Total Tayangan Halaman

Translate

Senin, 11 Januari 2010

Williams, Perjuangan Tanpa Henti

Williams -Toyota : 34.5 poin

pic taken from here

Dua belas tahun sudah sejak Williams berhasil meraih gelar juara dunia lewat pembalapnya, Jacques Villeneuve dan sejak saat itu Williams tak henti-hentinya terus berusaha mencapai puncak kesuksesannya kembali. Beberapa kali tim Sir Willi ini hampir berhasil meraih gelar juaranya kembali ketika berduet dengan pabrikan besar Jerman, BMW yang sayangnya hubungan mereka tak berumur panjang. Setelah bercerai dengan BMW, tim Williams menghadapi kesulitan dalam menggaet pabrikan yang mampu memasok mesin untuk menghasilkan mobil juara. Sir Frank sempat melirik Cosworth yang mampu memberikan tenaga mesin yang cukup kencang tapi sayangnya tenaga yang kencang itu tak diimbangi dengan reliabilitas sehingga seringkali mobil Williams meleduk. Untungnya Sir Frank diberkahi dengan bakat lobi yang luar biasa. Berkat kepiawaian Frank Williams dalam hal negosiasi akhirnya tim ini berhasil membuat kesepakatan dengan Toyota yang sangat berambisi untuk menyamai prestasi pabrikan mobil senegaranya, Honda yang sempat merasakan masa-masa manis meraih gelar dunia bersama Williams. Sayangnya, perpaduan Toyota dan Williams belum berhasil menciptakan mobil juara yang mampu membawa Williams kembali ke puncak prestasi seperti dulu dan Toyota pun sepertinya masih harus terus bersabar seraya mempercayakan kemampuan skuad tim Willi ini dalam menciptakan mobil juara terlebih setelah tim Toyota telah memutuskan mundur dari F1, mestinya Toyota bisa sepenuhnya fokus memberikan mesin super untuk tim Williams sehingga kedua pihak ini bisa merasakan hasil optimal dari kemitraan ini.

Meski tahun ini Williams masih berkutat di papan tengah bahkan posisinya di bawah tim pemasok mesin mereka, namun penampilan Williams tak bisa dikatakan buruk. Mungkin jika Toyota dapat memfokuskan diri hanya menjadi penyuplai mesin untuk Williams dan mempercayakan pada kepiawaian Patrick Head yang terbukti telah melahirkan banyak teknisi jenius seperti Adrian Newey dan Ross Brawn, bukan tak mungkin pada akhirnya gelar juara dunia yang sama-sama didambakan oleh Williams dan Toyota berhasil diraih.

15. Nico Rosberg : 34.5 poin
       Fastest Lap     : GP Australia

pic taken from here

Ketika memulai debutnya bersama Williams, anak juara dunia asal Finlandia, Keke Rosberg ini sempat dites oleh tim Williams dan hasilnya, kemampuan mekanik pembalap yang membawa bendera Jerman dan bukannya bendera Finlandia seperti kewarganegaraan ayahnya itu, sungguh luas biasa. Bagi seorag pembalap, selain kemampuan balap, pengetahuan mekanikal merupakan aset penting. Jack Brabham, Ayrton Senna, dan tentu saja, Michael Schumacher adalah pembalap-pembalap yang berhasil mendulang sukses bukan hanya berdasarkan kemampuan balap tapi juga  berkat kemampuan mereka dalam hal mekanikal. Dengan pengetahuan mekanikal mereka, maka mereka dapat memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi tim dalam menciptakan mobil juara yang akhirnya bukan hanya memberikan kesuksesan bagi tim tapi juga bagi si pembalap itu sendiri.

Memang pembalap Jerman yang satu ini belum meraih hasil optimal lewat skill balap dan mekanikalnya tapi sepanjang karirnya di F1, penampilan Nico tak terlalu mengecewakan terlebih ia menyandang beban berat nama besa ayahnya di pundaknya sehingga ia memerlukan perjuangan yang ekstra keras untuk melepaskan diri dari bayang-bayang nama besar ayahnya sehingga publik dapat melihat dirinya sebagaimana adanya dirinya dan bukan karena nama besar di belakang namanya itu.

GP Singapore 2009 mungkin merupakan moment terbaik Nico pada musim balap tahun 2009 di mana ia berhasil meraih podium ketiga di belakang Hamilton dan Sebastian Vettel, rekan senegaranya yang sepanjang tahun 2009 lebih banyak menuai sukses daripada dirinya tapi dengan bergabungnya Nico ke Mercedes GP untuk musim balap 2010, mungkin dunia akhirnya bisa melihat kehebatan Super Nico sementara tempatnya di Williams kabarnya akan diisi oleh pembalap muda Jerman lainnya yaitu juara A1, Nico Hulkenberg berdampingan dengan Rubens Barrichello.

Tahun depan pastinya akan lebih menarik menyaksikan posisi pembalap yang membela Mercedes. Di McLaren-Mercedes, dua pembalap Inggris, keduanya juara dunia yang pastinya akan bersaing sengit sementara di Mercedes GP dengan komposisi duo Jerman, keduanya memang belum berhasil meraih gelar dunia tapi keduanya memiliki kemampuan yang tak diragukan, jadi ya, tahun depan, empat pembalap Mercedes ini pastinya akan bertarung mati-matian untuk membuktikan siapa yang paling mampu mengoptimalkan kemampuan mesin pabrikan besar asal Jerman ini.

16. Kazuki Nakajima : 0 poin

 pic taken from here

Setelah Takuma Sato, harapan publik Jepang tertumpu pada pembalap muda binaan Toyota ini. Namun sayangnya, Kazuki belum berhasil mengoptimalkan bakatnya itu untuk dapat meraih kesuksesan seperti yang pernah diraih Sato dan seniornya Aguri Suzuki. Prestasi terbaik Nakajima tahun 2009 ini adalah ketika finish di P 9 di GP Hungaria tapi sayangnya posisinya itu tak cukup untuknya meraih poin. Bahkan dengan kehadiran pembalap binaan Toyota lainnya, Kamui Kobayashi pada penghujung musim semakin menenggelamkan nama Nakajima terlebih rekan senegara Nakajima itu berhasil meraih poin padahal ia hanya tampil di dua race terakhir sedangkan Nakajima yang membalap full season tak berhasil menyabet satu poin pun.




Tidak ada komentar: