Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 26 Juli 2010

Mimpi yang Urung Jadi Nyata

pic taken from this site
 
Kali ini aku benar-benar tak tahu lagi apa yang meski kutulis tentang F1. Meski kecewa dengan hasil GP Jerman kemarin, tapi mau bagaimana lagi. Fernando Alonso berhasil meraih kemenangan keduanya di musim 2010 ini. Mungkin terdengar terlalu tak adil dan bisa membuat fans Alonso jadi sewot dengan komentarku ini tapi aku merasa GP Jerman kemarin benar-benar membosankan seperti GP Bahrain di mana saat itu Alonso juga berhasil tampil menjadi juara. Entah apa karena perasaan antipatiku saja terhadap Alonso yang membuatku merasa GP Jerman kemarin semembosankan GP Bahrain atau memang begitulah kenyataannya. 
 
Namun harus juga diakui, penampilan Alonso dan Ferrari di GP Jerman kemarin memang luar biasa. Siapa pula yang menyangka Ferrari yang selama ini tenggelam di balik kecemerlangan performa Red Bull dan McLaren dan membuat F1 musim ini sepertinya akan menjadi milik dua tim papan atas ini, ternyata berhasil tampil menggebrak setelah pada beberapa GP setelah Bahrain melempem dan kalah bersinar dibanding Red Bull dan McLaren.

Sebagai tim besar dan merupakan legenda di dunia F1, Ferrari ternyata tak ingin terus-terusan menggigit jari melihat para pebalap Red Bull dan McLaren berebutan meraih kemenangan. Ferrari pun akhirnya berhasil melakukan pengembangan dan memetik hasil optimal di Hockenheim kemarin dan kedua pebalap mereka bukan hanya berhasil mempermalukan McLaren yang menggunakan mesin Mercedes, pabrikan mobil asal Jerman, di kandangnya sendiri ini, tapi juga sukses mengacaukan harapan Vettel untuk mengumandangkan lagu kebangsaan negaranya di negerinya sendiri ini.

Waktu hari Rabu, empat hari sebelum GP Jerman dimulai, aku bermimpi indah. Dalam mimpiku Jenson Button tampil menjadi juara GP Jerman. Aku memang ingin sekali melihat Jenson kembali tampil menjadi juara tapi jujur sudah berhari-hari aku tak terlalu memikirkan F1. Dulu setiap kali mendekati GP, aku meamng tak pernah sabar menunggu hari Minggu tapi sejak penampilan jagoan-jagoanku melempem, aku jadi tak terlalu semangat menunggu GP seperti dulu. Karena itu aku benar-benar tak menyangka bisa memimpikan Jenson Button menjadi juara. Mimpi yang indah tentunya, tapi pastinya akan jadi lebih indah bila mimpi itu menjadi kenyataan. 

Dua hari kemudian aku kembali bermimpi indah. Kali ini Michael Schumacher yang tampil dalam mimpiku, tapi bukan seperti mimpiku tentang Jenson. Aku tak bermimpi Michael tampil menjadi juara. Aku mimpi diundang untuk bertemu dengan Michael Schumacher. Uhhh, benar-benar mimpi paling indah, bisa bertemu dengan idola kita. 

Biasanya aku pasti sudah menceritakan mimpiku pada temanku, Selvia, tapi kali ini aku terlalu takut menceritakan mimpiku. Aku takut mimpiku itu akan berbanding terbalik dengan kenyataan bila kuungkapkan. Meski akhirnya aku tak tahan juga dan akhirnya menceritakan mimpiku, tapi yang kuceritakan hanyalah mimpiku tentang Michael sementara mimpi tentang Jenson tetap kusimpan sendiri dan berharap bila aku tak menceritakan mimpiku pada siapapun, maka mimpiku itu bisa menjadi kenyataan.

Mimpiku hampir saja menjadi kenyataan ketika Jenson berhasil mengambil alih kepemimpinan lomba dari Felipe Massa setelah pebalap Ferrari itu dan semua pebalap yang tadinya di depan Jenson, beramai-ramai masuk pit. Selama beberapa lap Jenson masih tampil sebagai pemimpin lomba dan aku sempat tegang ketika McLaren-Mercedes-nya Jenson berguncang keras. Jenson memang belum masuk pit untuk mengganti ban seperti pebalap yang lain. Tadinya aku berharap Jenson akan mengganti bannya agak di pertengahan lomba sehingga ia bisa selama mungkin memimpin dan terus memperbesar jarak antara dirinya dengan dua pebalap Ferrari yang entah mengapa bisa tampil luar biasa di GP kemarin, tapi setelah melihat mobil Jenson berguncang keras, aku jadi menurunkan harapanku dan menyadari mimpiku itu ternyata takkan menjadi kenyataan. 

Aku pun mengubah harapanku dari ingin melihat Jenson menjadi juara jadi asalkan Jenson meraih podium saja sudah cukup. Tak mengapa tak menjadi juara yang penting Jenson bisa meraih podium entah podium kedua atau ketiga. Tapi setelah Jenson akhirnya masuk pit untuk mengganti bannya, dan melihat dua mobil merah Ferrari diikuti Red Bull-nya Vettel melintas, aku pun kembali mengubah harapanku dari ingin melihat Jenson meraih podium menjadi asalkan Jenson bisa finish di depan rekan setimnya sudah cukup. Nyatanya apa mau dikata. Jenson bukan hanya tak berhasil meraih juara GP seperti mimpiku, ia juga tak bisa meraih podium dan akhirnya hanya mampu finish di P5 dan hingga akhir race Jenson tak berhasil melewati rekan setimnya meski ia sudah tampil baik dan terus menjaga jaraknya mendekati rekan setimnya itu. 
 
Tapi itu semua yang terbaik yang bisa dilakukan Jenson, kurasa. Aku tak lagi terlalu kecewa dengan hasil yang diraih Jenson karena apapun hasilnya, Jenson telah berusaha semaksimal mungkin dan semuanya ada waktunya. Mungkin saat ini bukanlah masanya Jenson. Setidaknya Jenson pernah mengalami masa-masa terbaiknya di tahun lalu, dan mungkin nanti Jenson bisa mendapatkan masanya kembali seperti tahun lalu.

GP Jerman sendiri mestinya menjadi ajang tampil para local hero terlebih musim ini banyak sekali pebalap asal Jerman yang tampil di F1 dan tersebar baik di tim gurem, tengah, maupun di tim papan atas.

Di tim gurem ada Timo Glock yang tampil membela tim Virgin-Cosworth sementara di tim papan tengah ada Nico Hulkenberg, The next German raising star, yang mendampingi Rubens Barrichello di Williams-Cosworth. Ada juga Adrian Sutil, pebalap andalan Force India-Mercedes. Di samping mereka ada sang juara dunia tujuh kali, Michael Schumacher yang berdampingan dengan bintang Jerman masa depan, Nico Rosberg, putra juara dunia asal Finlandia, Keke Rosberg. Keduanya membela tim asal Jerman, Mercedes yang setelah lima puluh lima tahun lamanya, kembali tampil sebagai tim utuh dan bukan sekadar pemasok mesin saja di F1. Sedangkan di tim papan atas tepatnya di Red Bull, bercokol calon juara dunia, Sebastian Vettel, yang juga kerap disebut-sebut sebagai The Next Michael Schumacher karena bakat balapnya yang cemerlang seperti seniornya itu.

Memang hal yang agak mustahil bila mengharapkan Michael Schumacher yang tahun ini di debutnya kembali di F1 ini agak mengecewakan, tampil sebagai juara di negara asalnya ini, meski harapan itu tetap saja terbuka lebar bila peluangnya ada. Setidaknya publik Jerman memiliki seorang local hero lain yang memiliki paket komplet tahun ini. Siapa lagi kalau bukan Sebastian Vettel. Ia memiliki bakat balap yang tak diragukan dan tahun ini mendapatkan tunggangan yang sangat kompetitif jadi tak terlalu berlebihan bila publik Jerman berharap bisa melihat pebalap muda mereka ini tampil menjadi juara di hadapan publiknya sendiri.

Di sesi kualifikasi publik Jerman sudah dibuat terhenyak setelah pebalap kebanggaan mereka yang di masa lalu peranh membuat lagu kebangsaan Jerman menjadi lagu yang paling banyak diputar di setiap sirkuit di seluruh dunia, gagal melewati Q2. Hanya berbeda sepersekian detik saja memang, tapi di dunia F1 di mana 0.00001 detik sekalipun amat sangat berharga dan bisa membuat perbedaan. 

Di detik-detik terakhir Michael gagal mencatat waktu yang lebih baik lagi, sehingga akhirnya ia pun harus puas memulai startnya dari grid ke-11. Michael sendiri mengaku amat kecewa dengan hasil ini, terlebih ia dan Mercedes berharap bisa tampil lebih baik di negaranya dan setidaknya berhasil meraih P5 atau P6.

"I was hoping for a strong weekend here in Hockenheim in front of our fans but unfortunately I struggled a lot in qualifying today,” he said. “It's really disappointing and it seems that we are just not making our developments work as well as we hoped this weekend which we need to look into. I hope that we find the problem with the car otherwise it is difficult to explain why we are not closer to the front," begitu ungkap Michael seperti yang kukutip dari Crash.net.

“I had a lot of oversteer and that made it really difficult as I had to keep coming down on the front wing levels which did not help. I will do my best tomorrow to achieve a good result but it will be difficult from this position."

Saat start seperti biasanya, Michael tampil amat baik. Dari P11 ia melesat melewati juniornya, dua pebalap Jerman, Hulkenberg dan rekan setimnya, Rosberg, menuju P8 tepat di depan rekan setimnya yang posisinya tak berubah dari posisinya saat kualifikasi. Namun setelah Michael masuk pitu untuk mengganti bannya, posisinya pun melorot dan akhirnya ia hanya mampu finish di urutan ke-9 di belakang Rosberg. Meski agak mengecewakan tapi itulah hasil optimal yang bisa diraih.

"I had a pretty good start today but from then onwards, there was not much more that we could do,” kata Michael yang lagi-lagi kuambil dari crash.net. “We were targeting to stay out long but we changed the strategy to react to the circumstances and maybe I could have finished slightly higher. But in the end, that would not have changed much in a race where we had hoped to be more competitive. 

“What we achieved after my stop was the maximum that was possible. Of course I would have wished for more, especially as our race performance tends to be better than qualifying, but it did not work out. We will certainly not get nervous but we have to sit down, analyse the reasons and put the right solutions in place,"  ungkap Michael.

Mengingat paket yang dimiliki Michael tahun ini tak sebaik seperti di musim-musim sebelumnya ketika ia berjaya, maka harapan publik Jerman pun dialihkan kepada Sebastian Vettel yang memiliki paket yang lebih kompetitif untuk mencatat hasil gemilang seperti di Silverstone, dua minggu sebelumnya. Harapan yang hampir membubung itu, nyaris terlaksana setelah Vettel berhasil meraih waktu tercepat di sesi kualifikasi dan meraih pole mengalahkan Alonso dan Massa yang merajai Hockenheim di Q1 dan Q2. Sayangnya saat start, Vettel gagal menghambat duo Ferrari, malahan ia harus kehilangan posisinya di tempat pertama dan merosot dengan finish di P3.

pic taken from this site

Tidak ada komentar: