Total Tayangan Halaman

Translate

Rabu, 15 Juni 2011

Haug Memuji Penampilan Schumi di Kanada



Michael Schumacher is back?! Melihat aksi spektakuler Michael Schumacher di Kanada kemarin mungkin bisa dijadikan awal dari kembalinya Michael yang berhasil memperlihatkan kembali bakat istimewanya. Di atas trek basah sirkuuit Gilles Villeneuve, Michael Schumacher yang berada di P12 saat restart usai balapan sempat dihentikan hampir dua jam lamanya, seperti terbang hingga berhasil merambat ke P2. Bahkan aksinya saat menyalip Massa dan Kobayashi (yang selama ini dianggap seperti mimpi buruk-nya Schumi karena juara dunia tujuh kali ini kerap mengalami kesulitan saat menyalip pebalap Jepang ini) sekaligus di lap 51 untuk merebut P2 yang sayangnya gagal dipertahankannya hingga akhir race karena Mercedes W02-nya tak mampu mengimbangi kekuatan peranti DRS milik Button dan Webber.

Nama Michael Schumacher pun kembali muncul ke permukaan setelah sebelumnya juara dunia tujuh kali ini selalu dihujani kritik dan cemooh dari berbagai pihak karena penampilannya yang tak mengesankan sejak kembali ke ajang olahraga ini tahun lalu.

Menjadi Michael Schumacher memang tak mudah. Saat ia tampil luar biasa seperti kemarin, segala puja puji akan segera dilambungkan padanya tapi begitu penampilannya buruk, maka kritikan super pedas (lebih pedas dari cabe rawit paling seribu kilo) akan segera menghujamnya. Bahkan tak jarang mantan pebalap yang numpang tampil untuk mengkritiknya dan menyuruhnya untuk segera mundur. Tapi untungnya, Michael Schumacher yang sudah cukup kenyang dengan segala macam situasi seperti ini, bisa mengatasinya dengan tetap berkepala dingin dan tetap fokus pada apa yang ingin dicapainya.

Semua hujan kritik yang menderanya sejak tahun lalu akhirnya berhasil dibungkam Schumi di Kanada hari Minggu kemarin. Bahkan David Coulthard, mantan rekan setim Michael yang kini menjadi komentator tv, usai GP Turki sempat mengkritik Schumi dan menyuruhnya untuk segera pensiun, balik memberikan ucapan yang menyejukkan bagi Schumi saat mengomentari aksi sang juara dunia tujuh kali ini di Kanada.

Penampilan spektakuler Schumi di Kanada kemarin itu tentu saja mendapat respon positif dari vice president Mercedes, Norbert Haug. "This is what happens in sport - you can turns thing around quickly," ujar Haugh kepada Autosport mengomentari penampilan gemilang Schumacher di Montreal, Kanada yang beberapa minggu sebelumnya mendapat hujan kritik atas penampilannya di Turki.

Dalam kesempatan itu Haug juga mengemukakan bahwa di DTM, Ralf Schumacher yang merupakan adik kandung Michael, yang juga membalap untuk Mercedes sebelumnya mendapat kritikan tapi kini telah memetik hasil yang lebih baik.

Haug juga menegaskan bahwa timnya tengah melakukan pengembangan dan itu membutuhkan kerja sama semua pihak di dalam tim. Dan Michael akhirnya bisa memberikan penampilan terbaiknya dan jika saja tim bisa memberikan mobil yang tepat maka Michael pastinya akan mampu tampil cemerlang seperti yang diperlihatkannya di Kanada hari Minggu kemarin.

"Our team is composed, it stays together and everyone is helping each other. This was Michael at his best. It shows that he can do it, and that if we give him the right car he will deliver."

Peningkatan performa Michael dibanding tahun lalu belum lama ini menimbulkan spekulasi bahwa juara dunia tujuh kali ini akan memperpanjang kontraknya bersama Mercedes sehubungan dengan komentarnya mengenai pentingnya kontinuitas dalam meraih kesuksesan. Saat itu Michael mengungkapkan bahwa setidaknya dibutuhkan waktu tiga tahun untuk membuat sebuah tim menjadi sukses. Michael menyebutkan bahwa ia membutuhkan waktu 5 tahun bersama Ferrari sebelum akhirnya berhasil meraih gelar dunia pertamanya bersama tim Italia itu yang juga merupakan gelar dunia ketiganya karena sebelumnya, Michael telah meraih dua gelar dunia bersama Benetton sebelum bergabung di Ferrari pada tahun 1996.

Kontrak Michael sendiri dengan Mercedes hanya tiga tahun dan akan berakhir pada tahun 2013 yang akan datang.

Di Kanada kemarin dalam rangkaian GP Kanada yang baru saja usai itu, Schumi memberikan penjelasan atas interpretasi yang muncul berdasarkan komentarnya. Ia menyatakan bahwa komentarnya itu tak memiliki maksud tersembunyi mengenai kemungkinan akan memperpanjang kontraknya dengan Mercedes dan menegaskan bahwa saat ini ia memiliki kontrak tiga tahun dengan Mercedes namun pembicaraan mengenai perpanjangan kontraknya dengan Mercedes belum tertutup dan akan dibicarakan di saat yang tepat.

"I have heard the speculation-and how it was interpreted into my comments. But that wasn't the meaning of my comment-let me put it that way. We have said that I have a three-year deal and at the right moment in time we will talk about what will happen in the future," terang Michael Schumacher.

Bila melihat penampilan gemilang Schumi di Kanada kemarin, rasanya terlalu mubazir bagi tim Mercedes bila sampai menyia-nyiakan bakat luar biasa dan pengalaman Schumi yang segudang ini. Schumi merupakan aset berharga bagi tim manapun. Apapun yang akan terjadi di masa mendatang. Apakah kontrak Schumi akan diperpanjang ataupun tidak, bagiku pribadi, aku hanya berharap bisa melihat Michael kembali meraih kemenangan sebelum ia kembali harus pensiun dari F1 entah karena faktor usia ataupun karena sebab lainnya.

Sumber gambar dari situs ini. 

GP Kanada 2011 Mengharu Biru Schumacher

 Meski mobilnya kalah kencang, tapi Schumi sempat membuat Webber keteteran

Michael Schumacher dan sirkuit Gilles Villeneuve sepertinya memang memiliki hubungan yang amat istimewa. Schumi merupakan pebalap tersukses di sirkuit ini dengan tujuh kali kemenangan dan pada balapan GP Kanada hari Minggu kemarin, kenangan manis Schumacher di sirkuit bernama ayah dari mantan rival beratnya saat perebutan gelar dunia 1997 ini makin bertambah. 

Menjelang GP Kanada, Schumi telah banyak menerima kritikan atas performanya yang dinilai belum juga terlihat istimewa dan kerap kalah dari rekan setimnya yang jauh lebih muda. Mulai dari Alain Prost, juara dunia F1 empat kali yang menyatakan bahwa usia Schumi sudah terlalu tua dan tak mungkin lagi bisa mencapai peak perform-nya seperti di masa lalu hingga komentar mantan dua rekan setimnya, Coulthard dan Herbert yang dengan arogannya mengusulkan Schumacher untuk segera pensiun ... lagi. 

Tapi bukan Michael Schumacher namanya kalau ia langsung menyerah begitu saja hanya karena berbagai komentar kejam yang ditujukan padanya itu. Di balapan pada GP Kanada hari Minggu kemarin akhirnya Michael Schumacher kembali mempertontonkan aksi briliannya yang telah membuatku dan mungkin jutaan penggemar Michael Schumacher jatuh hati pada pebalap Jerman peraih tujuh gelar dunia ini. 

Kecepatan Mercedes W02 memang sudah tampak sejak sesi latihan bebas pertama di hari Jum' at di mana saat itu Rosberg, rekan setim Schumi berhasil menjadi pebalap tercepat pertama sementara Michael berada di urutan ketiga di belakang Fernando Alonso. 

Namun pada sesi latihan bebas kedua, duo Mercedes berada jauh di belakang. Rosberg berada di urutan 19 disusul Schumi di urutan ke-20. Namun hasil ini bukan menandakan performa Mercedes W02 mulai merosot. Hasil ini dikarenakan kedua pebalap Mercedes ini membawa bahan bakar penuh sehingga waktu yang ditorehkan mereka tak terlalu mengesankan. Tapi semua ini merupakan strategi Mercedes untuk mendapatkan data yang cukup yang bisa dianalisa dalam menghadapi lomba di hari Minggu.

"We covered quite a lot of work today, obviously we didn't do any times on lower fuel and just concentrated on high fuel due to the red flags shortening our programme this afternoon," ujar Michael Schumacher usai sesi latihan bebas kedua pada hari Jum'at menjelang race di GP Kanada.

"That's why we are at the opposite end of the timesheets to this morning, when it looked encouraging for a weekend that we did not enter with the highest expectations. We will now sit and analyse our performance and hope for another encouraging day tomorrow," juara dunia tujuh kali ini menjelaskan sebab musabab dari hasil yang dicapai tim Mercedes dari sesi latihan bebas hari Jum'at.

Hari Sabtu. Saat sesi latihan bebas terakhir, Rosberg, rekan setim Michael kembali mencatat waktu tercepat ketiga di belakang Vettel dan Alonso sementara Michael hanya mencatat waktu tercepat ketujuh di belakang duo McLaren, Button dan Hamillton.

Saat sesi kualifikasi, seperti biasa kedua pebalap Mercedes hanya melakukan one run saja untuk menghemat ban. Hasilnya kedua pebalap Mercedes dan McLaren saling bersilangan. Rosberg merebut P6 tepat di belakang Hamilton sementara Schumacher berada di urutan ke-8 di belakang Button.

"We can be quite happy with today's qualifying. I had lost drive momentarily after turn 4 during my last lap but otherwise I had a clean lap. We will have to analyse why that happened, but all went pretty well other than that. We have developed our set-up-in the right direction over the weekend, and the long runs looked quite good this morning, so we should be ok in the race," ujar Michael usai sesi kualifikasi mengemukakan bahwa ia sempat kehilangan momentum di turn 4 saat sesi kualifikasi hampir berakhir, meski ia mengaku cukup puas dengan pengembangan sepanjang minggu yang dilakukan timnya dan berharap bisa meraih hasil yang cukup memuaskan di balapan. 

Hari Minggu sebelum lomba dimulai hujan sudah mulai turun membasahi sirkuit Gilles Villeneuve. Menjelang start hujan tak jua berhenti hingga akhirnya balapan dipandu oleh Safety Car. Balapan di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin mungkin merupakan salah satu balapan F1 yang paling menarik. Penuh drama dan menegangkan hingga akhir lomba. Safety Car berkali-kali bolak balik ke trek. Balapan sempat ditunda hingga hampir dua jam lamanya tapi toh tak mengendurkan syaraf mataku untuk tetap menatap layar kaca menanti apa yang akan terjadi selanjutnya, meski itu artinya aku harus begadang sepanjang malam, dan hanya sempat tidur dua jam setengah saja, akibatnya hari Senin-nya aku memilih bolos kerja.

Di awal lomba Michael Schumacher sudah memperlihatkan suguhan yang menarik kala ia tak gentar menghadapi tekanan dari Lewis Hamilton. Sebelumnya, pada balapan di Monaco, Schumi dan Hamilton pun sempat terlibat insiden yang turut mempengaruhi kinerja W02 Schumi di Monte Carlo hingga akhirnya juara dunia tujuh kali itu terpaksa retired. Meski begitu, Schumi termasuk salah satu orang yang tak ikut menghujat Hamilton atas berbagai insiden yang dilakukannya di Monaco. Sebaliknya Schumi malah membela Hamilton dan menyatakan bahwa trek di Monaco memang sempit, sehubungan dengan insiden yang menimpa Hamilton dengan Massa di mana saat itu Hamilton dinilai sengaja menempatkan mobilnya hingga separuh trek dan membuat Massa berada di posisi yang sulit. Tapi Schumi sebagai pebalap yang sudah amat berpengalaman ini mengemukakan pandangannya dan menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Hamilton itu bukanlah suatu kesalahan karena keadaan trek di Monaco yang sempit amat menyulitkan pebalap manapun termasuk Hamilton.

Di Kanada, pada lap-lap awal Lewis telah lebih dulu menghadapi insiden dengan Webber hingga membuat posisinya melorot dan saat ia mencoba menyalip Michael, juara dunia 2008 ini malah mendapat pelajaran berharga dari seniornya ini. Lewis sempat melintir saat mencoba menyalip Michael.

Selanjutnya terjadi insiden antara Hamilton dengan rekan setimnya sendiri, Button yang membuat SC kembali ke trek. Cuaca ternyata makin tak bersahabat sehingga beberapa pebalap termasuk Michael yang sebelumnya telah masuk pit terpaksa masuk pit kembali untuk mengganti ban intermediate mereka dengan ban basah. SC lagi-lagi harus masuk trek untuk memandu balapan karena hujan ternyata makin deras.

Di lap 25 akhirnya balapan dihentikan karena hujan yang turun makin deras dan di beberapa areal sirkuit terdapat genangan air. Kesempatan ini digunakan para pebalap untuk kembali ke pit mereka masing-masing dan membahas ulang strategi balap mereka termasuk Schumi.

Setelah hampir dua jam akhirnya balapan kembali digelar dengan dipandu Safety Car. Schumi yang sebelum red flag berada di P12 tepat di belakang rekan setimnya, mulai tampil mengesankan. Setelah SC kembali ke pit, Schumi berhasil menyalip rekan setimnya dan pebalap-pebalap di depannya dan terus mencatat waktu tercepat. 

Penampilan Michael makin luar biasa setelah ia keluar dari pit untuk mengganti ban full wet-nya. Ia terus mencatat waktu tercepat hingga ia berada di P4 tepat di belakang Kobayashi dan Massa yang tengah bertarung merebut P2 di belakang Vettel. Dengan seluruh bakat balap Schumi yang sudah teruji, Michael berhasil mengambil kesempatan di tengah pertarungan antara Massa dan Kobayashi dan langsung menyalip kedua pebalap itu untuk merebut P2 di lap 51. Hebatnya lagi, semua aksi overtaking yang dilakukan Michael itu tanpa menggunakan peranti DRS karena saat itu FIA masih melarang penggunaan DRS sehubungan dengan kondisi trek di sirkuit yang dinilai masih basah dan licin. Tapi Michael, The Rain Man sejati ini mampu membawa Mercedes W02-nya yang sebenarnya tak terlalu tangguh tapi bisa terlihat luar biasa.

Michael nyaris meraih podium kedua di belakang Vettel, tapi kondisi di trek mulai mengering. DRS pun mulai diperbolehkan. Sementara itu Webber dan Button mulai memperkecil jarak dan menekan juara dunia tujuh kali ini yang mulai terlihat kesulitan mengatasi kekuatan DRS milik Webber dan Button. Meski begitu, Michael tetap memperlihatkan semangat juangnya. Ia sempat membuat Webber kewalahan menghadapi pebalap Jerman berusia 42 tahun ini hingga pebalap Red Bull itu melakukan kesalahan dan melebar memotong chicane, akibatnya ia harus melambatkan mobilnya dan memberikan tempatnya kembali kepada Michael. Di lap berikutnya, Webber kembali melakukan kesalahan di chicane yang sama hingga membuat Button berhasil menyalipnya.

Schumi berusaha mempertahankan posisinya di tempat kedua demi merebut podium pertamanya sejak kembali ke ajang F1 pada tahun 2010 lalu. Tapi akhirnya Schumi terpaksa menyadari Mercedes W02-nya bukanlah lawan yang sepadan dengan MP4-26 milik Button hingga akhirnya pebalap McLaren-Mercedes itu berhasil menyalipnya. Tak lama kemudian, lima lap menjelang akhir race, Schumi tak lagi mampu menahan gempuran RB7 milik Webber yang memiliki sistem DRS lebih mumpuni dibanding yang ada dalam Mercedes W02-nya Schumi. Akhirnya Schumi pun terpaksa harus puas finish di P4.

Meski gagal meraih podium, tapi aksi Michael Schumacher di Kanada kemarin membuktikan bahwa usianya yang tak muda lagi itu ternyata bukanlah sebab musabab dari penampilan buruknya selama ini. Aksinya di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin itu menunjukkan bahwa Michael Schumacher masih memiliki kemampuan untuk tampil cemerlang seperti di masa keemasannya dulu kalau saja ia mendapatkan mobil yang sepadan yang bisa mengakomodir bakat balapnya itu. Penampilan spektakuler Schumi kemarin itu juga menunjukkan bahwa analisa Mr. Alain Prost yang menyatakan bahwa Schumi yang sudah tak muda lagi ini takkan lagi bisa mencapai puncak performanya seperti di masa lalu.

Berkat aksi briliannya di Montreal, Kanada hari Minggu kemarin itu, nama Michael Schumacher pun kembali menjulang. Bahkan situs planetf1.com menganugrahi aksi Schumi itu sebagai overtaking move of the race sehubungan dengan aksinya saat menyalip Massa dan Kobayashi sekaligus untuk merebut P2.

Michael sendiri seusai race di Kanada mengaku perasaannya campur aduk dan tak tahu apakah ia harus gembira atau menangis.

"I am leaving this race with one eye laughing and one eye crying, as I am not sure if I should be excited or sad about it," ujar Schumi kepada pers usai race di Kanada hari Minggu lalu. Ia sudah tampil amat luar biasa dan nyaris meraih podium tapi sayangnya mobilnya tak mampu mengimbangi bakat cemerlangnya itu.

"Having been in 2nd place towards the end, I would obviously have loved to finish there and be on the podium again. But even if it did not work out in the very end, we can be happy about the result and the big fight we put in," imbuh Michael meski gagal meraih podium tapi merasa cukup puas dengan hasil balapan.

Pebalap yang telah mengoleksi 91 kemenangan ini pun menyatakan rasa puasnya pada kerja keras tim-nya dan strategi mereka. Dan berbanding terbalik dengan opini publik yang selama ini menggambarkan Michael Schumacher sebagai sosok yang arogan, tapi nyatanya juara dunia tujuh kali ini dalam kesempatan itu justru dengan rendah hati-nya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pendukungnya yang tetap memberikan support dalam masa-masa sulitnya dan lewat aksi briliannya di Kanada kemarin itu,  untuk itu aksi Michael di Kanada itu seperti pelipur lara bagi para fans-nya yang pastinya sudah amat menanti juara dunia tujuh kali ini kembali memperlihatkan performa terbaiknya seperti di era keemasannya.

"A good strategy after the red flag it possible, and I am very happy for our team. I would also like to send a big compliment out to the spectators who stayed with us in those difficult circumstances for so long and even cheered us up. That was impressive, and I am glad that I could play my part in entertaining them," kata juara dunia tujuh kali ini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada tim dan para penggemarnya.

Ross Brawn, bos tim Mercedes yang juga merupakan orang di balik kesuksesan Michael Schumacher sejak di Benetton dan Ferrari juga amat gembira dengan aksi brilian Schumi di Kanada kemarin itu.

"It was a thrilling race and Michael drove beautifully in the second part, he did a strong job on the intermediates and the option tyres, but was unable to hold off Jenson and Mark's faster cars, particularly when the had the use of DRS," ujar Brawn memuji penampilan luar biasa Schumi yang sayangnya harus menyerah pada Jenson dan Mark yang memiliki mobil lebih cepat darinya terutama saat mereka menggunakan DRS.

"Even so, it was a fantastic drive to climb eight places and finish fourth. Overall, it was an exciting and extremely challenging but ultimately positive race for our team," tegas Brawn yang tetap memuji Schumi yang meski gagal meraih podium tapi Schumi telah tampil luar biasa hingga meraih finish di urutan keempat. Bagaimanapun hasil yang dicapai Michael ini memberikan nilai positif bagi tim mereka terlebih rekan setim Michael mengalami balapan yang sulit dan gagal meraih poin setelah hanya mampu finish di urutan ke-11 di belakang pebalap Toro Rosso, Sebastian Buemi.

Sumber gambar dari situs ini.

Selasa, 14 Juni 2011

Hamilton Tersungkur, Vettel Melintir, dan Button Juara

 Entah apa yang ada di benak Vettel saat menatap Button yang tengah tersenyum lebar ini?

Memasuki GP Kanada, kepercayaan diri Hamilton sangat besar untuk menyaingi Vettel dalam perebutan gelar dunia. Hamilton yang di race sebelumnya, di Monaco sempat menuai kritik akibat gaya balapnya yang dinilai membahayakan pebalap lain telah menuai buahnya dengan dua kali penalti dari empat insiden yang dialaminya. Insiden dengan Massa dan Maldonado menjadi insiden yang paling parah. Meski begitu Hamilton tetap berhasil mendapai poin dengan finish di urutan ke-6 sementara Massa harus retired dan Maldonado yang nyaris meraih poin pertamanya di F1 harus finish di urutan 18. 

Walau race di Monaco telah tiga minggu usai tapi kritik dari berbagai pihak masih mendera juara dunia 2008 itu. Bahkan dua mantan juara dunia F1, Emerson Fitipaldi dan Niki Lauda memberikan kritik yang lumayan pedas dan keras. Hamilton sendiri mencoba melupakan tragedi di Monaco yang makin runyam dengan komentar bernada rasis yang dikutipnya dari film Ali G., dan bersiap memusatkan perhatiannya pada race selanjutnya di Kanada. 

Sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada semula dinilai merupakan tempat yang akan menguntungkan bagi McLaren-Mercedes dan dianggap merupakan salah satu titik kelemahan sang pemuncak klasemen, Red Bull Racing. Hal ini memang sudah terlihat sejak sesi latihan bebas. Red Bull tak terlalu bersinar, tapi menariknya pesaing berat Red Bull bukanlah McLaren melainkan Ferrari lewat Alonso yang tampil cemerlang di sepanjang sesi latihan bebas dan menjadi yang tercepat pada sesi latihan bebas kedua. 

Vettel ternyata berhasil membalikkan keadaan. Di sesi latihan bebas yang terakhir ia tampil sebagai yang terkencang disusul Alonso dan Rosberg sementara dua pebalap McLaren-Mercedes, Button dan Hamilton berada di urutan kelima dan keenam. Di sesi kualifikasi, Vettel kembali meraih pole dan menjanjikan balapan yang amat ketat bila dilihat dari gap yang tak terlalu jauh dengan catatan waktu yang ditorehkan pebalap lain di belakangnya. Alonso dan Massa merebut P2 dan P3 disusul Webber di urutan ke-4. Sementara Hamilton berada di urutan ke-5 disusul Rosberg di P6, unggul dari Button yang menghuni grid ke-7 di depan Michael Schumacher yang berada di urutan ke-8. 

Sebelum race dimulai, sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada sudah menjanjikan balapan yang akan menegangkan berkat cuaca yang tak bersahabat. Hujan sudah mengguyur sejak sebelum start sehingga balapan dimulai dengan dipandu oleh Safety Car. Setelah SC mulai masuk pit, pertarungan mulai terjadi. Belum lama SC masuk pit, insiden sudah mulai terjadi antara Hamilton dan Webber hingga membuat Webber sempat melintir tapi keduanya masih bisa melanjutkan lomba. Tapi insiden yang berikutnya mengandaskan Hamilton. 

Di lap 7 Hamilton yang berada di belakang Button mencoba menyalip rekan setimnya itu dari sisi dalam tapi Button segera menutup jalannya hingga tabrakan antara keduanya pun tak terhindarkan. Safety Car pun kembali masuk ke trek untuk menyingkirkan mobil Hamilton yang terparkir di Turn 5. Sementara Button masih bisa melanjutkan lomba. 

Insiden ini kembali menuai kritik atas Hamilton tapi pebalap Inggris itu menganggap Button-lah yang telah menabraknya, tapi Button mengaku tak tahu menahu akan keberadaan Hamilton yang amat dekat dengannya saat itu. Button bahkan sampai bertanya pada kru McLaren lewat radio tim mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Meski begitu Button tetap meminta maaf atas apa yang terjadi pada Hamilton. Meski rekan setim merupakan lawan utama yang harus dikalahkan tapi tentunya amat menyulitkan bila terjadi insiden antar rekan setim seperti yang terjadi pada skuad McLaren di Kanada hari Minggu kemarin. 

Balapan Hamilton berakhir sementara balapan Button pun kacau balau. Setelah insiden dengan rekan setimnya, Button harus masuk pit dan kembali di urutan ke-12. Tak lama kemudian di lap 12 Button mendapat kabar dari timnya bahwa ia terkena drive through penalty tapi bukan karena insidennya dengan Hamilton melainkan karena melanggar batas kecepatan saat Safety Car berada di trek di awal lomba. Sebenarnya Hamilton pun terkena penalti yang sama dengan Button karena kedua pebalap McLaren itu melakukan kesalahan yang sama, tapi karena Hamilton telah keluar dari lomba maka hanya Button yang harus menjalankan hukuman itu. Saat kembali ke trek, posisi Button pun melorot ke urutan 14. 

Hujan yang turun ternyata makin parah hingga membuat Safety Car kembali ke trek untuk memandu balapan, tapi tak lama kemudian di lap 25 FIA memutuskan untuk menghentikan sementara balapan karena situasi saat itu dinilai terlalu berbahaya. Vettel masih memimpin disusul Kobayashi dan Massa yang belum melakukan pit untuk mengganti ban. 


Setelah ditunda hampir dua jam, balapan kembali digelar dengan tetap dipandu SC dan perintah dari FIA bagi seluruh pebalap yang masih berada di trek untuk menggunakan ban basah.

Balapan mulai kembali panas setelah SC kembali ke pit. Tapi SC harus kembali ke trek setelah Jenson Button dan Fernando Alonso bertabrakan di lap 44. Alonso langsung kandas dan menyusul Hamilton sementara Button harus kembali ke pit untuk mengganti bannya yang terkena serpihan mobil Alonso. Sekembalinya dari pit, posisi Button melorot jauh di P21.

Menjelang akhir lomba, hujan mulai mereda. Sementara itu Button mulai menggila. Ia menyalip banyak pebalap di depannya hingga akhirnya ia berada di P4 tepat di belakang Webber yang tengah kesulitan menyalip Schumacher yang tampil cemerlang hingga nyaris meraih podium kedua di belakang Vettel.

Button akhirnya berhasil menyalip Webber saat pebalap Australia itu melakukan kesalahan di chicane yang sama dengan saat ia mencoba menyalip Schumacher. Selanjutnya adalah menyalip Michael Schumacher dan itu tak sulit bagi Button dengan MP4-26-nya yang lebih tangguh dibanding W02 milik juara dunia tujuh kali itu, maka Button pun bisa dengan mudahnya meraih P2 dari Schumi dan melesat mendekati Vettel yang sepanjang lomba tak menemui hambatan berarti untuk meraih kemenangan ke-6 di musim ini barulah mendapat lawan sepadan saat Button mulai mendekatinya. MP4-26 Button memang jauh lebih kencang dibanding RB7 milik Vettel. Mendapat tekanan dari Button akhirnya sang juara dunia bertahan ini melakukan kesalahan di final lap. Vettel melintir, Button pun segera mengambil kesempatan ini untuk merebut posisi Vettel dan meraih kemenangan pertamanya di musim ini.

Tentu saja kemenangan Button ini terasa sangat istimewa terlebih juara dunia 2009 ini harus mengalami banyak kesulitan di sepanjang lomba. Dua kali mengalami tabrakan. Mendapat penalti dan harus masuk pit sampai lima kali. Tapi untungnya Button tak kenal menyerah. Ia terus berjuang hingga akhirnya berhasil meraih kemenangan.

Walau mengalami insiden tak mengenakkan dengan rekan setimnya, tapi Button mengaku hal itu ternyata tak mempengaruhi hubungan mereka. Button yang berbeda dengan beberapa pihak yang menghujani Hamilton dengan kritikan, sebaliknya Button justru membela rekan setimnya ini. Lewis menurut Jenson merupakan tipe pebalap petarung dan itulah sebabnya Lewis kerap menjadi headline. Jenson juga menilai Lewis merupakan pebalap yang amat berbakat dan salah satu pebalap terbaik di F1. Bahkan Jenson mengaku bahwa alasannya berada di McLaren adalah karena ingin bertarung dengan pebalap berbakat seperti Hamilton.

"Lewis is in the headlines a lot, and a lot of it is because he is bloody good," komentar Button membela rekan setimnya seperti dikutip oleh Press Association. "He's a race, a fighter. For me that is the reason why I wanted to be here against and with a driver that is super talented, one of the best drivers Formula 1 has ever seen," tegas Jenson seraya menambahkan ketidaksetujuannya dengan pernyataan Niki Lauda dan mengakui gaya membalap Lewis memang agresif tapi itu dinilainya karena Lewis mencoba mencari celah dan terkadang aksi Lewis tepat tapi ada kalanya juga Lewis salah langkah dan menurut Jenson semua pebalap juga seperti itu hanya saja Lewis kerap menempatkan dirinya di situasi yang tak menguntungkannya itu jauh lebih banyak dibanding yang lainnya.

Button bahkan mengaku Lewis merupakan salah satu orang pertama yang memberikan selamat padanya saat ia berhasil menjuarai GP Kanada hari Minggu kemarin. Dan hal ini sepertinya menegaskan bahwa insiden antara mereka di lap-lap awal balapan kemarin sudah berhasil diatasi keduanya.

Sementara itu balapan di Kanada kemarin yang berhasil dimenangkannya dinilai Jenson merupakan balapan terbaiknya di F1. Bahkan bosnya di McLaren, Martin Whitmarsh menganggap kemenangan Jenson itu merupakan kemenangan terbaik dalam sejarah F1. Aksi Jenson dinilainya luar biasa. Jenson harus menerima berbagai masalah. Tabrakan dua kali sampai harus berkali-kali masuk pit untuk mengganti bannya yang terkena serpihan mobil usai bertabrakan dengan Alonso dan sebelumnya akibat insiden dengan rekan setimnya, ia terpaksa masuk pit untuk mengganti front wing-nya dan membuat posisinya melorot ke urutan 21 tapi Jenson tetap fokus dan secara luar biasa berhasil merangkak naik hingga merebut kemenangan.

"I think it was one of the best wins in the history of F1," ujar Whitmarsh memuji Jenson. "I think it was incredible. Absolutely fantastic. There were puncture, he had to change the front wing and from 21st I don't know how many times he had to overtake people. He just drove fantastically well."

Kemenangan ini menurut Whitmarsh sepenuhnya merupakan hasil kerja keras dan bakat Jenson Button sendiri.

"He kept focused. He applied as much pressure as he had to to get past and really did a fantastic job. This was 90 per cent him and 10 per cent the car. He did a great, great, great job," tandas Whitmarsh yang bergembira atas kemenangan pebalapnya ini.

Sumber gambar : okezone.com

Senin, 13 Juni 2011

Audrey Hepburn = An Elegant Spirit



* Tag dari Selvia Lusman.

Menjelang akhir hidupnya, Audrey memang terkenal sebagai duta UNICEF setelah ia mengundurkan diri dari dunia layar lebar. Sebagai wujud syukur atas keberuntungannya selamat dari pendudukan Jerman saat ia masih kecil, Audrey mendedikasikan sisa hidupnya untuk membantu anak-anak di negara-negara miskin. Kefasihan Audrey dalam berbagai bahasa, di samping bahasa Inggris dan Belanda, Audrey juga fasih dalam berbahasa Perancis, Italia, Spanyol, dan Jerman. Kemampuannya dalam menguasai banyak bahasa ini amat membantu Audrey dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai duta UNICEF.

Audrey sebenarnya sudah memantau UNICEF sejak tahun 1950-an, dimulai pada tahun 1954 saat melakukan presentasi di radio. Misi pertama Audrey di UNICEF adalah tugas lapangan ke Ethiopia pada tahun 1988. Ia mengunjungi panti asuhan di Mek'ele yang menampung 500 anak kelaparan dan membagikan makanan dari UNICEF. Mengenai perjalanannya ini Audrey menyatakan kesedihannya saat menyaksikan dua juta orang yang terancam mati kelaparan dan banyak anak-anak yang sakit sementara berton-ton makanan hanya menumpuk di Northern Port of Shoa dan tak bisa didistribusikan. Ia juga mengungkapkan pemandangan mengerikan akibat perang saudara di negara Afrika itu. Ketika ia memasuki daerah yang dikuasai oleh pemberontak, ia menyaksikan para ibu dan anak-anak mereka yang harus berjalan selama 10 hari, bahkan 3 minggu lamanya, untuk mencari makanan, berkemah di padang gurun di mana mereka mungkin akan tewas di sana. "Horrible. That image is too much for me,"ungkapnya akan pengalaman menyedihkan yang disaksikannya di negara miskin yang sarat konflik perang saudara yang pada akhirnya menyeret penderitaan bagi rakyat negeri tersebut. Audrey juga menyatakan ketidaksukaannya dengan penggunaan istilah "dunia ketiga" bagi negara-negara miskin seperti di Ethiopia itu, karena baginya kita semua hidup di satu dunia yang sama dan ia ingin semua orang tahu bahwa sebagian besar dari penduduk di bumi yang sama ini mengalami penderitaan (akan kelaparan dan kemiskinan). "The Third world' is a term I don't like very much, because we're all one world. I want people to know that the largest part of humanity is suffering."

Pada bulan Agustus 1988, Hepburn pergi ke Turki untuk kampanye imunisasi. Operasi di Turki ini disebutnya sebagai "The loveliest example" dari UNICEF. Di bulan Oktober 1988 Hepburn melakukan perjalanan ke Amerika Selatan. Pengalamannya di Venezuela dan Ekuador bahkan diungkapkan oleh Hepburn saat berbicara di depan kongres Amerika Serikat. "Saya menyaksikan perkampungan kecil di gunung, daerah gunung, dan pemukiman orang miskin di kota bisa menikmati air bersih untuk pertama kalinya berkat sedikit keajaiban - dan keajaiban itu bernama UNICEF. Saya menyaksikan sekelompok anak laki-laki bergotong-royong membangun sekolah dari batu bata dan semen yang disumbangkan UNICEF."

Di bulan April 1989, Hepburn bersama Wolders mengunjungi Sudan sebagai bagian misi "Operation Lifeline". Akibat perang saudara jatah makanan dari lembaga bantuan terputus. Misi Hepburn adalah mengangkut makanan ke Sudan bagian selatan. "Saya hanya melihat satu fakta yang jelas. Semua ini bukanlah bencana yang dibuat oleh alam, melainkan tragedi yang diciptakan oleh manusia sendiri, dan hanya ada satu pemecahan yang bisa dilakukan oleh manusia - perdamaian," ujar Hepburn mengenai tragedi yang disaksikannya akibat perang saudara di salah satu negara Afrika itu.

Bulan Oktober di tahun yang sama, Hepburn dan Wolders pergi ke Bangladesh. John Isaac, seorang fotografer PBB berkomentar, "Sering anak-anak langsung mengerubunginya, tapi tanpa rasa sungkan, ia langsung memeluk mereka. Belum pernah aku menyaksikan pemandangan seperti itu. Orang lain mungkin punya rasa enggan memeluk mereka. Belum pernah aku menyaksikan pemandangan seperti itu. Orang lain mungkin punya rasa enggan dalam batas tertentu, tapi ia (Hepburn) langsung menarik mereka ke pelukannya. Anak-anak datang untuk memegang tangannya, menyentuhnya - ia bagaikan Peniup Seruling dari Hamelin."

Pada bulan Oktober 1990, Hepburn pergi ke Vietnam untuk melakukan program imunisasi dan penyediaan air bersih. Program ini merupakan kerjasama antara UNICEF dengan pemerintah Vietnam. Empat bulan menjelang kematiannya, Audrey masih melakukan misi UNICEF di Somalia. Melihat keadaan di sana yang mengerikan, Audrey sampai mengatakan keadaan di sana "seperti kiamat".

"Aku seperti berjalan menuju mimpi buruk. Aku telah melihat bencana kelaparan yang menimpa Ethiopia dan Bangladesh, tapi apa yang kusaksikan di sini - jauh lebih buruk dari apa yang bisa kubayangkan. Aku tidak siap untuk (keadaan) ini", ujar Hepburn mengenai apa yang disaksikannya di Somalia. Ia juga menyaksikan ada begitu banyak makam di mana-mana. Di sepanjang jalan raya, di sekitar jalan setapak yang dilaluinya, di tepi-tepi sungai, juga ada makam di dekat setiap perkemahan. Yang jelas di mana-mana terlihat makam. Dan tentu saja pemandangan ini amat mengerikan dan mengiris hati.

Meski ngeri dengan apa yang disaksikannya tapi Hepburn tetap memiliki harapan. "Orang yang tidak percaya dengan keajaiban bukanlah orang yang realistis. Aku pernah menyaksikan keajaiban yang dibuat oleh UNICEF, dalam bentuk air bersih. Di tempat selama berabad-abad gadis-gadis dan kaum wanita harus menempuh jalan berkilo-kilometer untuk mendapatkan air, kini air minum yang bersih bisa diperoleh di dekat rumah. Air adalah kehidupan, dan air bersih berarti kesehatan bagi anak-anak di desa ini," ujar Hepburn mengisahkan pengalamannya bersama UNICEF dan betapa berartinya setiap tindakan kemanusiaan yang dilakukan badan PBB ini demi memberikan kehidupan yang lebih baik di negara-negara miskin. "Masyarakat di tempat-tempat tersebut tidak kenal siapa itu Audrey Hepburn, tapi mereka mengenali nama UNICEF. Ketika mereka melihat UNICEF, wajah mereka menjadi cerah, karena mereka tahu bakal ada sesuatu. Di Sudan, misalnya mereka menyebut pompa air dengan sebutan 'UNICEF'".

Setelah kembali ke Swiss dari kunjungannya di Somalia, Hepburn mulai mengeluh nyeri perut. Setelah memeriksakan diri ke spesialis, ia pun memutuskan untuk menjalani pengobatan dan pergi ke Los Angeles pada bulan Oktober. Tapi pada tanggal 1 Nopember, tim dokter yang melakukan operasi laparoskopi mendapati kanker di ususnya sudah menyebar. Beberapa hari kemudian ia pun dioperasi lagi. Pengobatan sudah tidak cukup ampuh untuk menekan sakit yang dideritanya; jadi pada tanggal 1 Desember ia melakukan operasi untuk kedua kalinya. Namun setelah satu jam, dokter akhirnya menyerah dan menyatakan bahwa kanker di tubuh Audrey Hepburn sudah menyebar terlalu jauh dan tak dapat diangkat.

Keadaan Hepburn yang sudah lemah ini tak memungkinkannya naik pesawat komersial. Hubert de Givenchy, perancang terkenal yang sudah menjadi sahabat Audrey sejak pembuatan film Sabrina meminta sahabatnya, Rachel Lambert "Bunny" Mellon (isteri Paul Mellon) untuk mengirimkan pesawat jet pribadi yang dipenuhi dengan bunga ke Los Angeles. Pesawat jet pribadi itu menerbangkan Hepburn dari California menuju kediaman Hepburn di Swiss. Pada sore hari di tanggal 20 Januari 1993 akhirnya Audrey Hepburn meninggal dunia dalam usia 63 tahun akibat kanker usus yang dideritanya di Tolochenaz, Vaud, Swiss dan dimakamkan di sana.

Saat pemakamannya, Gregory Peck, salah seorang lawan mainnya di Roman Holiday dan sempat digosipkan memiliki hubungan dengannya, sambil berlinangan air mata membacakan puisi kesukaan Hepburn, "Unending Love" karya Rabindranath Tagore.

Putra Audrey dalam bukunya yang ditulisnya sebagai penghormatan bagi ibunya menulis: "Audrey Hepburn, An Elegant Spirit: A Son Remembers"

Pada tahun 1992 Presiden Amerika, George H. W. Bush menganugerahkan Medal of Freedom sebagai wujud penghargaan atas pelayanannya bersama UNICEF. Academy Motion Picture Arts and Sciences juga menganugerahinya Jean Hersholt Humanitaria Award atas kontribusinya bagi kegiatan kemanusiaan. Penghargaan ini diterima oleh putra Audrey yang mewakilinya.

"Taking care of children has nothing to do with politics. I think perhaps with time instead of there being a politicization of humanitarian aid, there will be a humanization of politics."

Audrey Hepburn pernah dipilih sebagai "Wanita tercantik sepanjang masa" dalam sebuah polling yang dilakukan oleh Evian.

Meskipun Hepburn menikmati dunia fashion tapi ia tak terlalu menaruh perhatian terhadap hal ini. Ia malah lebih suka berpenampilan casual dan mengenakan pakaian yang nyaman dikenakan.

Audrey Hepburn dalam sebuah wawancara pada tahun 1959 bahkan sempat menyatakan bahwa ia dalam suatu masa pernah membenci dirinya sendiri dan melihat dirinya tak sempurna. Ia menilai dirinya terlalu gemuk atau terlalu tinggi. "You can even say that I hated myself at certain periods. I was too fat, or maybe too tall, or maybe just plain too ugly... you can say my definiteness stems from underlying feelings of insecurity and inferiority. I couldn't conquer these feelings by acting indecisive. I found the only way to get the better of them was by adopting a forceful, doncetrated drive."

Pada tahun 2000 sebuah film Amerika yang mengisahkan tentang hidup Audrey Hepburn pernah ditayangkan. Jennifer Love Hewitt yang juga merupakan co-producer film ini dipilih memerankan tokoh Audrey Hepburn.

Selain hasil karyanya dalam bidang film, nama Audrey di bidang kemanusiaan pun tidak akan pernah pudar dimakan waktu; sebuah organisasi amal Audrey Hepburn Children's Fund yang dibangun di New York tapi kemudian dipindahkan ke Los Angeles pada tahun 1998 yang hingga saat ini masih terdapat di sana.

Bahkan meski telah wafat, Audrey masih memiliki peranan bagi gerakan kemanusiaan. Gaun "little black dress" yang dikenakannya dalam film Breakfast at Tiffany's dan dirancang oleh sahabatnya, Givenchy dalam lelang yang diadakan oleh balai lelang Christie pada tanggal 5 Desember 2006 ini terjual seharga £467.200 (sekitar $920.000). Harga paling tinggi yang pernah dibayarkan bagi sebuah gaun dari sebuah film.

Hasil penjualan dari lelang itu diberikan kepada City of Joy Aid, sebuah yayasan kemanusiaan untuk anak-anak telantar di India. Kepala yayasan tersebut sangat terharu saat menerima dana tersebut dan menyatakan, "Mataku berlinangan air mata. Aku benar-benar tak percaya sehelai gaun yang pernah dikenakan oleh seorang aktris yang sangat luar biasa telah membantuku membeli batu bata dan semen untuk membantu semua anak telantar di dunia sehingga bisa bersekolah."

Audrey Hepburn merupakan salah satu tokoh paling berharga bagi dunia. Kurasa sepanjang perjalanan sejarah peradaban manusia, nama Audrey Hepburn tidak akan pernah lekang dimakan waktu. Audrey Hepburn merupakan sebuah gambaran dari totalitas tanpa akhir. Ia selalu memberikan seluruh potensinya dalam setiap hal yang dikerjakannya. Sebagai balerina meski ia pada akhirnya tidak bisa melanjutkan kariernya sebagai seorang balerina karena malnutrisi yang dideritanya akibat Perang Dunia II namun Audrey sempat menjadikan balet sebagai pilihan kariernya dan ia benar-benar total dalam mewujudkan impiannya itu walau pada akhirnya harus kandas di tengah jalan.

Namun jalan hidupnya ternyata terbuka lebar di dunia peran. Dalam berakting, tak akan ada yang menyangkal kemampuan akting Audrey Hepburn yang selalu total dalam berakting. Dua piala Oscar merupakan bukti dari totalitasnya di dunia peran. Setelah meninggalkan dunia peran ternyata totalitas Hepburn tidak berhenti. Kali ini ia mengabdikan diri sepenuhnya bagi kemanusiaan lewat UNICEF. Baik lewat peran-perannya di dunia film maupun melalui kiprahnya saat terlibat di UNICEF merupakan jejak-jejak Audrey Hepburn yang senantiasa terekam dan hasil karyanya ini baik di bidang seni peran maupun dalam gerakan kemanusiaan adalah demi impiannya yang lebih besar dan tidak akan lekang yaitu menciptakan dunia yang jauh lebih baik. A better world.

* Gambar dipinjam dari sini.

Sabtu, 11 Juni 2011

Audrey Hepburn = There's No Such Thing As Fairytale

Tag dari Selvia Lusman.
Sepanjang karirnya di dunia film, Audrey kerap disandingkan dengan sederet aktor terkenal seperti Cary Grant, Rex Harrison, hingga Sean Connery. Hubungan Audrey dengan para lawan mainnya kerap menjadi perbincangan. Bagi para lawan mainnya, Audrey disebut sebagai pribadi yang menyenangkan. Audrey bahkan sempat terlibat hubungan dengan beberapa lawan mainnya.

Rex Harrison yang bermain bersama Audrey dalam film My Fair Lady menyebut Audrey sebagai pemeran utama wanita favoritnya. Audrey sendiri dikabarkan berteman baik dengan Kay Kendall, aktris Inggris yang juga merupakan istri Rex Harrison.

Cary Grant yang sebelumnya sempat menolak membintangi Roman Holiday dan Sabrina namun akhirnya bisa juga menjadi lawan main Audrey dalam film Charade yang dirilis pada tahun 1963 dikabarkan amat menyukai selera humor Audrey hingga ia sempat mengatakan, "Satu-satunya hadiah Natal yang kuingin adalah main satu film lagi dengan Audrey Hepburn." Tapi sayangnya Charade merupakan satu-satunya film Grant bersama Hepburn. Kabarnya Grant yang sensitif atas perbedaan usia di antara mereka meminta perubahan di skrip atas usia karakter yang akan diperankan Hepburn.

Audrey juga pernah menjalin hubungan dengan Gregory Peck yang menjadi lawan mainnya di Roman Holiday. Meskipun hubungan mereka berakhir namun keduanya tetap berhubungan baik.

Audrey Hepburn ternyata juga pernah menyanyikan lagu "Happy Birthday, Mr. President" untuk Presiden John F. Kennedy. Setelah Marilyn Monroe menyanyikan lagu itu untuk Kennedy, di tahun berikutnya, pada 29 Mei 1963, Hepburn menyanyikan "Happy Birthday, dear Jack" untuk Presiden Amerika tersebut yang beberapa bulan kemudian, pada 22 Nopember 1963 tewas tertembak di Dallas, Texas saat tengah melakukan kampanye untuk periode kedua masa kepresidenannya.

Di awal tahun 1950-an, Audrey pernah berkencan dengan Michael Butler yang kemudian menjadi hair producer. Pada tahun 1952 Hepburn pernah bertunangan dengan James Hansonyang dikenang Audrey sebagai "cinta pada pandangan pertama". Namun Hepburn membatalkan pernikahan mereka padahal ia telah mengepas baju pengantin dan hari pernikahan pun telah ditetapkan, karena Audrey merasa tuntutan karier akan menyita waktunya bersama suaminya.

Belakangan Audrey malah menikah sampai dua kali dan keduanya harus kandas dengan perceraian. Pernikahan pertama Audrey dengan aktor Mel Ferrer. Mereka bertemu pertama kali di pesta yang diadakan Ferrer dalam film Lili dan langsung tertarik dengan penampilannya. Ketika menerima naskah drama teater itu, dimulai pada tanggal 24 September di tahun yang sama.

Hepburn sempat mengalami dua kali keguguran sebelum akhirnya melahirkan putra pertamanya, Sean pada tahun 1960. Yang pertama terjadi pada bulan Maret 1955 dan pada tahun 1959 Hepburn kembali mengalami keguguran saat tengah syuting film The Unforgiven. Audrey terjatuh dari atas kuda hingga perlu dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Sewaktu baru sembuh dan beristirahat di rumah, Mel Ferrer menghiburnya dengan membawakan anak rusa dari film Green Mansions. Anak rusa yang diberi nama Ip, singkatan dari Pippin. Hepburn memang sangat suka memelihara binatang. Selain Ip, si anak rusa, ia juga memelihara beberapa ekor anjing. Ketika Mr. Famous, anjing Yorkshire Terrier miliknya mati tertabrak mobil, Ferrer menghiburnya dengan memberi anjing Yorkshire Terrier lainnya yang diberi nama "Assam of Assam". Sean, putra Audrey dan Ferrer pun suka memelihara binatang dan memiliki anjing Cocker Spaniel bernama Cokey. Di usia lanjut, Hepburn memiliki dua ekor anjing Jack Russell Terrier.

Meski sukses sebagai bintang tenar, namun Hepburn tetap rendah hati dan lebih suka hidup tenang bersama keluarga serta dekat dengan alam. Hepburn memiliki dua rumah yang tidak besar dan senang berkebun.

Setahun kemudian Hepburn akhirnya melahirkan seorang anak dari pernikahannya dengan Ferrer yang diberi nama Sean. Yang menjadi ayah baptis Sean adalah A.J.Cronin, seorang novelis yang juga merupakan tetangga Hepburn di Lucerne.

Kehidupan pernikhan Hepburn dan Ferrer tidak mudah. Kolom gosip bahkan meramalkan bahwa pernikahan mereka tak akan bertahan namun Hepburn menyatakan bahwa mereka sangat bahagia, namun akhirnya Hepburn mengakui juga bahwa suaminya memiliki perangai yang buruk.

Ferrer dikabarkan terlalu mengontrol Hepburn. Salah seorang lawan main Audrey di Sabrina, William Holden bahkan sempat mengomentari hubungan Audrey dengan Ferrer dan mengatakan, "Kurasa Audrey memang membiarkan Mel mengira ia sangat berpengaruh bagi Audrey."

Pernikahan Hepburn dan Ferrer yang telah berjalan selama 14 tahun akhirnya berakhir pada 5 Desember 1968. Sean, putra mereka mengatakan bahwa Hepburn telah berupaya menpertahankan pernikahannya. Ferrer digosipkan memiliki kekasih, sementara Hepburn pun dikabarkan menjalin hubungan dengan Albert Finney yang jauh lebih muda. Hepburn sendiri membantah rumor tersebut, tapi menurut Stanley Donen, sutradara film tersebut, Audrey terlihat sangat menikmati kebersamaannya dengan Finney. Keduanya terlihat seperti sepasang anak kecil saat tengah bersama-sama. Keduanya saat itu tengah terlibat dalam film Two For The Road yang berkisah mengenai perceraian. Saat itu pernikahan Hepburn-Ferrer juga sedang di ambang perceraian. Bila Mel sedang tidak ada di lokasi, keduanya penuh semangat tapi bila Mel ada hubungan Audrey dan Albie jadi agak formal dan sedikit canggung. Namun keduanya berpisah sebelum perceraian antara Audrey dengan Ferrer, dan Hepburn menjadi kurus setelah sendirian.

Pada tahun 1967 sebelum mereka bercerai, Audrey dan Mel sempat terlibat dalam film yang sama. Audrey berperan sebagai wanita buta yang diteror dalam film Wait Until Dark dan Mel merupakan produser film tersebut. Di sini Audrey terhibur dengan Richard Crenna yang menurutnya sangat lucu. Hepburn juga suka bercanda dengan sutradara Terence Young yang pernah menjadi komandan lapis baja Angkatan Darat Inggris Raya dalam pertempuran di Amhem saat perang dunia II. Keduanya berkelakar soal kemungkinan Young pernah menembaki Hepburn saat perang di Amheim 23 tahun sebelumnya. Akting Hepburn dalam Wait Until Dark hanya menghasilkan nominasi Academy Award.

Setelah bercerai dengan Ferrer, Audrey kembali menikah. Suami keduanya adalah psikiater asal Italia, Andrea Dotti. Mereka bertemu di kapal pesiar dalam perjalanan wisata di Yunani. Mereka menikah pada tanggal 18 Januari 1969. Audrey sangat menyukai Luca dan menyebut Luca merupakan orang yang menyenangkan. Ia bahkan merasa bisa memiliki anak dari Luca dan mungkin akan membuatnya berhenti bekerja. Dari pernikahan keduanya ini, ia kembali dikaruniai seorang putra yang diberi nama Luca. Sebelum mengandung Luca, lagi-lagi Audrey mengalami keguguran untuk terakhir kalinya.

Selain melukis, Audrey dikenal juga suka membaca puisi. Ia bahkan sering membacakan puisi "Time Tested Beauty Tips" untuk kedua putranya. Salah satu bait puisi itu berbunyi, "For beautiful hair, let a child run his or her fingers through it once a day" (Agar rambut indah, biarkanlah seorang anak kecil membelai rambutmu dengan jari-jari mungilnya sesekali) dan bait lainnya berbunyi, "For a slim figure, share your food with the hungry." (Untuk mendapatkan tubuh langsing, berbagilah makananmu dengan mereka yang lapar). Puisi yang terkenal berkat Audrey Hepburn ini aslinya ditulis oleh Sam Levenson. 

Pernikahan kedua Audrey ternyata juga tak bisa bertahan. Meski Dotti sangat mencintai Hepburn dan Sean, putra sulung Audrey dari pernikahan pertamanya juga sangat menyukai Dotti tapi ternyata Dotti memiliki affair dengan wanita-wanita yang lebih muda. Setelah Audrey merasa Luca dan Sean sudah cukup besar, pernikahan Hepburn dan Dotti yang sudah berjalan selama 13 tahun akhirnya berakhir pada tahun 1982. Meski begitu hubungan Audrey dengan Dotti tetap terjalin baik, berbeda dengan hubungan antara Audrey dengan Ferrer. Setelah bercerai, Audrey dan Ferrer hanya pernah berbicara dua kali yaitu saat upacara kelulusan dan pernikahan pertama Sean, putra mereka.

Saat pernikahannya dengan Dotti hampir berakhir, Audrey kembali menemukan cinta dalam diri Robert Wolders, seorang aktor tampan asal Belanda yang juga merupakan suami aktris Merle Oberon. Hepburn mengenal Wolders lewat seorang teman di akhir pernikahannya dengan Dotti. Setelah perceraiannya dengan Dotti sudah pasti, Audrey tinggal bersama Wolders namun mereka tak pernah menikah. Pada 1989 setelah 9 tahun hidup bersama, Audrey menyatakan 9 tahun kebersamaannya dengan Wolders sebagai masa-masa paling bahagia dalam hidupnya. "Took me long enough" - perlu waktu lama untuk bertemu dengan Wolders, - demikian pernyataan Hepburn dalam wawancaranya dengan Barbara Walters. Saat ditanya alasan mereka tidak pernah menikah, Hepburn menjawab bahwa dirinya dan Wolders "sudah menikah" tapi tidak secara formal. Keduanya memang bersama-sama merencanakan perjalanan Hepburn sebagai duta UNICEF. Setiap kali Hepburn berpidato, Wolders selalu memperhatikannya dan kadang-kadang memandangnya sambil meneteskan air mata.

to be continued...

Setelah pensiun dari dunia film, Hepburn mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kegiatan kemanusiaan bersama UNICEF. Kenangan pahit masa kecilnya saat perang dunia II turut berpengaruh dalam keputusannya ini. 

* Gambar dipinjam dari sini.

Senin, 06 Juni 2011

Schumacher Siap Bertempur Kembali di Kanada

"I know that good things come to those who wait. I am absolutely sure we are on the right track and that we are doing all we can to be successful in the end," pernyataan ini diungkapkan Michael Schumacher dalam wawancaranya dengan situs resmi F1 usai sesi kualifikasi di GP Spanyol tahun ini setelah mengalami akhir pekan yang buruk di Istanbul, Turki.

Sebagai salah seorang penggemar berat Michael Schumacher, tentu saja aku amat mengamini pernyataan jagoanku ini. Karenanya, meski performa Michael masih belum secemerlang aksinya di masa lalu, aku tak ingin putus harapan dan akan terus menanti mimpiku jadi kenyataan. Melihat Michael Schumacher kembali melompat di podium teratas Grand Prix Formula One.

Meski rasanya mustahil bisa melihat Schumacher meraih kemenangan di race berikutnya yaitu di Montreal, Kanada, tapi kurasa hal itu bukannya tak mungkin. Minggu lalu, aku berharap bisa melihat suatu mukjizat di Monaco, mengingat trek di Monaco tidak mudah dan balapan di Monaco selalu mengesankan, dan meski sejarah Schumi di Monaco tak selalu manis, tapi aku berharap mukjizat seperti yang dirasakan Olivier Panis di Monte Carlo, Monaco pada tahun 1996 bisa kembali terulang pada Michael Schumacher. Sayangnya harapan tinggal harapan. Walaupun di sesi kualifikasi, Michael berhasil meraih P5 mengalahkan rekan setimnya, tapi sayangnya saat race, Mercedes W02 Michael masih belum bisa mendukung juara dunia tujuh kali ini untuk kembali meretas kemenangan. Michael gagal melanjutkan lomba akibat airbox-nya mengalami masalah, tapi aku tak ingin putus harapan.

Race selanjutnya akan berlangsung di sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada. Dan sepanjang sejarah karir balap F1 Michael Schumacher, sirkuit ini selalu bersikap ramah bagi Schumacher dan bahkan adik kandung Michael, Ralf Schumacher pun sempat merasakan manisnya champagne di podium utama sirkuit yang dinamai seperti nama pebalap legendaris Ferrari asal Kanada, Gilles Villeneuve ini.

Michael sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk kembali bertempur di Kanada pekan ini. FIA sebelumnya telah memutuskan memperbolehkan penggunaan DRS di dua tempat sekaligus di sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada, hal ini merupakan yang pertama kalinya, karena pada enam balapan sebelumnya penggunaan DRS ditentukan hanya di satu zona saja. Hal ini tentunya akan membuat aksi salip-menyalip makin seru dan Michael menyambut baik keputusan FIA tersebut.

"The circuit itself is very much a stop-and-go-scenario with much of the focus on top speed and braking," ujar Schumacher.

"It is really difficult to have an idea of how our car will perform in Montreal," lanjut juara dunia tujuh kali ini seraya mengungkapkan hasil mengecewakan di Monaco minggu lalu yang dinyatakannya merupakan akhir pekan yang berat bagi timnya, tapi ia seperti biasa berusaha untuk tetap optimis dan meyakini bahwa timnya selalu memetik setiap pelajaran dari setiap race yang mereka jalani. "We will learn our lessons and be ready to fight again in Canada," tegas pebalap yang telah mengoleksi 91 kali kemenangan ini.

Michael juga menambahkan bahwa Montreal merupakan kota yang luar biasa untuk dikunjungi dan baginya GP Kanada merupakan salah satu balapan yang memiliki atmosfir yang sangat baik. Pernyataan Michael ini memang bukan sekadar omong kosong belaka karena sepanjang sejarah pagelaran GP Kanada di Montreal, Michael Schumacher merupakan pebalap tersukses di negeri daun maple ini.

Montreal mulai menjadi tuan rumah perhelatan Formula One sejak tahun 1978. Sebelumnya, GP Kanada sempat digelar di Ontario dan Quebec. Sepanjang sejarah GP Kanada, Michael Schumacher berhasil meraih tujuh kali kemenangan di sirkuit Gilles Villeneuve ini sedangkan Ferrari merupakan tim konstruktor tersukses di Kanada dengan 13 kali kemenangan. Sementara pebalap F1 lainnya hanya bisa meraih kemenangan sebanyak tiga dan dua kali saja di Kanada ini. Nelson Piquet, mantan rekan setim Schumacher di Benetton pada tahun 1991, merupakan pebalap kedua setelah Michael Schumacher dalam rekor kemenangan di GP Kanada dengan menorehkan tiga kali kemenangan, sementara Jacky Ickx, Jackie Stewart, bahkan Senna hanya mampu menorehkan dua kali kemenangan saja. 

Sedangkan Gilles Villeneuve, pebalap Kanada yang tewas dalam kecelakaan saat sesi kualifikasi di GP Belgia pada tahun 1982 merupakan pebalap pertama yang meraih kemenangan di Montreal. Untuk menghormatinya, maka namanya diabadikan sebagai nama sirkuit di Montreal ini.

Berikut adalah jejak-jejak kenangan Michael Schumacher di Sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada.

Montreal, Kanada 1992
Kenangan manis pertama Michael Schumacher di Montreal, Kanada. Ia memulai balapan dari grid ke-5 tapi sukses meraih podium kedua mendampingi Berger (McLaren-Honda) dan Alesi yang membalap untuk Ferrari. 

Ayrton Senna yang membalap untuk McLaren-Honda berhasil meraih pole didampingi Riccardo Patrese di front row. Di barisan kedua ada Nigel Mansell, rekan setim Patrese di Williams-Renault berdampingan dengan Gerhard Berger yang mengisi grid ke-4 sementara Michael Schumacher berada di P5. 

Pada lap 14 Mansell mencoba menyalip Senna di tikungan terakhir tapi mobilnya melintir dan mogok di jalur utama. Mansell pun terpaksa keluar dari balapan sementara Senna masih selamat tapi hal itu tak berlangsung lama. Di lap 37 Senna, sang pemimpin lomba harus retired karena masalah elektrik di mobilnya. Mangsa berikutnya adalah Patrese yang harus retired akibat kegagalan gearbox-nya. Gerhard Berger, rekan setim Senna pun langsung melenggang memimpin lomba hingga akhir balapan disusul oleh Michael Schumacher yang membalap untuk Benetton-Ford dan Alesi dari Ferrari melengkapi di podium ketiga. 

Montreal, Kanada 1993
Lagi-lagi Schumi hanya mampu meraih podium kedua. 

Schumi memulai balapan dari grid ketiga di belakang Alain Prost yang membela Williams-Renault dan Damon Hill, rekan setim Prost. Saat start Hill berhasil mengalahkan Prost dan mengambil alih posisi terdepan dari tangan pebalap Perancis itu sementara mobil Benetton Schumi mendadak melambat hingga disalip oleh Berger dan Senna yang memulai balapan dari grid ke-8 dan sukses menyalip Brundle lalu Alesi. Sedangkan Hill masih memimpin. Tak lama kemudian, Schumi akhirnya berhasil pulih dan sukses menyalip Berger. Sementara di barisan depan, pertarungan juga tengah memanas. Prost kembali berhasil mengambil alih posisi terdepan dari tangan Hill. Posisi kini Prost memimpin diikuti Hill, Senna, Schumacher, Patrese, dan Berger. 

Di tengah race mendadak Williams-nya Hill mengalami masalah hingga akhirnya ia disalip Senna. Tak lama mobil Senna mengalami electrical problem hingga memaksanya retired, Schumi pun segera mengambil alih posisi Senna. Balapan akhirnya dimenangkan oleh Prost yang finish terdepan disusul Michael Schumacher dan Damon Hill di urutan kedua dan ketiga. 

GP Kanada 1993 ini juga merupakan balapan terakhir yang dikomentatori oleh mantan juara dunia F1 James Hunt yang setelah pensiun dari F1 beralih profesi menjadi komentator F1. Hunt meninggal karena serangan jantung sekitar 48 jam setelah balapan di GP Kanada 1993 ini.

Montreal, Kanada 1994
Trivia kesuksesan pertama Michael Schumacher di Montreal, Kanada. Tahun 1994 ini Schumi sukses meraih pole, fastest lap, dan podium pertamanya di Montreal, Kanada.

Di sesi kualifikasi, Schumi sukses mengungguli Alesi dan Berger yang membalap untuk Ferrari dan meraih pole pertamanya di Kanada. Sementara pesaing terdekat Schumi dalam perebutan gelar musim itu, Damon Hill berada di grid ke-4 disusul rekan setimnya, David Coulthard di P5.
Penampilan Benetton-Ford saat itu memang tengah cemerlang. Schumi pun tampil kencang di atas Benetton B194-nya tanpa bisa terkejar. Ia pun sukses meraih kemenangan pertamanya di Montreal, Kanada disusul Hill dan Alesi di urutan kedua dan ketiga.

"The car performed fantastic. I had all the gears this time and I could do what I wanted. I think it would be good for Formula One if Nigel (Mansell) returned. It would bring more competition and I would like that," ujar Michael setelah meraih kemenangan pertamanya di GP Kanada bersama Benetton-Ford seraya mengungkapkan kesediaannya agar Nigel Mansell kembali ke trek F1 mengingat setelah kematian Ayrton Senna di San Marino, Imola pada tahun 1994 itu praktis tak ada juara dunia yang mengisi grid F1 berhubung Mansell dan Prost yang meraih gelar dunia pada 1992 dan 1993 sudah pensiun.

Sirkuit Gilles Villeneuve, Montreal, Kanada 1995
Michael Schumacher kembali meraih pole dan mencetak fastest lap tapi sayangnya masalah gearbox menenggelamkan harapannya untuk mengulang kesuksesannya meraih kemenangan.

Saat kualifikasi Michael berhasil mengalahkan pesaing terdekatnya, Damon Hill. Ia merebut pole disusul Hill di P2 sementara David Coulthard dan Jean Alesi di urutan ketiga dan keempat. Selepas start Michael langsung memimpin dari pole hingga ia didera masalah dengan dengan gearbox-nya. Namun Schumacher bisa dibilang beruntung, karena ia masih bisa finish kelima sementara rival utamanya, Damon Hill yang juga mengalami masalah dengan gearbox gagal menyelesaikan lomba dan harus retired di lap 50.

Balapan hari itu akhirnya dimenangkan oleh Jean Alesi yang membalap untuk Ferrari. Kemenangan Alesi ini langsung disambut meriah oleh fans yang langsung menyerbu ke dalam trek begitu Ferrari-nya Alesi menyentuh garis finish, padahal saat itu semua pebalap masih melaju di trek sehingga penyelenggara lomba pun segera mengibarkan black flag. Semua pebalap pun segera menghentikan mobil mereka. Pada balapan ini terjadi peristiwa yang selamanya akan terus dikenang. Alesi tengah melakukan victory lap-nya ketika mobilnya kehabisan bensin. Ia keluar dari mobilnya dan berdiri di atas mobilnya. Schumacher yang berada di belakangnya segera menghentikan mobilnya dan memberikan tumpangan bagi Alesi. Sambil membawa Alesi di atas mobil Benetton-Renault-nya, Schumacher menyupiri Alesi kembali ke pit.

Pada hari Minggu sore itu, rumor yang menyatakan bahwa Michael telah menandatangani kontrak jutaan dolar dengan Ferrari untuk menggantikan Alesi pada musim balap 1996 sudah ramai terdengar.

Montreal, Kanada 1996
Tahun pertama Schumi bersama Ferrari tapi kali ini Kanada memberikan kenangan pahit bagi Michael. Start dari P3 tapi harus retired. No podium for Schumacher.

Michael meraih P3 di kualifikasi, kalah kencang dari duo Williams. Hill meraih pole disusul rekan setimnya, Jacques Villeneuve, putra dari Gilles Villeneuve. Namun mobilnya mengalami masalah sejak warm-up lap. Schumi yang saat itu sudah mengantongi dua gelar dunia bersama Benetton pun terpaksa retired di lap 41 karena mengalami masalah dengan as mobilnya sementara rekan setimnya, Eddie Irvine telah lebih dahulu retired di lap pertama karena masalah suspensi.

Montreal, Kanada 1997
Kanada tersenyum lagi pada Michael Schumacher. Dari pole Schumi melesat meraih kemenangan keduanya di sirkuit Gilles Villeneuve, Kanada ini.

Balapan hari itu sempat diwarnai kecelakaan parah yang menimpa Olivier Panis hingga membuat kaki pebalap asal Perancis itu patah dan tak bisa membalap di tujuh race berikutnya. Balapan hari itu diakhiri oleh kibaran red flag pada lap 54 akibat kecelakaan hebat yang menimpa Panis.

Sementara Schumi meski sempat kehilangan posisi terdepan yang direbut oleh Coulthard namun akhirnya berhasil merebut kembali kepemimpinan lomba dari tangan DC dan mempertahankannya hingga akhir race. Sedangkan DC yang sempat mempimpin mengalami koplingnya bermasalah sejak pit keduanya. Meski begitu DC berhasil finish ketujuh dan bahkan sempat mencatat fastest lap.

Montreal, Kanada 1998
Lagi Schumi meraih kesuksesan besar di Kanada.Walau gagal meraih pole, namun Schumi sukses mencetak fastest lap, dan akhirnya ... meraih kemenangan ketiganya di Kanada.

Saat kualifikasi, McLaren-Mercedes memperlihatkan tunggangan mereka jauh lebih kencang dari Ferrari. David Coulthard sukses meraih pole disusul rekan setimnya, Mika Hakkinen di P2. Sementara Michael Schumacher hanya meraih P3. Meski begitu hasil ini cukup mengejutkan Schumi yang tak menyangka dengan karena Ferrari saat itu memang bukan tandingan McLaren tapi lap time yang dibuat Schumi hanya selisih 0.2 detik dari waktu tercepat yang ditorehkan Coulthard. Malam sebelum sesi kualifikasi, Irvine, rekan setim Schumi sempat mengeluarkan pernyataan bahwa GP Kanada merupakan momen yang amat krusial bagi Ferrari. Pernyataan Irvine ini pun diamini oleh Schumi.

Balapan di Kanada 1998 ini menjadi balapan yang dikenang akibat kecelakaan hebat di lap pertama yang melibatkan Alexander Wurz (Benetton) dan Jean Alesi (Sauber) yang merembet ke Johnny Herbert dan Jarno Trulli. Mobil Wurz bahkan samapi berputar sebanyak tiga kali namun untungnya pebalap Austria ini tak mengalami cedera. Bendera merah pun dikibarkan. Balapan dihentikan sejenak. Alesi, Wurz, dan Trulli pun terpaksa menggunakan mobil cadangan sementara kru tim Sauber berhasil memperbaiki mobil Herbert hingga pebalap Inggris ini tak perlu menggunakan mobil cadangan.

Saat start diulang, kali ini kubu McLaren yang ditimpa apes. Gearbox Hakkinen macet sementara tak jauh di belakangnya terjadi kecelakaan. Mobil Ralf Schumacher, adik kandung Michael yang membela tim Jordan melintir di tengah trek hingga membuat kecelakaan beruntun di belakangnya. Mobil Trulli terlempar ke atas mobil Alesi. Total ada 5 mobil yang terpaksa retired di start bagian kedua ini: Hakkinen retired karena gearbox, Ralf akibat melintir, Alessi dan Trulli, keduanya terpaksa keluar dari balapan akibat kecelakaan, pebalap terakhir yang retired di start kedua ini adalah Toranosuke Takagi yang membalap untuk tim Tyrell-Ford retired karena masalah transmisi.

Balapan hari itu memang diwarnai begitu banyak insiden. Safety car pun sempat harus masuk ke trek akibat kecelakaan yang melibatkan antara Salo dan Herbert. Sementara sang pole sitter, David Coulthard pun terpaksa menyerah setelah mengalami masalah transmisi. Keluarnya safety car yang ketiga kalinya ini digunakan Michael Schumacher untuk masuk pit. Ketika ia kembali, yellow flag dikibarkan yang artinya tak boleh ada overtaking tapi Schumacher sempat berseteru memperebutkan tempat dengan rekan senegaranya, Heinz-Harald Frentzen yang berbuah penalti 10 detik stop and go untuk Schumacher. Saat kembali ke trek, Schumacher berada di belakang Hill tapi Schumi berhasil menyalip seteru abadinya ini untuk merebut posisi kedua di lap 38. Schumi berhasil merebut posisi terdepan saat Giancarlo Fisichella melakukan strategi satu kali pit stop-nya di lap 45. Meski Schumi melakukan strategi dua kali pit tapi ia tetap berhasil mengamankan 16 detik dan finish di depan Fisichella.

Montreal, Kanada 1999
Meraih pole tapi terpaksa retired akibat menabrak tembok.

Di race kali ini terjadi peristiwa bersejarah yang amat unik dan menjadi kenangan pahit sekaligus menggelikan bagi para mantan juara dunia. Damon Hill, Michael Schumacher, dan Jacques Villeneuve, ketiga mantan juara dunia ini sama-sama menghantam tembok yang semula memiliki slogan Bienvenue au Quebec yang artinya Selamat Datang di Quebec. Tapi tembok itu kemudian lebih dikenal sebagai "Wall of Champions"- tembok para juara dunia. Tiga juara dunia F1 ditambah seorang juara dunia FIA GT Champion ditaklukkan oleh tembok ini.

Sebelumnya Ricardo Zonta, sang juara dunia FIA GT Champion terlebih dahulu melintir dan menabrak "Wall of Champion" ini hingga membuat safety car masuk trek. Tak lama Damon Hill yang membalap untuk tim Jordan pun membawa mobilnya ngusruk menabrak sang tembok perkasa ini di lap 14. Beberapa saat kemudian, di lap 29 giliran sang juara dunia dua kali, Michael Schumacher yang takluk di depan "Wall of Champion". Di lap 34 Jacques Villeneuve melengkapi jumlah korban para juara dunia yang bertekuk lutut di hadapan sang "wall of champions" ini dan membuat Safety Car kembali ke trek untuk ketiga kalinya.

Montreal, Kanada 2000
Pole Schumacher yang kelima dan kemenangan yang keempat di Kanada.

Di sesi kualifikasi Schumacher berhasil mengungguli McLaren dan merebut pole. DC mengisi grid kedua disusul Rubens Barrichello, rekan setim Schumi dan Hakkinen ada di grid keempat. Namun Schumi tak mendapat banyak hambatan dari rival-rivalnya. Saat parade lap sebelum start, mobil Coulthard macet. DC bukannya start dari belakang tapi ia memilih tetap membawa mobilnya ke posisi startnya saat balapan akan dimulai sehingga menimbulkan sedikit kekacauan karena mobil-mobil yang berada di urutan belakang dari posisi startnya telah siap di tempat mereka masing-masing sementara DC yang karena mengalami macet menjadi mobil terakhir yang mengisi grid. Akibatnya DC pun terkena penalti 10 detik stop and go di lap 11 sehingga membuat posisinya pun melorot ke urutan urutan 10. DC masih harus mengalami musibah lain. Ketika ia mencoba menyalip Jos Verstappen, posisi keduanya terlalu dekat sehingga mobil mereka saling bersentuhan. Verstappen pun melintir dan posisinya melorot ke urutan 19 sementara DC pun terpaksa merumput sebelum akhirnya berhasil kembali ke trek di urutan ke-12.

Sementara itu rekan setim Michael, Barrichello mengalami pertarungan yang cukup seru dengan Jacques Villeneuve. Saat start JV melakukakan start yang cukup bagus. Ia berhasil menyalip Hakkinen dan Barrichello untuk merebut posisi ketiga di belakang Schumi dan DC. Barrichello berusaha untuk menyalip Villeneuve kembali tapi ternyata posisinya tak terlalu menguntungkan. Alih-alih berhasil menyalip JV, Barrichello malah disalip Hakkinen sementara JV tetap berhasil mengamankan posisinya di P3.

Barrichello akhirnya berhasil menyalip JV di lap 17 tapi ia sudah ketinggalan 19 detik di belakang Schumi. Di lap 44 hujan mulai turun. Pit Ferrari sempat kacau ketika kedua pebalap mereka sama-sama masuk pit. Schumi masuk pit lebih dulu, Rubens menyusulnya sehingga mengakibatkan antrian di pit Ferrari. Schumi berhasil mengamankan posisinya saat kembali dari pit sementara Rubens rejoin di belakang Fisichella namun tetap di depan Hakkinen. Pada lap 50 Fisichella melakukan kesalahan, Rubens pun segera menyambar tempatnya dan finish kedua di belakang Schumacher.

Montreal, Kanada 2001
Sejarah baru. Finish satu-dua untuk kakak beradik, Schumacher bersaudara. Tapi kali ini Ralf yang lebih unggul dari kakaknya.

Perseteruan Schumacher bersaudara sudah dimulai sejak sesi kualifikasi. Michael lebih unggul di sesi kualifikasi dan merebut pole sementara Ralf meraih P2. Saat start, Michael sempat mengambil alih posisi terdepan dari tangan adiknya namun saat Michael masuk pit, Ralf langsung merebut kembali posisi terdepan dari kakaknya. Ralf berhasil mempertahankan posisinya hingga akhir race dan meraih kemenangan mengungguli kakaknya. Sementara Michael cukup puas berada di podium kedua mendampingi adiknya. Hakkinen melengkapi kegembiraan Schumacher bersaudara di podium ketiga. Usai race, Hakkinen sempat berseloroh dan menyatakan kalau saja ada tiga Schumacher maka bukan tak mungkin, podium akan direbut oleh tiga Schumacher bersaudara.

Montreal, Kanada 2002
Kalah kencang dari JPM saat kualifikasi tapi di race, Schumi berhasil mengungguli rekan setim adiknya itu dan merebut kemenangannya yang kelima di Kanada.

Safety Car sempat masuk trek saat mobil JV mogok dan berhenti di tempat yang dinilai berbahaya. Sementara itu persaingan merebut podium pertama antara Schumi dengan Montoya sangat sengit. Montoya akhirnya harus menyerah dan mengakui keunggulan F2002 Michael Schumacher. Di lap 56 JPM retired akibat masalah mesin. Schumi pun melenggang menuju podium utama tanpa hambatan. DC menyusul di urutan kedua dan Barrichello melengkapi di podium ketiga. Sementara Schumacher yang satunya lagi, Ralf hanya mampu finish ketujuh.

Montreal, Kanada 2003
Ralf kembali sukses mengungguli kakaknya di kualifikasi dan meraih pole, tapi saat race, Michael menaklukkan adiknya dan merebut kemenangan.

Saat sesi kualifikasi duet Williams amat tangguh. Ralf sukses merebut pole disusul rekan setimnya, Juan Pablo Montoya mengisi grid kedua. Sementara Michael berada di urutan ketiga.

Saat race pengereman Michael sempat terganggu tapi tak menghalanginya untuk menaklukkan duo Williams. Michael berhasil merebut posisi terdepan dari tangan adiknya dan meraih kemenangannya yang keenam di Kanada disusul adik kandungnya sendiri, Ralf Schumacher di urutan kedua dan Montoya finish di belakang Ralf.

Finish 1-2 bagi Schumacher bersaudara ini merupakan yang kedua kalinya.

Montreal, Kanada 2004
Lagi-lagi Ralf berhasil merebut pole tapi di race Michael sukses merebut kemenangan dari tangan adiknya sendiri.

Akhir musim yang tak mengesankan untuk Williams. Ralf Schumacher kembali sukses merebut pole disusul Jenson Button dan Jarno Trulli di P2 dan P3 sementara Michael hanya mampu meraih P6. Namun tim Williams didiskualifikasi dari lomba karena saluran rem milik mereka dianggap ilegal. Selain Williams, tim Toyota pun terkena diskualifikasi. Hasil ini tentu saja mengecewakan. Terlebih meski Ralf gagal merebut kemenangan karena kalah dari kakaknya yang kembali berhasil merebut kemenangan dari tangannya, namun podium kedua Ralf terpaksa melayang akibat timnya didiskualifikasi.

Kalau saja tim Williams tak didiskualifikasi, maka Kanada akan kembali mencetak sejarah finish satu-dua yang ketiga kalinya bagi Schumacher bersaudara ini.

Montreal, Kanada 2005
Di kualifikasi kalah kencang dari Jenson tapi tetap berhasil mempertahankan podium kedua.

Jenson Button yang membalap untuk BAR-Honda sukses merebut pole dari tangan Michael Schumacher yang harus puas mengisi grid kedua. Sementara duet Renault, Alonso dan Fisichella mengisi grid ketiga dan keempat, tapi saat race keduanya terpaksa retired. Fisichella karena masalah hidrolik sementara Alonso, suspensinya yang bermasalah setelah ia melebar saat melewati chicane dan kemudian menabrak "wall of champions."

Sementara itu sang pole sitter, Jenson Button pun terpaksa mengakhiri balapannya di lap 46 karena kecelakaan. Saat itu Button yang mendapat tekanan dari Schumi melakukan kesalahan di chicane terakhir. Ia melibas kerb terlalu keras hingga memaksanya menabrak "wall of champions". Kecelakaan Jenson ini membuat Safety Car masuk trek. Kesempatan ini langsung dipergunakan semua pebalap untuk masuk pit kecuali Montoya yang tetap bertahan.

Beberapa saat kemudian, ketika Safety Car masih berada di trek, barulah Montoya masuk pit padahal lampu merah di pintu pit masih menyala yang menandakan larangan bagi pebalap untuk masuk pit. Akibatnya Montoya yang tengah berada di urutan kedua di belakang Raikkonen pun terkena black flag alias didiskualifikasi. Sementara Schumi yang semula berada di belakang Montoya mendapat keuntungan dengan finish kedua di belakang Raikkonen.

Montreal, Kanada 2006
Start dari P5 tapi sukses merebut podium kedua di antara dua rivalnya yang jauh lebih muda, Alonso dan Raikkonen.

Di sesi kualifikasi Alonso sukses merebut pole disusul rekan setimnya, Fisichella, sementara Raikkonen menempati P3 dan Michael ada di grid kelima di belakang Trulli yang membalap untuk Toyota. Schumi sempat tertahan lama di belakang Trulli sebelum akhirnya ia berhasil menyalip pebalap Italia itu, tapi sayangnya jaraknya dengan Alonso yang memimpin lomba sudah terlalu jauh. Alonso memimpin disusul Raikkonen, tapi menjelang dua lap terakhir, Schumi berhasil menyalip Raikkonen untuk merebut podium kedua.

Montreal, Kanada 2010
Meski tak berhasil tampil secemerlang tahun-tahun sebelumnya, tapi Schumi sempat mencatat waktu tercepat kedua di belakang Jenson Button saat sesi latihan bebas kedua sementara rekan setimnya, Rosberg berada di urutan keempat di belakang pebalap McLaren lainnya, Hamilton.

Setelah tiga tahun absen dari Formula One, Michael Schumacher kembali meramaikan jagat F1 lewat tim Mercedes GP. Namun kali ini Schumi belum berhasil memperlihatkan performa terbaiknya. Sepanjang tahun kemarin, Schumi mengalami kesulitan dengan mobilnya yang tak mampu bersinergi dengan ban Bridgestone. Meski sempat mencatat waktu tercepat kedua di sesi latihan bebas tapi Schumi kembali harus kecewa dengan performa mobilnya. Di sesi kualifikasi Schumi gagal menembus Q3. Ia hanya mampu meraih P13 sementara rekan setimnya, Rosberg sukses merebut P10. Usai sesi kualifikasi, Schumi menyatakan kekecewaannya atas hasil yang diraihnya di sesi kualifikasi tersebut. Ia mengaku tak mendapat grip dan mengalami serangkaian masalah. "I am obviously dissapointed after today's qualifying. We simply did not have the balance or grip and overall we had a lot of problems with braking and handling. The car was just not performing as we expected," ujar juara dunia tujuh kali ini.

Saat race Schumi sempat mengalami puncture usai pit pertamanya dan terjebak traffic hingga ia pun hanya mampu finish ke-11 dan gagal mendapat poin sementara Rosberg berhasil finsih ke-6. Hasil yang lagi-lagi mengecewakan Schumi. "At the start, everything went great and we made up places as we had been hoping for. The first stop was perfectly timed so it was looking quite promising. Then I had puncture on the front right tyre after my first pitstop, I stuck on traffic and nothing mre to do because today our weapon weren't very sharp," demikian ungkapan kekecewaan sang peraih 91 gelar juara GP F1 ini.


Di tahun keduanya bersama Mercedes kali ini pun, Michael belum juga memiliki kesempatan memperlihatkan aksi luar biasanya seperti di masa lalu. Namun semoga saja, GP Kanada tahun 2011 ini akan menjadi titik balik dari kebangkitan Michael Schumacher kembali. Dengan serangkaian kenangan manis yang pernah diukir Michael di sirkuit kebanggaan rakyat Kanada ini, semoga saja Montreal kembali berbaik hati dan menambah deretan panjang kenangan manis Michael Schumacher di sirkuit Gilles Villeneuve ini. Seperti yang diungkapkan Michael. Hal yang baik pasti akan datang bagi yang tekun menantinya. Michael telah lama menanti momen emasnya saat ia bisa kembali memecahkan rekor dan menambah koleksi kemenangan grand prix-nya. Dan semoga saja hal itu bisa terjadi di Kanada pekan ini.

Sabtu, 04 Juni 2011

Michael Schumacher dan GP Monaco

Usai hasil mengecewakan di Turki, seperti yang dijanjikan Haug, Michael Schumacher bisa kembali tersenyum lebar di Barcelona, Spanyol dimana ia berhasil mengungguli rekan setimnya meski memulai start dari grid 10 sementara Rosberg start dari P7. Selepas start, seperti biasa Michael berhasil melakukan start yang mengesankan. Sepanjang lomba walau ia mendapat tekanan dari rekan setimnya, namun Michael berhasil mempertahankan posisi ke-6 hingga akhir race meski penampilan ini masih memiliki sedikit cacat dan belum bisa dianggap merupakan kegemilangan Schumi karena Rosberg mengalami masalah dengan DRS-nya yang dianggapnya sebagai penyebab hingga akhirnya ia mengendurkan perlawanannya terhadap rekan setimnya yang lebih senior itu. Bagaimanapun hasil finish ke-6 dan ke-7 yang diraih duo Mercedes ini merupakan hasil yang sudah maksimal bagi tim pabrikan Jerman ini.

"We managed to make the most out of our race possibilities today which is good news, especially for our guys who I am happy for," ujar Schumacher setelah meraih hasil yang cukup menggembirakan di GP Spanyol.  "I had a good start; going right through the middle was tight but fortunately it worked out. Then the race was about holding position from there. We can be happy with the result but other than that, it was just tricky with oversteer, tyre degradation and poor balance to deal with. Still we achieved what we could have, and I look forward to going to Monaco," imbuh Schumi. Namun sayangnya, hasil di Monaco malah tak sesuai harapan.

Sepekan berselang setelah GP Spanyol, Mercedes kembali terpuruk dalam mimpi buruk di GP Monaco. Padahal penampilan kedua pebalap tim pabrikan Jerman ini sudah cukup meyakinkan di sepanjang sesi latihan bebas dan kualifikasi. Di sesi kualifikasi, Michael berhasil meraih P5 sementara rekan setimnya, Rosberg yang sempat hampir mengalami kecelakaan saat sesi latihan bebas, meraih P7. 

Saat start, tak seperti biasanya, start Michael tak berjalan mulus akibat anti stall di mobilnya tak bekerja dengan maksimal hingga akhirnya ia malah disalip rekan setimnya dan melorot ke urutan 10 tapi Michael sempat memperlihatkan aksi menarik saat ia berhasil menyalip Hamilton sayangnya aksinya itu harus dibayar mahal, karena akibat bersinggungan dengan Hamilton, sayap depannya rusak hingga membuatnya terpaksa masuk pit lebih cepat dan terjebak di deretan tengah. Sementara itu balapan rekan setimnya pun tak terlalu memuaskan. Seperti Schumi, Rosberg pun harus masuk pit lebih cepat. 

Schumacher gagal melanjutkan lomba akibat masalah airbox di W02-nya. Sementara Rosberg pun gagal meraup poin dan hanya mampu finish di urutan ke-11. Akhir pekan kelabu bagi kubu Mercedes.

Balapan di Monaco kemarin memang benar-benar mengecewakan bagi Schumacher yang di masa lalu telah menorehkan lima kemenangan di sirkuit Monte Carlo ini, jumlah kemenangan yang sama seperti yang ditorehkan oleh Mr. Monaco, Graham Hill. Namun Ayrton Senna merupakan pebalap tersukses di Monaco yang telah menorehkan 6 kemenangan. 

Bagi Schumi sendiri, meski telah mengoleksi lima kemenangan dan lima pole position di sirkuit jalan raya yang terkenal ini, namun Monaco memang tak selalu bersikap ramah pada juara dunia tujuh kali ini. Beberapa kali Schumi harus terjerembab di sirkuit ini. 

Empat kali Schumi harus retired dari balapan di sirkuit ini dan dua di antaranya saat ia memulai balapan dari posisi pole sitter. 

Prestasi Michael di Monaco memang dibilang unik. Hasil Schumacher di Monaco selalu saja meninggalkan kesan dan kisah yang sulit untuk dilupakan. 

Pada tahun 1992 bersama Benetton-Ford, Schumi memulai balapan dari grid ke-6 sementara Mansell yang bersama Williams-Renault tampil mendominasi musim itu sukses meraih pole. Sebelum Monaco, Mansell telah mengantongi lima kemenangan musim itu dan saat itu pun Mansell nyaris menambah satu kali lagi kemenangan kalau saja ia tak mengalami masalah kehilangan baut rodanya, seperti yang dialami Schumacher di GP Malaysia tahun lalu, hingga memaksa Mansell kembali ke pit dan Senna pun segera mengambil alih posisi Mansell dan meraih kemenangan kelimanya di Monaco, menyamai rekor Graham Hill. Sementara Schumi yang saat itu bisa dibilang masih anak baru di F1 sukses finish ke-4 disusul rekan setimnya, Martin Brundle. 

Setahun berikutnya, pada tahun 1993, Schumi masih bersama tim Benetton sukses meraih P2 saat kualifikasi sementara posisi pole disabet Prost yang menggantikan Mansell di Williams-Renault. Saat start Prost melakukan jump start hingga membuatnya mendapat penalti stop and go yang mengakibatkannya kehilangan waktu. Balapan Prost makin menyedihkan saat ia mencoba keluar dari pit, mobilnya mogok dan saat masalahnya telah berhasil diatasi kru Williams, ia telah kehilangan banyak waktu dan posisinya pun melorot ke urutan 22. Schumacher yang start dari grid kedua di belakang Prost pun segera mengambil alih pimpinan lomba dari tangan Prost dan nyaris meraih kemenangan pertamanya di Monaco kalau saja mobilnya tak mengalami masalah hidrolik di lap 33 yang membuatnya terpaksa gagal melanjutkan lomba. 

Michael Schumacher baru berhasil menaklukan Monaco pada tahun 1994. Saat itu balapan di Monaco masih diliputi kabut duka akibat kematian Ayrton Senna di Imola beberapa pekan sebelum GP Monaco. Schumi yang telah tampil mendominasi dengan menyabet empat kemenangan sejak awal musim sebelum GP Monaco sukses meraih pole pertamanya di Monaco. Tapi untuk menghormati kematian dua pebalap F1 sebelum race di Monaco, yaitu Senna dan Ratzenberger, maka FIA mengosongkan dua grid posisi terdepan dan mewarnainya dengan warna bendera negara kedua pebalap tersebut yakni bendera Brazil untuk Senna dan bendera Austria untuk Ratzenberger. 

GP Monaco 1994 memiliki kenangan memilukan lainnya dimana saat kualifikasi, pebalap Sauber Mercedes, Karl Wendlinger mengalami kecelakaan parah hingga membuatnya koma selama beberapa minggu. Akibat kecelakaan ini, Mercedes sampai shock dan sempat mundur dari F1 selama bertahun-tahun lamanya. 

Sementara itu di tengah berbagai kisah memilukan ini, Schumacher sukses mencatat sejarah manis bagi karir balapnya. Setelah dua pesaingnya, Damon Hill dan Mika Hakkinen tabrakan hingga membuat keduanya gagal melanjutkan lomba, maka jalan Schumi meraih kemenangan pertamanya di Monaco pun berjalan mulus. Schumi sukses menyabet kemenangan pertama di Monaco yang sekaligus juga menorehkannya sebagai pebalap pertama yang berhasil meraih kemenangan di Monaco selain Senna dan Prost yang merajai Monaco sejak tahun 1983 dimana kedua pebalap ini saling bergantian meraih kemenangan di Monaco namun Senna meraih kemenangan lebih banyak dibanding Prost. 

"This is the great day for me and I am so glad to achieve this for my loyal and patient fans. Today was one of the best days in my racing career. I made a perfect start and had a faultless race. It has been a very difficult time. When your five-year-old daughter asks you if it's true (Ayrton) Senna is dead it is difficult to reconcile things," ujar Schumacher usai balapan mengungkapkan kegembiraannya meraih kemenangan pertamanya di Monaco sekaligus juga menyatakan dukacitanya atas kematian Senna. 

Kesuksesan Schumi berlanjut di tahun berikutnya pada 1995 dimana ia kembali sukses meraih kemenangan dari grid kedua akibat Hill dan Williams salah strategi. Schumi dengan strategi 1 pit stopnya berhasil menaklukkan Hill yang melakukan dua kali pit stop. Saat Hill melakukan pit pertamanya, Schumi langsung mengambil alih posisi Hill dan tetap mempertahankannya hingga akhir lomba dan unggul 30 detik di depan Hill. 

Sayangnya setahun berikutnya pada 1996 Schumi yang berhasil memulai balapan dari pole position gagal melanjutkan lomba akibat menghantam tembok di lap pertama. Olivier Panis yang membalap untuk tim Ligier yang akhirnya berhasil meraih kemenangan. Satu-satunya kemenangan Panis di sepanjang karir balap F1-nya setelah pebalap-pebalap di tim-tim papan atas berguguran. 

Kemenangan ketiga Schumi di Monaco diraihnya pada tahun 1997 berkat settingan ban basah yang dipilihnya sebelum balapan dimulai. Schumi memulai balapan dari grid kedua sementara pole sitter dipegang oleh rekan senegaranya, Heinz-Harald Frentzen yang membalap untuk Williams-Renault menggantikan Hill yang hengkeang dari Williams usai meraih gelar dunia pada akhir musim 1996. Sekitar 30 menit sebelum start, hujan mulai turun, kedua pebalap Williams memilih menggunakan ban kering karena mengira cuaca akan segera cerah, tapi nyatanya cuaca malah makin memburuk. Schumi dengan pilihan ban yang lebih tepat langsung melesat. Ia memimpin dengan selisih 22 poin di lap 5 disusul duo Jordan dimana salah satunya disupiri oleh adik kandungnya sendiri, Ralf Schumacher. Sementara duo Williams tampil berantakan. Frentzen, sang pole sitter menabrak barrier pada lap 39 sementara Jacques Villeneuve menghantam tembok di lap 17. Kedua pebalap Williams pun retired. Posisi Schumi di urutan terdepan pun aman hingga akhir race. Meski ia sempat melakukan kesalahan di lap 53 tapi hal itu tak mempengaruhi posisinya. Saat balapan dihentikan pada lap 62, Schumi telah unggul 53 detik dari Rubens Barrichello yang kala itu membalap untuk tim Stewart Ford dan Eddie Irvine, rekan setim Schumi di Ferrari yang berhasil finish ketiga setelah menyalip Panis, membalas kegagalannya di tahun sebelumnya dimana saat itu Panis menyalip Irvine.

Tahun 1999 Schumi meraih kemenangan keempatnya di Monaco. Berkat start yang cemerlang, Schumi berhasil mempecundangi rival beratnya, Mika Hakkinen yang meraih pole. Meski Hakkinen sangat kencang di atas mobil McLaren-nya namun ia tak berhasil menghambat laju Schumi meraih kemenangan keempatnya di sirkuit favorit para pebalap F1 itu.

Setahun berikutnya Schumi kembali tampil jeblok padahal Schumi memulai balapan dari posisi pole tapi akibat suspensinya jebol di lap 55 maka Schumi pun terpaksa keluar dari balapan padahal saat itu ia tengah memimpin lomba. 

Hasil buruk di GP Monaco 2000 segera dibalas oleh Schumi dan Ferrari setahun berikutnya. Meski di sesi kualifikasi Schumi kalah kencang dari David Coulthard yang membela McLaren-Mercedes, namun saat start, mobil DC stall hingga akhirnya Schumi sukses melenggang meraih kemenangan kelimanya di Monaco.

Michael nyaris meraih kemenangan keenamnya di Monaco pada tahun 2004, menyamai rekor Senna kalau saja ia tak disundul oleh Juan Pablo Montoya. Saat itu meski Schumi hanya meraih grid ke-4, sebenarnya saat kualifikasi Schumi hanya mampu meraih P5 namun setelah adiknya, Ralf yang meraih P2 terkena penalti akibat mengganti mesin hingga membuat posisinya diturunkan ke P10, memberi keuntungan bagi Schumi yang naik satu peringkat ke P4 sementara yang berhasil meraih pole position kala itu adalah Jarno Trulli yang membalap untuk Renault. Schumi sudah sempat meraih P3 di belakang duet Renault, Trulli dan Alonso saat Safety Car masuk trek akibat kecelakaan yang melibatkan Ralf, adik kandung Michael dengan Alonso. Saat itulah, ketika balapan tengah dipandu oleh Safety Car, mobil Schumi disundul oleh JPM hingga membuat Schumi gagal mencatat sejarah menyamai rekor kemenangan Senna di Monaco.

GP Monaco 2006 selamanya akan menjadi lembaran hitam dalam karir balap Schumi. Kala itu, Schumi tengah berseteru dengan Alonso dalam perebutan gelar. Setelah di tahun sebelumnya, Alonso berhasil merebut gelar dunia dari tangannya, Schumi bermaksud merebutnya kembali terlebih di musim itu Ferrari tampil bagus setelah di tahun sebelumnya Ferrari dan Schumi tampil memalukan. Schumi pun bertekad meraih kemenangan keenamnya di Monaco, menyamai rekor Senna. Saat kualifikasi menjelang detik-detik terakhir sesi kualifikasi, tiba-tiba saja Ferrari-nya Schumi terparkir di tikungan Rascasse. Schumi berdalih bahwa mobilnya tiba-tiba mengalami masalah tapi para pengamat terlebih para bekas pebalap F1 menilai Schumi sengaja memarkir mobilnya untuk menahan laju Alonso yang memang akhirnya gagal mengalahkan catatan waktu Schumacher akibat bendera kuning yang langsung dikibarkan setelah mobil Schumi terpaksa parkir di tengah jalan. Akibat tindakan ini Schumi pun dikenai hukuman dengan menurunkan posisi startnya ke urutan paling buncit. Schumi dan Ferrari memutuskan memulai balapan dari pit. 

Bila aksinya di kualifikasi bisa dibilang memalukan, maka aksi Schumi saat race amat luar biasa. Dari posisi paling buncit, Schumi berhasil finish kelima, padahal sirkuit di Monaco yang amat sempit terkenal merupakan sirkuit yang paling sulit bagi para pebalap untuk melakukan overtaking. Tapi Schumi sukses mematahkan opini itu, tapi tentu saja semua itu berkat dukungan performa Ferrari yang luar biasa berpadu dengan bakat balap Schumi, maka juara dunia tujuh kali ini pun sukses menyalip setidaknya 17 mobil untuk bisa meraih finish kelima. 

Semua itu memang kini hanya merupakan bagian dari sejarah. Sejak kehadiran Schumacher kembali ke ajang balap F1, juara dunia tujuh kali ini memang belum lagi berhasil memperlihatkan performa terbaiknya seperti yang ditampilkannya di masa lalu, tapi bila menilik sejarah. Schumi yang amat mempercayai pentingnya kontinuitas dalam meraih kesuksesan ini memang membutuhkan setidaknya tiga tahun dalam membentuk sebuah tim juara. Schumi memerlukan waktu tiga tahun setengah bersama Benetton sebelum akhirnya ia meraih gelar dunia pertamanya pada tahun 1994 yang dipertahankannya pada tahun berikutnya. 

Bersama Ferrari, sebelum mencapai masa-masa keemasan bersama tim Maranello itu, Schumi bahkan membutuhkan waktu yang lebih lama. Bahkan Schumi sempat patah arang dengan tim legendaris dalam sejarah F1 ini sebelum akhirnya ia berhasil membawa Ferrari menjadi tim tersukses sepanjang sejarah Formula One. Schumi mulai membalap untuk tim Scuderia Ferrari pada tahun 1996 dan ia baru berhasil meraih gelar dunia pertamanya bersama Ferrari tapi gelar dunia ketiga baginya secara pribadi, pada tahun 2000 jadi ia membutuhkan waktu sekitar lima tahun bersama Ferrari untuk meraih gelar dunia. 

Seperti yang dibilang Schumi sebelum GP Monaco, hal-hal yang baik pastinya akan datang bagi mereka yang sabar menanti. Michael memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk menjadi juara. Meski usianya bisa dibilang sudah tidak lagi muda, tapi Michael tak kalah fit dengan para juniornya. Dengan pengalamannya yang segudang dan talentanya yang tak mungkin disangsikan, pastinya Michael Schumacher tetap merupakan aset berharga bagi Mercedes. Jadi kuharap, Mercedes akan tetap mempertahankan Schumacher di musim mendatang, walaupun penampilan Schumi di tahun keduanya bersama Mercedes ini belum juga mengesankan,  tapi bila Mercedes bisa mempersembahkan mobil yang mumpuni bagi Schumi, jangan heran apabila Schumacher akan kembali merajai jagat Formula One. Dan kuharap saat itu akan segera tiba. 

Sumber gambar dari : planetbenz