuve yang mengalami kecelakaan di GP Jerman. 

Seperti yang sudah-sudah Nick yang pendiam tak terlalu menarik minat pers meski sebenarnya di tahun itu ia berhasil memberikan podium pertama bagi tim baru BMW-Sauber setelah ia berhasil finish ketiga di Hungaroring di belakang Jenson Button dan Pedro de la Rosa namun di akhir musim 2006 Nick harus menghadapi kenyataan bahwa poin rekan setimnya ternyata jauh lebih banyak darinya. 

Pada tahun 2007 Nick sukses merebut podium dua kali. Di Montreal, Kanada, ayah tiga anak ini berhasil meraih podium kedua di antara Lewis Hamilton (McLaren) dan Alex Wurz (Williams-Toyota) sementara di Hungaria untuk keempat kalinya ia menyabet podium ke-3 kali ini di belakang Hamilton dan Kimi Raikkonen, mantan rekan setimnya yang kala itu sudah berlabuh di Ferrari bersama mantan rekan setim Heidfeld yang lainnya, Felipe Massa.

Tahun 2008 mungkin merupakan musim paling cemerlang bagi Heidfeld. Di tahun ini ia mencatat fastest lap pertamanya di Malaysia dan ia kembali berhasil mencatat fastest lap di hadapan publik senegaranya di Hockenheim, Jerman yang ditorehkannya di lap 52 dengan 1:15.987 meski di dua race ini ia tak berhasil meraih podium.

Nick hampir saja meraih kemenangan pertamanya di Montreal, Kanada tapi rupanya nasib baik lebih berpihak pada rekan setimnya, Kubica di mana saat itu Kubica menerima durian runtuh akibat perseteruan panas antara Hamilton dan Raikkonen dan saat di pit pebalap Inggris itu tanpa sengaja menabrak Ferrari-nya Raikkonen akibatnya keduanya pun terpaksa tak bisa melanjutkan lomba dan memberikan jalan bagi Kubica meraih kemenangan pertamanya sementara Heidfeld mendampingi rekan setimnya di podium kedua. Di Belgia ganti Heidfeld yang mendapat durian runtuh dari Hamilton setelah anak asuh Ron Dennis ini terkena penalti 25 detik akibat insiden di tikungan terakhir dengan Raikkonen sehingga mengakibatkan Hamilton terpaksa menyerahkan trophy kemenangannya kepada Massa yang semula finish kedua namun berkat penalti Hamilton naik satu posisi ke urutan pertama sementara Heidfeld yang semula berada di urutan finish ketiga pun naik satu peringkat ke posisi dua. 

Sementara karir Kubica makin bersinar, pijar Heidfeld yang sempat dijuluki media dengan sebutan “Quick Nick” ini malah makin meredup. Tahun lalu ia tak mendapatkan kursi balap setelah Mercedes yang merupakan peluang terakhirnya mengumumkan juara dunia tujuh kali asal Jerman, Michael Schumacher yang akan menjadi ujung tombak mereka didampingi oleh rekan senegaranya, Nico Rosberg sementara Heidfeld semula diproyeksikan sebagai pebalap ketiga tim pabrikan asal Jerman ini namun belakangan Mercedes akhirnya merelakannya menjadi test driver Pirelli, pabrikan ban yang akan memasok ban bagi tim-tim F1 musim 2011 ini.

Di penghujung musim 2011 yang lalu akhirnya Heidfeld bisa kembali turun balapan setelah tim lamanya, Sauber patah arang dengan penampilan Pedro de la Rosa sehingga Heidfeld pun didaulat untuk kembali ke tim lamanya ini menggantikan pebalap asal Spanyol itu di lima race yang tersisa. Hasilnya cukup mengesankan. Dari lima race yang dijalaninya itu, ia berhasil mengumpulkan 6 poin, jumlah yang sama yang dikumpulkan oleh de la Rosa yang menjalani 14 race, Sembilan race lebih banyak dari yang dijalani Heidfeld.

Sedihnya meskipun penampilan Heidfeld di lima race terakhir musim lalu cukup baik namun hal itu tak serta merta menjaminnya memperoleh kursi balap untuk musim 2011 ini. Ia nyaris tak bisa turun balapan lagi karena tak ada tim yang bersedia memakai bakatnya hingga terjadilah kecelakaan parah yang menimpa Robert Kubica, mantan rekan setim Heidfeld. 

Akibat cedera parah yang diderita Kubica di ajang Rally disinyalir pebalap Polandia ini terpaksa harus absen membalap di musim 2011 ini meski belakangan seiring dengan keberhasilan operasi yang dijalani Kubica terbetik kabar bahwa kemungkinan pemulihan Kubica bisa jauh lebih cepat dari yang diperkirakan namun dengan makin dekatnya race pertama musim 2011 yang akan dimulai di Australia maka Renault pun harus segera mencari pengganti Kubica sebagai pebalap utama mereka dan pilihan itupun akhirnya jatuh ke tangan Heidfeld. 

Uniknya nama Heidfeld ini justru diajukan oleh Kubica sendiri kepada Gerard Lopez, pemilik baru tim Renault seperti yang diungkapkan oleh Eric Boullier, bos tim Renault. Kabarnya ketika Kubica ditanya oleh Lopez mengenai siapa yang kira-kira pantas menggantikannya, pebalap Polandia ini menyebutkan dua nama. Nick Heidfeld dan Vitantonio Liuzzi. Meski sempat melirik beberapa nama seperti Bruno Senna (test driver Renault), Liuzzi, dan Nico Hulkenberg namun pilihan Renault akhirnya jatuh ke Nick Heidfeld.

Tes pertama Heidfeld bersama Renault amat mengesankan pihak tim pabrikan Perancis ini. Boullier sendiri mengungkapkan ia sudah terkesan dengan pebalap Jerman ini sejak kedatangannya di tes pertamanya bersama Renault. “When he was testing at Jerez, I was listening on the radio and the way he was talking to the engineers. He was right there (settled in the team). I was already half convinced that morning.” Di hari pertamanya bersama Renault itu Heidfeld berhasil mencatat waktu tercepat sehingga akhirnya pada tanggal 16 Pebruari 2011 Renault secara resmi menetapkan Nick Heidfeld sebagai pebalap utama mereka untuk musim 2011 ini menggantikan Robert Kubica yang masih dalam proses pemulihan akibat kecelakaan parah yang dialaminya pada awal Pebruari silam.

Setelah bertahun-tahun Heidfeld harus terus-menerus menelan kegetiran kala menyaksikan tim-tim besar lebih memilih rekan setimnya maka tahun ini adalah saatnya Heidfeld membuktikan kemampuan dirinya. Dalam wawancaranya dengan media pada 23 Pebruari silam, Heidfeld sendiri mengungkapkan bahwa keputusannya untuk menerima tawaran Renault menggantikan mantan rekan setimnya yang terluka parah merupakan kesempatan yang terlalu bagus untuk dilepaskan. Dan mungkin saja kesempatan ini hanya datang sekali seumur hidup.

Meski begitu Heidfeld mengaku sebelum menerima tawaran Renault ini ia sampai harus berperang batin atau menurut istilahnya melakukan pencarian jiwa – “intensive soul searching.” Terlebih ia sadar bahwa tawaran Renault ini hanyalah sebagai pengganti Robert Kubica selama mantan rekan setimnya ini masih dalam kondisi pemulihan akibat kecelakaan yang dialaminya. Heidfeld mengaku bahwa ia mungkin telah melakukan “pencarian jiwa” yang lebih dalam dibanding yang mungkin dilakukan pebalap lainnya. Namun akhirnya ia tak bisa menolak hasratnya untuk kembali membalap. “… the biggest sensation is that I did not expect to race this year,” kata Heidfeld dalam wawancaranya dengan situs resmi F1. Meski ia sadar bahwa yang dialaminya ini bukanlah situasi yang mudah namun ia merasa harus mengambil kesempatan ini. “In my long years in F1 I have made my own experiences. I only started to believe that I am in again when the ink on the contract had dried. Sure, I felt happy because it was so unexpected.”

Walaupun akhirnya Heidfeld resmi bergabung dengan Renault menggantikan posisi Robert Kubica namun Heidfeld mengungkapkan harapannya agar Robert Kubica bisa segera pulih. 

Kini dengan tersisa hanya beberapa minggu saja sebelum race pertama dimulai di Melbourne, Australia maka jalan hidup Heidfeld sepenuhnya bergantung pada dirinya sendiri. Apakah ia akan terus menjadi ironi dalam sejarah F1 di mana ia selalu harus kalah dari bayang-bayang rekan setimnya –seorang mantan rekan setimnya bahkan sudah sukses menorehkan sejarah menjadi juara dunia F1 sementara dua mantan rekan setimnya yang lain sempat menjadi penantang serius perebut gelar dunia sedangkan Heidfeld sendiri hingga saat ini belum menjadi ancaman serius dalam perebutan gelar dunia – ataukah tahun ini akan menjadi awal kesuksesan Heidfeld.

Sekadar catatan kecil, Heidfeld telah menjalani 174 balapan F1 tanpa sekalipun meraih kemenangan dan mungkin saja ia bisa mencatat sejarah manis bagi karirnya sendiri itu di tahun ini. Namun semuanya itu lagi-lagi bergantung pada diri Heidfeld sendiri. Akankah Heidfeld kembali menjelma sebagai Quick Nick yang sempat fenomenal itu ataukah harus terus menyandang julukan yang dilabeli oleh media dari negaranya sendiri, Jerman yang menyebutnya “Leidfeld” yang mana Leid artinya dalam bahasa Inggris “misery” atau dalam bahasa Indonesia memiliki makna menyedihkan atau sengsara. 

sumber gambar dari: espn f1

Sabtu, 12 Maret 2011

Michael Tercepat di Sesi Terakhir Tes di Barcelona

Setelah berhasil mencatat waktu tercepat kelima di hari pertama dari jatah dua hari tesnya pada sesi tes terakhir Michael Schumacher berhasil membawa W02-nya menjadi yang tercepat di sirkuit Catalunya, Spanyol hari Jumat kemarin. Hal ini meniupkan harapan baru bagi Michael Schumacher dan tim Mercedes menjelang race perdana musim 2011 yang akan berlangsung di Melbourne, Australia tanggal 27 Maret mendatang.

Di hari Jumat kemarin Michael yang melahap 67 lap tampil sebagai pebalap terkencang dengan torehan waktu tercepat 1:21.249. Ia tampil lebih cepat dari Ferrarinya Alonso yang berada di urutan kedua dengan 1:21.614 dan menyelesaikan 141 lap sementara Nico Rosberg, rekan setim Michael yang semula dijadwalkan akan turun mengujicoba tunggangan terbarunya hari Sabtu ini namun karena prakiraan cuaca meramalkan bahwa cuaca di Barcelona, Spanyol hari Sabtu ini akan diguyur hujan, maka putra Keke Rosberg ini pun diturunkan di hari Jumat kemarin dan hanya diproyeksikan melahap 19 lap saja agar ia bisa mengujicoba paket terbaru W02-nya di kondisi yang kering, berada di urutan ketiga di belakang Alonso dengan 1:21.788

Michael pada hari Jumat kemarin mengujicoba mobilnya dengan menggunakan sistem kualifikasi 1 lap seperti yang akan diterapkan tahun ini. Catatan waktu tercepat yang ditorehkan Michael kemarin bukan hanya membuatnya menjadi yang terkencang di hari Jumat kemarin tapi torehan waktunya itu pun telah menempatkannya setengah detik lebih cepat dari yang ditorehkan pebalap lainnya di sirkuit Catalunya sepanjang sesi tes musim dingin tahun ini. 

Penampilan perkasa Michael kemarin tak bisa dilepaskan dari kerja keras Mercedes GP yang berusaha melakukan pengembangan dan perbaikan atas segudang masalah yang diperlihatkan W02 sepanjang sesi ujicoba pra musim 2011 yang dimulai Valencia pada awal Pebruari silam hingga di Barcelona ini. Mercedes bahkan sampai perlu mengirimkan paket pengembangan mobil terbaru mereka dari markas mereka di Brackley, Inggris ke Barcelona, Spanyol hari Kamis malam lalu agar bisa segera diujicoba oleh Michael pada hari Jumat pagi kemarin. 

Paket pengembangan dan perbaikan yang dilakukan tim Mercedes meliputi front wing, turning  vanes terbaru mereka juga diffuser dan exhaust ini diyakini Brawn sebagai langkah yang penting bagi Mercedes agar tampil lebih kencang. 

Berkat pengembangan yang dilakukan Mercedes GP dan hasil mengesankan yang ditorehkan Michael Schumacher pada sesi ujicoba hari Jumat kemarin membuat pebalap legendaris Jerman ini optimis menghadapi race pembuka musim 2011 di Australia nanti. 

"We have been developing the car step by step," ujar Schumi pada akhir sesi ujicoba hari Jumat kemarin. "The main issue we had here at the test was trying to find the right balance, and optimizing the car performance," imbuh juara dunia tujuh kali ini.

Schumi juga mengungkapkan kepuasannya atas kinerja paket terbaru W02-nya kemarin namun ia tak yakin apakah tim-tim lainnya telah tampil dengan performa terbaik mereka. Kekuatan semua tim baru akan terbuka di Australia nanti. 

Ketika ditanya apakah ia sudah cukup yakin dengan paket terbaru Mercedes-nya, ayah dari Gina Maria dan Mick Schumacher ini mengatakan: "All I can say that we have seen today here that our package seems to work reasonably well, but has everyone shown their true potential? That is something that we will find out in Australia." 

Anggapan Michael ini memang amat mendasar karena pada sesi ujicoba hari Jumat kemarin, Vettel sang juara dunia memilih tak terlalu menggeber Red Bullnya setelah pada dua hari pertama final test di Barcelona hari Selasa dan Rabu kemarin, Vettel dan Webber saling berlomba mencatatkan waktu tercepat. Di hari pertama sesi final test Webber tampil tercepat dan Vettel langsung membalas di hari kedua tanggal 9 Maret silam. Di hari terakhir ujicobanya kemarin, catatan waktu yang ditorehkan Vettel hanya mampu menempatkannya di urutan ke-8 dengan 1:22.933 dengan total 64 lap yang dijalaninya. 

Begitu pula dengan Alonso yang catatan waktunya masih kalah 0.365 detik dari Michael sehingga hanya menempatkan jagoannya Ferrari ini berada di urutan kedua kabarnya tak mengerahkan seluruh kekuatan F150-nya.

Norbert Haug, petinggi Mercedes sendiri tak berani sesumbar dengan penampilan timnya di musim ini. Ia mengatakan, "There are probably a dozen cars at least!"

sumber gambar dari: fanaticf1

Brawn Yakin Mercedes GP Bisa Kompetitif di 2011

Keyakinan ini diungkapkan team principal tim Mercedes, Ross Brawn pada hari Kamis kemarin setelah penampilan Michael di hari pertamanya dari jatah dua hari tes pada sesi tes terakhir pra musim balap 2011 yang berlangsung di Barcelona, Spanyol berhasil membawa W02-nya berada di urutan kelima tercepat dengan catatan waktu 1:22.892 dan menyelesaikan 89 lap atau setara dengan 414 km. Di hari Kamis kemarin itu Michael mengujicoba sistem exhaust terbaru mobilnya.

Sesi final test ini sedianya akan dilangsungkan di Bahrain namun karena situasi politik di negara itu memanas maka sesi akhir test musim dingin pun dilakukan di Barcelona yang sebenarnya berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 8-11 Maret namun Mercedes bersama beberapa tim lainnya seperti Ferrari, HRT, dan Williams baru memulai ujicoba mobil mereka pada hari kedua tes tanggal 9 Maret silam sehingga tim-tim ini baru akan menyelesaikan jatah ujicoba mereka pada hari Sabtu ini.

Sebelumnya di hari Rabu, Nico Rosberg, rekan setim Michael mencatat waktu tercepat ke-8 dengan 1:25.807 dan melahap 100 lap. 

Walaupun W02 sudah mulai terlihat mengesankan namun juara dunia tujuh kali ini tak mau sesumbar. Ia bahkan menyatakan bahwa mobilnya masih belum bisa menandingi Red Bull. "We clearly know that Red Bull Racing are very strong and they are the team you have to look at, "kata juara dunia tujuh kali ini ketika ditanya peluang tunggangan terbarunya dalam merebut kemenangan di musim ini. Namun meski ayah dua anak ini mengaku bahwa timnya tidak setangguh sang juara dunia, Red Bull, namun ia berharap timnya bisa tampil mengesankan tahun ini mengingat musim balap 2011 ini masih panjang dan siapa yang akan tampil superior masih menjadi tanda tanya besar. "At the moment I guess we're not in this position right now. The season is long and there is a big question mark as to who is coming behind, and I hope we play a sufficient role in that." 

Senada dengan pengharapan yang diungkapkan oleh Michael itu, team principal Mercedes GP, Ross Brawn pun mengungkapkan hal yang sama. Walaupun Brawn menyatakan masih terlalu dini untuk menilai siapa yang akan tampil perkasa di musim balap 2011 ini namun dengan pengembangan yang dilakukan timnya, Brawn yakin Mercedes GP bisa tampil kompetitif. "We felt we have been a bit behind and the improvements we are introducing should put us in a competitive position, but you never know what the other teams are going to do, or what steps they have made.

Atas dasar pengembangan yang dilakukan Mercedes itulah maka Brawn juga mengungkapkan keyakinannya bahwa timnya akan tampil menjanjikan di Melbourne namun ia juga tak berani terlalu sesumbar karena ia tak tahu kekuatan sebenarnya dari lawan-lawannya karena ia tak tahu berapa banyak bahan bakar yang dibawa oleh mobil-mobil lawan. 

Namun yang pasti Brawn tahu berapa banyak perkembangan dari tunggangan terbaru timnya meski ia juga menyatakan bahwa timnya masih tengah melakukan program perbaikan dan pengembangan untuk menciptakan mobil yang tangguh di musim 2011 ini jadi ia mengatakan terlalu sulit untuk membandingkan kekuatan timnya dengan lawan-lawannya. 

Dalam kesempatan itu Brawn juga mengungkapkan rencana timnya sejak awal sesi ujicoba adalah mengetes daya tahan tunggangan mereka mengingat tim ini mengalami masalah dengan reliabilitas di tiga bagian sesi ujicoba terdahulu. 

Meski begitu Brawn menyatakan bahwa pengembangan yang telah dilakukan Mercedes telah membuat W02 sesuai dengan harapan mereka namun ia tak tahu seberapa besar pencapaian yang telah dilakukan lawan-lawannya. "The car is doing what we expected it to do. Yes. It is doing exactly what we expected - the lap times and the aero performance are where we are- but what you never know is what other people have achieved.

Walaupun Brawn mengaku tunggangan terbaru mereka bukanlah mobil tercepat di musim 2011 ini. Namun ketika ditanya apakah W02 jauh lebih baik dibanding tunggangan mereka tahun 2010 lalu, ia pun mengiyakan. 
"So it may not be the fastest car that is winning the early races," ungkap otak di balik kesuksesan Michael Schumacher merebut tujuh gelar dunianya.

sumber gambar dari sini