Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 18 Mei 2015

Review Novel : Bleachers (Sang Pelatih)

Review Novel : Bleachers (Sang Pelatih)
Penulis : John Grisham
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 208 halaman

Neely Crenshaw, seorang quarterback terbaik yang pernah dimiliki regu football Messina Spartan, sebuah regu football kebanggaan kota kecil Messina terpaksa harus mengakhiri karir cemerlangnya akibat sebuah kecelakaan saat tengah bertanding. Tempurung lutut Neely hancur. Bintang Neely yang semula merupakan idola Amerika perlahan memudar. Namun di Messina, nama Neely tetap harum seperti juga nama pelatih football, Eddie Rake yang telah menemukan dan mengasah bakatnya hingga menjadi seorang quarterback handal.

Bagi kota kecil Messina, Eddie Rake sudah bagaikan dewa yang begitu dipuja kebanyakan penduduk Messina yang begitu tergila-gila pada football karena Eddie Rake telah memuaskan dahaga mereka akan kemenangan. Di tangan Eddie Rake, tim Spartan yang semula tak dikenal menjadi tim yang amat ditakuti lawan. Di bawah kepemimpinan Rake, Spartan pernah meraih kemenangan 89 kali berturut-turut. Namun demi kemenangan ini, Rake melatih murid-muridnya dengan tingkat disiplin yang amat tinggi. Suatu hari salah satu murid Rake tewas akibat latihan keras yang diberikan Rake. Masalahnya murid yang tewas ini adalah keponakan salah seorang petinggi Dewan Pendidikan di Messina. Rake dipecat dari kursi pelatih Spartan. Rakyat Messina terbelah. Ada yang mendukung pemecatan Rake tapi tak sedikit pula yang tak menyetujui pemecatan Rake ini. Rake sendiri, di dalam hatinya amat menyesali kematian Scotty Reardon, muridnya.

Saat Rake dipecat karir football Neely sudah berakhir. Ia sudah lama meninggalkan Messina dan enggan kembali ke kampung halamannya ini. Namun saat Rake tengah sekarat akibat kanker yang dideritanya, Neely memutuskan kembali ke Messina. Kota kecil yang akan selalu memujanya sebagai salah satu pahlawan Spartan.

Neely seperti juga para mantan pemain Spartan lainnya memilih berada di lapangan football yang bernama Rake Field, nama yang diberikan penduduk Messina untuk menghormati Eddie Rake, menunggu berita kematian pelatih mereka sambil mengenang masa lalu, pertandingan-pertandingan yang pernah mereka jalani sekaligus juga mengenang perlakuan Rake selama melatih mereka. Saat tenggelam dalam kenangan mereka ini, ada perasaan benci sekaligus kagum dalam diri para pemain ini terhadap mantan pelatih mereka. Bagi Neely dan kawan-kawan seangkatannya, mereka takkan pernah bisa melupakan kejuaraan tahun 1987, kejuaraan yang telah membawa Neely Crenshaw menjadi legenda Spartan. Pertandingan yang dipenuhi kekerasan, pertengkaran dan misteri mengenai patahnya hidung Neely dengan ketidakhadiran Rake dan tim pelatih di lapangan seusai istirahat babak pertama dimana Spartan dibantai lawan. Rake baru muncul menjelang pertandingan akan berakhir, menyaksikan dari pinggir lapangan para pemainnya berhasil menciptakan mujizat, bangkit dari kematian dan meraih kemenangan besar. Tapi tak seperti pada umumnya, seusai kemenangan spektakuler itu, Neely dan kawan-kawannya berlari ke dalam kamar ganti, mengunci pintu dan tak mengijinkan siapapun masuk tak terkecuali pelatih mereka, Eddie Rake, karena kemenangan itu diraih mereka tanpa Rake.

Namun kisah Rake tak melulu soal kedisiplinannya dalam melatih para pemain Spartan. Meski tak piawai mengungkapkan sisi manusiawinya, Rake toh tetap memiliki perhatian terhadap mantan anak didiknya, di antaranya Nat Sawyer, kawan seangkatan Neely yang belakangan berani menyatakan diri sebagai homoseks, hal yang tentunya membuatnya dikucilkan, tapi berkat Rake, toko bukunya tetap memiliki pengunjung. Saat Neely dirawat di rumah sakit usai kecelakaan di lapangan football yang membuat karir football-nya berakhir, Rake juga menyempatkan datang. Tak piawai mengucapkan kalimat penghiburan, Rake hanya mengungkapkan penyesalannya dan berharap seandainya ia tak pernah memperkenalkan football pada Neely, dan Neely meski memiliki hubungan yang kaku dengan pelatihnya ini, namun dapat merasakan ketulusan hati pelatihnya.

Kembali ke Messina bagi Neely nyatanya bukan hanya berisi kenangan akan football, Spartan, dan Eddie Rake. Messina juga memberi kenangan pada Neely akan cinta pertamanya sekaligus kenangan akan kebodohan khas anak SMU. Meski merasa khawatir, Neely memberanikan diri mendatangi rumah Cameron Lane, gadis yang pernah dicintainya tapi setelah ia meraih ketenaran sebagai kapten Spartan, ia malah mendepak dan mempermalukan Cameron demi mendapatkan Brandy Skimmel alias Screamer. Pilihan yang belakangan disesali Neely. Setelah karir football Neely berakhir, Screamer meninggalkannya demi mengejar mimpinya menuju Hollywood. Mimpi Screamer memang menjadi kenyataan tapi bukan film yang akan memenangkan Oscar, sebaliknya Screamer kini hanyalah pemain film dewasa dengan nama Tessa Canyon. Seperti dugaan Neely, ternyata Cameron juga kembali ke Messina. Tak seperti Neely, kehadiran Cameron di Messina bukan untuk memberi penghormatan pada Eddie Rake. Seperti segelintir orang di Messina yang bukan penggemar football, Cameron sangat membenci olahraga yang sangat dipuja sebagian besar penduduk Messina itu. Kehadiran Cameron di Messina lebih untuk memberi penghiburan bagi Mrs. Lila Rake, mantan guru pianonya yang adalah istri Eddie Rake. Meski penerimaan Cameron terhadap kedatangannya tak bisa dibilang ramah, namun Neely tetap bertahan untuk meminta maaf atas perlakuannya dulu. Cameron yang kini telah bersuami dan memiliki dua orang anak masih marah dengan perlakuan Neely dulu padanya tapi ia menganggap semua itu hanyalah bagian dari masa lalu.

Berita itu akhirnya datang juga. Berita kematian Eddie Rake. Duka menyelimuti Messina. Rake Field dipilih menjadi tempat untuk upacara pelepasan Eddie Rake. Penduduk Messina memenuhi lapangan football kebanggaan mereka ini untuk memberikan penghormatan terakhir pada sosok mantan pelatih yang telah memberikan banyak kemenangan bagi kota kecil ini. Tiga orang mantan pemain Rake dipilih untuk memberikan pidato pelepasan, salah satu yang terpilih adalah Neely Crenshaw. Air mata dan kenangan akan Eddie Rake berbaur menjadi satu dan saat semua berakhir, Neely mendapati kesadaran baru. Seperti yang dikatakan Cameron, masa-masa keemasannya telah berakhir. Ia bukan lagi seorang pahlawan. Masa lalu adalah masa lalu, dan ia hidup di masa kini. Messina tetaplah kota kecil yang sebagian besar penduduknya tergila-gila pada football dan Neely Crenshaw adalah bagian di dalamnya.

Novel ini adalah novel pertama John Grisham yang pernah kubaca yang bukan bertema hukum. Entah apakah sebelumnya Grisham pernah menulis novel lain yang tidak bertema hukum, tapi ini adalah novel non hukum pertama Grisham yang pernah kubaca. Meski tak terlalu paham dengan istilah-istilah football Amerika yang memenuhi novel ini, tapi gaya tutur Grisham dan plot cerita dalam novel ini bagiku tetap menarik seperti bila ia menulis novel bertema hukum. Tema yang ringan dan isinya yang tak terlalu tebal, membuat novel ini lumayan juga untuk mengisi waktu luang. Di bagian akhir digambarkan skema lapangan dan susunan pemain football, mungkin untuk menguatkan penjelasan bagi yang benar-benar awam terhadap olahraga favorit Amerika ini. Bagiku sendiri skema tersebut tetap tak membuatku memahami olahraga ini. Meski begitu cerita ini tetap menarik walau kita sama sekali tak memahami satupun istilah olahraga football Amerika yang menjadi tema novel ini.

Tidak ada komentar: