Total Tayangan Halaman

Translate

Sabtu, 24 Juni 2017

Filosofi Bubur

Memasak bubur sebenarnya tidaklah sulit. Hanya perlu mendidihkan air, cuci beras lalu masukkan beras yang sudah dicuci ke dalam panci air tersebut, sesekali diaduk lalu tambahkan air bila rebusan beras dalam panci sudah mulai mengering. 

Bukan perkara sulit memang namun perlu sedikit ketelatenan dan kesabaran. Bayangkan saja, demi mengubah rebusan beras itu menjadi bubur, mesti menggunakan api kecil hingga sedang. Bila nyala api terlalu besar, bisa hangus. Selain itu juga harus rajin-rajin mengaduk rebusan beras itu hingga menjadi bubur demi menghindari adanya kerak setebal kerak bumi di dasar panci.

Memasak bubur tak ubahnya menikmati proses dalam kehidupan. 

Terkadang pergerakan hidup terasa demikian cepat seperti saat memasak dengan menggunakan api besar namun tak jarang pula hidup mengalir dengan lambat bagai tengah dimasak menggunakan api kecil. 

Dalam semangkuk bubur ada berbagai pelengkap demi menciptakan rasa sedap di lidah. Kecap asin, kecap manis, ayam, cakwe, kerupuk, sambal. Wah... enak sekali. Tidakkah hiduppun seperti itu. Sebagai makhluk sosial, manusia tak mampu hidup sendiri. Ada banyak pelengkap yang membuat hidup terasa indah. Ada keluarga, hadiah pertama dari Tuhan, lalu setelah besar kita memiliki teman, sahabat, kerabat, pekerjaan atau karir yang kesemuanya turut membentuk dan mewarnai jalan hidup kita. 

Seperti saat memasak bubur yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, begitu pun dengan proses perjalanan hidup. Jalan pintas mungkin bisa membawa kita mencapai tujuan kita secara cepat, tapi seperti menggunakan api besar yang membuat bubur jadi hangus, begitu pun jalan pintas yang kita gunakan. Mungkin lewat jalan pintas itu kita bisa mencapai tujuan lebih cepat, tapi jalan pintas itu bisa jadi menjadi awal kehancuran. 

Kesabaran dan ketelatenan dalam memasak bubur bagiku juga merupakan kunci dalam proses hidupku. Walau jalan hidupku tak jarang melalui kerikil dan jalan berliku, namun ingin kunikmati setiap proses ini hingga aku mencapai garis akhir. Seperti rasa puas mendapatkan bubur dengan rasa yang pas dan aroma menggugah selera berkat ketelatenan dan kesabaran dalam memasaknya, demikian pun kuharap mampu menjalani proses kehidupan ini dengan kesabaran dan ketelatenan seperti saat memasak bubur.

Tidak ada komentar: